Bab 18


jangan pernah gak enakan sama orang yang bikin kamu gak nyaman, karena itu akan bikin kamu sakit.

****

"Tadi temen kamu?"

"Iya, Mas. Temen kuliah aku tadi." Afiqah menjelaskan sedikit perihal Bella.

"Oh."

"Kenapa. Mas tumben tanya-tanya? Biasanya gak perduli." Afiqah merasa aneh dengan suaminya itu. Tak biasanya Arsena bertanya. Suaminya itu tipe cowok cuek jadi kadang gak peduli sama temen-temennya.

"Gak, Mas ngerasa aneh aja sama dia. Kamu gak ngerasa?"

Jujur Afiqah juga merasa aneh dengan tingkah Bella. Gadis itu suka melirik suaminya dan juga tadi bergabung ingin bermain bersama keluarganya. Berbeda sekali dengan teman-temannya di kampus yang tidak seakrab itu. Mereka juga tahu prihal privasi keluarga.

"Perasaan kamu aja kali, Mas." Afiqah tidak mau membicarakan hal ini lebih panjang lagi. Ia jujur merasa risih dengan Bella. Tapi ia tidak mau memandang buruk temannya itu, ia takut Bella nanti tersinggung. Kita gak boleh berperasangka buruk sama orangkan?

"Mungkin cuma aku ajja yang ngerasa, dia ngeliatin Mas aneh gitu. Semoga cuma perasaan Mas aja."

"Udah ah, aku males bahas Bella. Dia memang anaknya agak aneh."

"Kamu gak cemburu dia kayak mau nyari perhatian sama Mas?" tanya Arsena mulai menggoda istrinya. Ia ingin tahu apakah Afiqah cemburu atau tidak.

"Cemburu lah, makannya tadi aku seneng banget waktu Arga minta pulang. Aku gak enak mau ngusir dia pulang. Kalau dia bukan temen aku juga udah aku usir." Afiqah takut nanti di kuliah ia dibilang sombong atau dijelek-jelekan. Ia tidak mau punya musuh, jadi ia bersikap seramah mungkin.

"Aku kira kamu gak tau kalau Bella kayak naksir kamu."

"Mas tau lah, cuma mau liat reaksi kamu cemburu apa enggak."

"Pake nanya, istri mana yang gak cemburu kalau digituin awas aja kalau kamu sama Bella ada main, aku bakal sunat burung kamu." Mendengar itu Arsena tertawa.

"Emang kamu berani sunat saya?" pipi Afiqah memerah mendengar itu. Membayangkan itu membuatnya malu. Sialan! Kenapa ia pakai bahasa seperti itu? Ia terlihat mesum.

"Udah, ah males bahas gituan, pasti ujung-ujungnya kayak gitu."

"Nanti misal Bella gitu lagi kamu usir aja, gak papa jangan jadi orang gak enakan. Kadang orang bakal ngelunjak sayang kalau kita kasih hati gitu, mereka nanti bisa semena-mena sama kamu." Arsena menngatakan itu sambil meminum teh hangat yang dibuatkan istrinya. Mereka sudah berada di rumah, duduk sambil menonton televisi bersama anak-anak mereka. Lalu mereka membahas perihal kehadiran Bella tadi di taman.

Afiqah terdiam, apa yang Arsena katakan ada benarnya juga. Zaman sekarang orang-orang itu kadang suka seenaknya sendiri.

Lalu Arsena memegang kepala Afiqah. Menaruhnya bersandar pada bahunya. Tangan Arsena tak lupa mengenggam tangan Afiqah sangat erat.

"Kamu tenang aja saya gak akan selingkuh, saya udah cinta mati sama kamu. Apalagi ada anak-anak, saya gak mau anak kita nanti tumbuh di lingkungan keluarga yang gak sehat. Kasian mental mereka, makannya saya bakal berusaha untuk jaga keluarga ini."

"Makasih ya, Mas. Aku ngerasa beruntung sekali punya suami kayak kamu. Kamu mau selalu ngertiin aku."

"Kamu masih belum dewasa, saya berusaha bertanggung jawab karena menikahi kamu, jadi berusaha sebisa mungkin untuk membuat kamu bahagia dan tidak menyesal menikah dengan saya."

Afiqah tersenyum mendengar itu. Bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta pada pria ini? Kalau Arsena selalu bisa membuatnya merasa dimanja dan dicintai. Ia benar-benar mendapatkan cinta yang setara. Cinta yang selalu berkata baik, tak pernah marah padanya. Tak pernah membandingkan dengan masa lalunya, dan cinta yang selalu setia padanya. Pantas sajja Bella sangat menginginkan suaminya. Satu hal yang baru Afiqah sadari, suaminya itu sangatlah sempurna pasti banyak perempuan di luar sana yang mau menggantikan posisinya. Ia tidak akan membiarkan itu. Ia juga akan mencintai Arsena dengan seluruh hidupnya.

"Oh, iya gimana kuliah kamu?"

"Baik kok Mas. Semua berjalan dengan lancar."

"Syukur deh, Mas seneng. Maaf ya gara-gara saya kuliah kamu tertunda."

"It's okay Mas. Kamu izinin aku untuk kuliah lagi aja aku udah seneng."

"Saya gak mau jadi laki-laki partiarki yang melarang istrinya untuk sekolah. Sebisa mungkin dia juga sekolah tinggi, atau bisa mengejar cita-citanya. Selagi saya mampu saya akan bantu wujudin itu. Saya gak mau kamu memandang saya sebagai pria yang melarang perempuan untuk ini itu."

Arsena tidak mau melarang istrinya untuk menjadi wanita yang berilmu. Kadang ada pria yang minder disaat wanitanya lebih pintar. Makannya banyak pria yang tidak mau menikah dengan cewek yang lebih pintar karena takut tidak bisa di atur. Namun ia bukan pria seperti itu.

"Aku kira dulu waktu nikah sama kamu, aku bakal full di rumah ngurus rumah sama anak. Aku agak kaget waktu Mas nanya aku mau kuliah atau enggak? Bahkan mas nyewa pembantu sama baby sister buat bantu aku."

"Saya nikahin kamu buat jadi istri, kekasih, pendamping aku dan ibu dari anak-anak aku, bukan untuk jadi pembantu."

"Bisa aja kamu, Mas."

"Kalaupun kamu suka belanja atau apa saya juga selalu kasih, bahkan kamu ngirim paket COD ke kantor saya tetep saya bayar." Arsena menyindir insiden Afiqah yang mengirim paket COD ke kantor polisi. Hal itu membuat Afiqah langsung menutup wajah tak berani menatap suaminya.

"Kenapa nutupin muka gitu?"

"Gak apa, kok Mas."

"Kamu tau gak saya sampai diomongin sama satu kantor waktu bawa paket sebanyak itu. Katanya pintar sekali istrinya. Untung saya baik, kalau saya jahat itu tukang paket sudah saya suruh pulang."

"Ih, Mas. Maafin aku. Gak ulang lagi. Habis kamu nyebelin waktu itu, jadi aku kerjain deh." Lalu Afiqah tertawa kecil membayangkan bagaimana Arsena diejek sambil menggotong paketannya. Pasti tukang paketnya juga ketakutan saat mengantar ke kantor polisi.

"Malah ketawa kamu. Memang sengaja ya bikin Mas malu."

"Memang sengaja, kapan lagi bisa ngerjain polisi sangar satu ini."

Arsena hanya menggelengkan kepala lalu mengelus rambut sang istri. Memang istrinya itu ajaib selalu ada aja tingkahnya. Untung ia sabar, ia sudah biasa dikerjai oleh Afiqah. Semua karena itu akibat ia menikahi wanita yang usianya lebih muda. Jadi ia harus ekstra sabar dengan tingkahnya.

"Mas sebentar lagi aku ulang tahun lho, jangan lupa kejutannya."

"Tumben sekali kamu langsung nagih gini biasanya gak," ujar Arsena melirik istrinya curiga.

"Pasti kamu pengen sesuatu."

"Hehhehe kamu tau aja, Mas."

"Emang mau apa?"

"Mau nonton konser NCT, boleh ya?"

"Nanti saya pikirkan." Jawaban itu membuat Afiqah merengut. Sudah ia tebak pasti kalau berkaitan sama oppa-oppa korea suaminya itu pasti tidak akan langsung setuju. Awas aja kalau dia gak dikasih izin nonton, ia bakal membuat Arsena puasa satu bulan tidak menyentuhnya.


*****

GIMANA CERITA INI?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ARSENA?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE AFIQAH?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE BELLA?

SPAM NEXT DI SINI YAA

LANJUT ATAU STOP

GULLA

istrinya Jaehyun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top