Bab 19
halooo
masih ada yang baca??
love dulu buat part ini
*****
"Aku mau kamu sekali lagi, Afiqah."
Afiqah keluar dari kelas, ia berlari-lari kecil sambil membawa beberapa buku di pelukannya. Ia baru saja selesai mata kuliah dan hendak pulang. Ia tak sabar menemui suaminya yang sudah tiba di depan gerbang. Bahkan disaat teman-temannya memanggilnya, ia tak hiraukan karena terburu-buru.
Ketika menuruni tangga, Afiqah berhati-hati. Ia takut jatuh. Lalu ia berjalan melawati lorong-lorong yang sepi. Sekarang sudah pukul lima sore, kampus terasa sepi karena banyak yang sudah pulang. Hanya beberapa saja mahasiswa yang ada.
Disaat ia keluar gedung, tiba-tiba ada yang memanggilnya. Afiqah menoleh mendengar panggilan itu. Ia terkejut mendapati sosok yang harus ia hindari. Siapa lagi kalau bukan Andreas. Bagaimana bisa pria itu tahu kalau ia masih di kampus? Ia merasa aneh, biasanya mereka hanya bertemu tak sengaja di perpus atau kantin, tapi sekarang Andreas seakan tahu di mana gedung ia belajar bahkan jam pulangnya.
"Afiqah..." panggil Andreas.
"Andreas kamu mau apa? Kita gak ada hubungan lagi." Afiqah berusaha memberi tahu Andreas untuk tidak menganggunya. Ia merasa frustasi dengan ini.
"Bukannya kamu bilang kamu udah gak mau ganggu aku lagi."
"Aku udah berusaha Afi, tapi perasaan aku sama kamu masih ada. Aku masih cinta sama kamu. Aku udah berusaha untuk lupain kamu, tapi aku gak bisa. Semakin aku berusaha untuk lupa aku semakin gila." Andreas mengatakan itu dengan frustasi. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan Afiqah tapi tak ada satupun cara yang berhasil. Yang ada ia semakin gila karena tak bisa bersama Afiqah.
Di pikirannya hanya ada Afiqah, gadis itu selalu menari-nari di benaknya. Andreas ingin lupa, tapi takdir seakan tak mengizinkannya. Terlebhih ketika ia tidak sengaja dipertemukan oleh Afiqah di kampus ini memberikannya sedikit harapan kalau mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
"Aku udah punya keluarga Andreas, aku cinta sama mereka, sama suami aku, dan anak-anak aku."
Mendengar itu tak membuat Andreas bisa melupakan Afiqah. Ia bahkan tak peduli soal itu, ayahnya saja bisa beristri dua, kenapa ia tak bisa menjadi yang kedua untuk Afiqah. Gila memang, tapi ia ingin sekali bersama Afiqah.
"Aku mau kamu sekali lagi, Afiqah." Andreas mengatakan itu dengan memohon.
"Jangan gila kamu mending kamu cari cewek lain aja. Aku gak peduli sama kamu, aku benci kamu, Andreas." setelah mengatakan itu Afiqah pergi dari hadapan Andreas.
Tanpa mereka sadari Bella berada di sana. Dia diam-diam memfoto kedua orang itu. Bella tertawa kecil, rencananya berhasil. Ia akan memberikan foto ini pada Arsena. Kalau Arsena melihat istri dan mantan pacar istrinya itu pasti akan marah. Hubungan pasangan itu akan merenggang dan ia akan bisa masuk ke dalam sana merebut Arsena agar menjadi miliknya.
****
Langit tiba-tiba menjadi mendung. Lalu turun rintik air hujan membasahi bumi. Afiqah berlari-lari kecil menuju motor suaminya. Terlihat Arsena sedang duduk di atas motornya yang dibasahi gerimis air hujan.
"Hujan, Mas."
"Kamu pakai jas hujan Mas. Lupa bawa jas hujan buat kamu. Besok naik mobil aja." Arsena mengeluarkan sebuah jas hujan menyuruh istrinya itu untuk memakainya.
"Terus mas pakai apa?"
"Pakai jaket ini aja. Lagian hujannya gak terlalu deras."
"Nanti Mas kalau sakit gimana?" Afiqah khawatir, tidak mau suaminya itu sakit. Apalagi sampai terkena air hujan.
"Lebih baik saya yang sakit dari pada kamu." Jawaban dari Arsena membuat pipi Afiqah merona malu. Ia salah tingkah tanpa sadar Afiqah tersenyum. Ia sangat menyukai Arsena yang begitu peka dan melindunginya. Memang benar ya marriage is no scary kalau nikahnya sama Arsena.
"Bisa aja kamu, Mas."
"Pakai cepat, nanti keburu basah kamu, kalau sakit nanti kamu gak bisa kuliah."
"Mas juga kalau sakit gak bisa kerja."
"Saya itu laki-laki lebih kuat. Ini cuma hujan air bukan peluru." Arsena mengelak tak terima jika dianggap lemah. Lagi pula ini hanya hujan air.
Afiqah tertawa mendengar itu. Lalu Afiqah memakai jas hujannya, dan naik di atas motor. Ia memeluk erat pinggang Arsena. Motor Arsena melaju meninggalkan kampus. Mereka menembus hujan yang turun membelah jalan raya.
***
"Sayang kamu bersih-bersih dulu di kamar mandi." Arsena meminta istrinya untuk mandi. Mereka sudah sampai rumah. Baju mereka basah semua karena air hujan. Lebih tepatnya Arsena yang paling basah, Afiqah tidak terlalu basah karena memakai jas hujan.
"Kamu dulu aja, Mas."
"Kamu aja atau mau mandi berdua dengan saya?" goda Arsena dengan seringai mesumnya. Hal itu membuat Afiqah langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia malu sekali, jika harus mandi berdua dengan suaminya. Pipinya memerah, merona malu. Meski mereka pernah melakukannya. Entahlah meski mereka sudah menikah tapi ia masih saja malu melakukan hal-hal seperti itu.
Arsena terkekeh melihat kelakuan istrinya. Setelah melihat istrinya masuk ke dalam kamar mandi. Ia membuka ponsel, ia memesan makanan di aplikasi online. Mereka belum makan malam, kalau menunggu Afiqah masak akan lama, terlebih dari itu ia juga kasihan dengan istrinya itu pasti capek. Lebih baik beli. Ia juga takut kalau istrinya ada tugas yang masih harus dikerjakan.
Selesai memesan, ia membuka bajunya yang basah. Hingga tersisa boxer yang berada di tubuhnya memperlihatkan dadanya yang telanjang. Ia sedang berada di ruang tamu, sedangkan anaknya Aurel tertidur di sebelah Arga yang sedang menonton televisi.
"Papa, Arga mau makan ayam." Arga menghampiri Arsena mengutarakan kalau ia mau makan.
"Iya sayang, sudah papa pesan tadi."
"Yey, makan ayam. Arga mau es krim boleh papa?" pinta Arga dengan memelas. Meski kadang ia terlihat dingin tapi kalau berhubungan dengan es krim ia bisa jadi Arga yang manis seperti anak kucing.
"Hujan sayang, kamu gak kedinginan makan es krim?"
"Gak tuh, Argakan kuat kaya papa." Arsena tertawa mendengar perkataan anaknya, mirip sekali dengannya. Ia jadi ingat ia mengatakan hal itu juga pada Afiqah tadi ketika mereka kehujanan.
"Iya nanti makan es krim, tapi kalau udah makan nasi."
"Siap Komandan!!!" Arga kemudian berlari lagi ke karpet dan melanjutkan untuk menonton upin-ipin. Ia senang karena ayahnya tidak melarangnya untuk makan es krim.
"Mas, aku udah selesai kamu gantian mandi, biar aku masak." Tak lama kemudian Afiqah keluar dari kamar mandi sudah berpakaian.
Namun disaat ia berpapasan dengan Arsena, ia terkejut mendapati suaminya telanjang dada. Ia sampai tak berani menatap suaminya itu. Afiqah menelan ludah melihat perut Arsena yang sixpacks itu.
"Mas kamu itu telanjang gak tau tempat."
"Saya masih pakai celana sayang."
"Udah ah, aku mau masak." Afiqah mengalihkan perhatian, tidak mau berdebar perihal mesum, ia berniat untuk ke dapur.
"Gak usah masak sayang, saya udah pesan di aplikasi online nanti kamu tunggu aja.". Suaminya itu memang perhatian sekali, tahu saja ia lelah habis kuliah, apalagi nanti ia masih harus mengerjakan tugas. Ia bisa bersantai tak perlu repot-repot di dapur memasak.
"Kamu istirahat aja dulu sambil nunggu makanan datang, saya tahu kok kamu capek." Sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Arsena memegang kepala istrinya itu, lalu mengelusnya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa mengecup dahi istrinya.
"Makasih Mas," bisik Afiqah, ia berterima kasih karena suaminya itu begitu perhatian padanya dan tahu kalau ia sangat lelah. Ia benar-benar merasa dicintai oleh Arsena.
*****
GIMANA CERITA INI?
ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ARSENA?
ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE AFIQAH?
ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE BELLA?
SPAM NEXT DI SINI YAA
LANJUT ATAU STOP
GULLA
istrinya Jaehyun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top