BAB 15

halo kesayanganku

love dulu buat part ini?

kalian dari kota mana aja nih?

Plis temen2 jangan silent reader tolong komen apa aja, dukung aku kalau cerita ini memang layak, kalau gak layak aku bakal unpublish.

*****

Kalau kau tanya aku akan pilih lebih penting mana hidupku atau hidupmu, maka aku akan menjawab hidupku, karena di dalam hidupku cuma ada kamu, Afiqah.

"Tadi saya kayak melihat Andreas di kampus kamu? Apa cuma mirip aja, ya?" tanya Arsena pada istrinya.

Mereka sedang berada di salah satu resto makanan. Mereka memesan steak untuk makan. Biasa Afiqah yang mau makan ini, Arsena hanya menurut keinginan istrinya. Restoran itu tidak ramai, hanya ada beberapa yang beli saja. Mungkin karena masih agak sore. Mereka duduk bersebelahan.

Pertanyaan Arsena membuat Afiqah tersedak. Ia lalu minum dibantu Arsena. Pria itu dengan tanggap mengambil air dan mengelus punggung istrinya.

"Pelan-pelan sayang."

"Kamu lagian ngagetin aja." Afiqah sedikit panik, ketika Arsena berkata kalau bertemu dengan Andreas. Ia sedikit panik kemungkinan mereka bertemu walau sekilas itu pasti ada. Meski tak setiap hari Andreas kuliah tapi suaminya setiap hari menjemputnya.

"Maaf sayang mas cuma penasaran aja kenapa tadi Mas kayak liat ada Andreas di kampus kamu."Ketika Arsena menjemput Afiqah, ia tak sengaja melihat sosok laki-laki mirip Andreas masuk ke dalam mobil. Apa mungkin ia salah lihat? Namun ia memiliki indra penglihatan yang bagus.

"Kayaknya kamu yang salah liat, Mas. Ngapain juga Andreas di kampus aku." Afiqah masih berusaha menutupi kehadiran Andreas. Ia tak mau Arsena jadi kepikiran tentang hal ini. Pasti nanti Arsena akan jadi khawatir.

"Iya sih kamu bener juga, sayang. Mungkin mirip aja, kan banyak orang yang mukanya sama."

"Udah Mas gak usah mikirin Andreas, gak ada pentingnya mikirin dia. Kita udah bahagia. Aku juga udah gak pernah mikirin dia. Sekarang aku udah punya kamu, Arga dan Aurel. Keluarga kecil kita lebih penting dari pada seorang Andreas." Afiqah mencoba menenangkan suaminya untuk tidak berpikir buruk. Mungkin karena banyak berita juga mantan yang balikan mungkin itu juga jadi penyebab Arsena agak takut.

"Iya sayang aku tau kok, hanya saja aku merasa kepikiran aja. Kalau itu beneran Andreas, aku takut dia mau rebut kamu dari aku."

'Andai kamu tahu Mas kalau Andreas akhir-akhir ini ngejar aku," ujar Afiqah dalam hati. Bahkan sekarang Andreas tak segan untuk menyapanya, memberikan beberapa makanan meski ia tolak. Sebenarnya Afiqah risih ia bahkan sudah berulangkali menghindar tapi Andreas masih saja mengejarnya. Afiqah tak mau kalau Arsena tahu hal ini malah membuat keadaan semakin rumit. Ia masih bisa menghandle semua ini sendirian. Kecuali kalau Andreas nekat baru ia akan meminta bantuan Arsena.

Padahal di pertemuan terakhir mereka dulu ketika ia berusia 18 tahun, Andreas bilang sudah menghikhlaskannya dengan Arsena. Pria itu tidak akan mengganggunya lagi, tapi apa ternyata Andreas masih saja mengganggunya ketika mereka bertemu lagi.

"Dia gak bakal bisa rebut aku dari Mas. Aku cuma punya Mas Arsena bukan punya Andreas."

"Kamu itu penting sekali Afiqah buat, saya. Kalau kau tanya aku akan pilih lebih penting mana hidupku atau hidupmu, maka aku akan menjawab hidupku, karena di dalam hidupku cuma ada kamu, Afiqah."

"Jangan tinggalin saya, ya. Dunia saya cuma kamu, tanpa kamu rasanya saya mau mati."Setelah mengatakan itu Arsena menggenggam tangan Afiqah lalu mengecupnya penuh cinta.

Hal itu membuat Afiqah terdiam. Ia terharu karena suaminya ini begitu tulus padanya. Ia juga tidak akan tega meninggalkannya, begitu juga dengan Arsena yang menganggap kalau dunianya hanya dirinya sama seperti Afiqah yang menganggap dunianya sekarang hanya Arsena. Ia tidak akan mengkhianati suaminya apapun yang terjadi.

"Oh, iya di kampus gak ada yang bully kamu, kan? Atau ada yang ganggu kamu?" tanya Arsena pada Afiqah, ia takut kalau istrinya itu mengalami hal buruk di kampus terlebih Afiqah itu memiliki anak dan sudah menikah, kadang di pandang aneh oleh mahasiswa begitu juga umurnya yang mungkin sudah di atas temen sekelasnya.

"Enggak ada kok, Mas. Tenang aja. Lagian siapa yang berani bully aku. Kalau kamu setiap sore jemput aku pakai seragam ini." Afiqah mengatakan itu sambil tersenyum, kadang teman-teman cowok di kelas saja sampai takut mendekatinya karena tahu ia backingan polisi. Tak jarang juga beberapa temannya juga bersikap baik padanya.

"Maaf, saya gak ada kesan mau mereka takut kok, saya pakai seragam ini karena pulang dari kantor jadi sekalian ke sekolah kamu."

"Iya gak apa-apa, Mas. Aku tahu kok itukan kerjaan kamu."

"Tapi lucu aja kadang mereka ngira mas mau nilang mereka."

"Padahal nilang orang gak bisa sembarangan harus ada izin dari atasan juga. Ada suratnya juga."

"Hahahaha, lucu banget kalau mereka cerita begitu."

****

"Kamu yang tadi bukan, yang ngasih susu sama snack buat Afiqah." Iin dan Tania hendak pulang dari kampus. Namun di lapangan mereka melihat sosok Andreas. Iin masih mengenalinya.

"Jadi dia orang yang ngasih Afiqah makanan tadi istirahat." Tania takjub melihat cowok di hadapannya sangat tampan seperti aktor di korea. Afiqah memang beruntung sekali sudah punya suami tampan sekarang malah disukai sama pria tampan. Kapan ia akan di posisi Afiqah? Ia juga ingin berada di posisi gadis itu. Pria itu tinggi, putih, rambutnya hitam ala idol korea. Hanya saja senyum pria itu kaku. Sepertinya pria itu terkejut ketika di sapa oleh mereka berdua.

"Iya. Ada apa, ya?"

"Mending kamu berhenti deketin Afiqah dia udah punya suami." iin sebagai seorang teman dari Afiqah memperingati Andreas. Ia tidak mau rumah tangga Afiqah rusak oleh Andreas. Ia sangat menyayangkan jika hal itu terjadi.

"Bener itu, dari pada kamu ngejar istri orang mending sama aku aja. Aku masih single." Tania baru putus dari pacarnya, begitu melihat Andreas. Ia merasa Andreas adalah jodohnya. Pria itu bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Iin langsung mengedipkan mata pada Tania untuk tidak berkata yang macam-macam. Ia tak habis pikir dengan Tania yang malah mempromosikan diri. Bukannya malah membantunya, Tania melirik Iin gantian seakan memang ada yang salah dengan ucapannya.

"Maaf, saya pergi dulu." Andreas tak mau menanggapi ia lebih memilih pergi. Baginya perasaannya itu tak semudah itu. Tidak ada yang bisa mempengaruhinya. Ia juga tak mau bebasi-basi mereka tak penting bukan siapa-siapa tak berhak mengatur bagaimana ia jatuh cinta.

"Apaan dah kamu malah ngomong gitu." Iin menatap Tania sebal. Ia menghembuskan napas sabar. Begini nasib punya teman narsis parah.

"Emang salah? Dari pada dia sama istri orang mending sama aku, kan? Mana ganteng banget lagi mukannya. Dia jodoh aku kan?" gak salah sih, tapi waktunya kurang tepat aja.

Tania menatap punggung Andreas yang menjauh dengan penuh damba. Ia ingin memiliki pria itu. Apakah itu boleh?

Sedangkan Iin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya itu. Memang ajaib sekali temannya satu ini.

****

GIMANA CERITA INI?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ARSENA?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE AFIQAH?

SPAM NEXT DI SINI YAA

LANJUT ATAU STOP

GULLA

istrinya Jaehyun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top