Bab 12
Halo selamat malam minggu...
minta dukungannya boleh kan...
minta vote dan komennya yaaa...
Kalau boleh aku tanya umur kamu berapa?
****
Ingat dulu kamu itu cantik dan bahagia sebelum sama dia, jadi carilah pasangan hidup yang bisa membahagiakanmu bukan yang menyakiti hatimu.
***
Tiba di rumah pukul delapan malam. Anak-anak mereka tertidur di sepanjang perjalanan mobil. Arsena tak henti tersenyum ketika menaruh Arga di tempat tidur. Hari ini begitu melelahkan, karena si kecil mereka menghilang dikira diculik penculik ternyata diculik sama keponakannya. Menyebalkan bukan, padahal ia sudah kebingungan setengah mati.
"Kamu lapar, sayang?" tanya Arsena.
Mereka sudah makan malam di rumah mertuanya. Namun tadi ia melihat istrinya itu hanya makan sedikit. Ia takut istrinya kelaparan, istrinya itu masih harus menyusui anak. Butuh energi dan nutrisi.
"Gak kok, Mas. Aku masih kenyang."
"Saya masakin, ya."
"Mas tidur aja, besok masuk pagi, kan?" Afiqah mengingatkan untuk istirahat agar tidak terlambat kerja. Ia masih bisa menahan lapar.
"Kamu nonton tv aja, biar saya masakin. Saya tahu kok kamu lapar, sayang. Kamu istirahat aja ya, kamu pasti capek ngurus anak-anak kita seharian." Arsena tak menghiraukan perkataan Afiqah. Pria itu justru menyalakan telivisi lalu menyetel channel favorit Afiqah, memberikan istrinya itu sebuah remot untuk menonton televisi.
Padahal Afiqah berusaha agar suaminya tak perlu repot-repot melayaninya, tapi suaminya itu seakan peka jika ia lapar. Ia tadi tak makan, karena tak berselera dengan menu yang berada di rumah mertuanya. Hanya saja ia diam tak berani bilang, takut menyinggung perasaan mertuanya.
"Kamu baik banget, Mas. Padahal kamu juga capek seharian kerja." Afiqah terharu di-treatment ala princess oleh suaminya ini.
"It's okay, anything for my princess."
Kemudian Arsena mengecup kening Afiqah sebelum pergi dari kamar. Melihat punggung Arsena yang sudah menghilang ke dapur. Ia tersenyum tanpa sadar. Ia senang sekali dimanjakan oleh suaminya. Kata orang cinta pria itu akan berkurang dari 100 ke 0 tapi Arsena berbeda cinta pria itu malah akan selalu bertambah dari 100 menjadi 1000. Pria itu tak pernah pudar rasa cintanya. Bagaiaman bisa ia mengkhianati pria sebaik Arsena.
Ia tahu akhir-akhir ini Andreas cinta pertamanya selalu muncul. Namun hal itu tak membuat ia bisa berpaling dari Arsena. Ia tidak akan membuat Arsena marah atau kecewa terhadapnya. Justru ia yang takut kehilangan Arsena. Cari di mana lagi suami yang pengertian seperti Arsena.
***
Arsena berada di dalam dapur. Ia sibuk memasak. Sebenarnya ia juga lelah, namun melihat istrinya yang kelelahan dan belum makan malam membuatnya khawatir. Ia memasak makanan sederhana. Ia membuatkan nasi goreng telur kesukaan Afiqah. Di dapur ada beberapa bahan yang bisa ia masak, keluarga mereka setiap seminggu sekali akan belanja bersama di supermarket, ia juga membawa anak-anak mereka meskipun masih kecil. Ia ingin menunjukkan ke orang-orang kalau ia bahagia dan bersyukur memiliki keluarga kecil yang indah seperti ini.
Selesai memasak, Arsena membawa sepiring nasi goreng dan minuman serta beberapa cemilan ke kamar. Pintu kamar terbuka, terlihat sang istri masih sibuk menonton di sofa kamar. Ia menghampiri istri tercintanya itu. Lalu duduk di sebelahnya sambil membawa makanan.
"Makan dulu sayang."
"Mas tau aja aku lagi mau makan nasi goreng." Afiqah antusias melihat makanan yang dibawa Arsena. Matanya nampak berbinar, tak lupa juga ada beberapa cemilan seperti sosis dan naget. Perutnya yang lapar jadi semakin lapar, bahkan berbunyi, hal itu membuat Arsena tertawa.
"Ih kok Mas malah ketawa." Bibir Afiqah cemberut karena Arsena yang menterwakannya. Padahal ia sedang lapar.
"Kamu lucu sekali sayang."
"Padahal aku laper loh, Mas."
"Cup... cup... jangan merajuk sayang. Saya Cuma suka lihat wajah kamu yang gemas."
"Em, habis mas ketawain aku." Afiqah memutar bola mata dan bersedekap. Ia kesal karena dipermainkan oleh Arsena.
"Maaf sayang."
"Mau mas suapin atau makan sendiri?"
"Makan sendiri aja, aku udah gede juga jadi gak perlu mas suapin."
"Kata siapa kamu udah gede, kamu itu masih bayi. Bayinya saya.... Apalagi kalau merajuk seperti ini."
"Ih, mas. Aku ngambek nih, aku gak mau makan." Afiqah merajuk karena diejek seperti bayi.
"Makan sayang, perut kamu dari tadi bunyi, sini biar saya suapin." Arsena tanpa persetujuan Afiqah, langsung menyuapi Afiqah. Ia menggunakan sendok yang berisi nasi goreng diarahkan ke mulut istriya itu. mau tak mau Afiqah yang mencium wangi nasi goreng yang nikmat itu memakannya. Ia mengunyah makanan itu.
Sangat enak! Membuat mata Afiqah berbinar. Ia suka sekali setiap makan masakan suaminya. Selalu enak, ia sampai heran. Kenapa masakan Arsena lebih enak dari pada dirinya? Sedangkan dirinya kalau masak tidak seenak ini. Tapi anehnya selalu muji masakannnya, dan berkata makanannya lebih enak dari makanan siapapun termasuk makanan ibunya. Hal itu juga yang membuat Afiqah semangat untuk belajar masak.
"Enak sayang?"
"Enak sekali, Mas. Kamu memang selalu top kalau masak."
"Masih enakan masakan kamu sayang." Nahkan benar setiap ia memuji masakan pria itu. Arsena malah memuji masakannya.
"Apasih, mas. Kamu bohongkan aslinya gak enak." Sebenarnya Afiqah salah tingkah, tapi ia berusaha untuk menepisnya.
"Enggak sayang. Saya aja kangen dimasakin telur balado sama kamu."
"Besok aku masakin deh sayang."
"Siap tuan putri, tapi ini habisin dulu makanannya. Sosis sama nagetnya kamu gak mau?"
"Mau dong, awas aja Mas habisin."
Kemudian mereka makan, dengan Arsena yang sibuk menyuapi Afiqah sesekali ia juga ikut makan. satu piring berdua istilahnya, sangat romantis bukan. Betapa menyenangkan hal ini. Tanpa sadar Afiqah tersenyum, suaminya itu menimpali beberapa hal yang lucu. Ia yang tadi lelah jadi semangat lagi.
"Udah makannya?"
"Udahlah, Mas, itu kan udah habis."
"Tapi saya masih lapar," balas Arsena.
"Jelas Mas lapar, tadi Mas cuma makan dikit. Aku yang makan banyak." Dari tadi ia perhatikan suaminya itu hanya makan sedikit makanan, Arsena lebih sering menyuapi untuknya dari pada untuk dirinya sendiri. Ia jadi tak enak, padahal yang masak itu Arsena, tapi yang makan banyak malah dirinya. Pasti suaminya kelaparan.
"Bukan lapar makan sayang."
"Terus?"
Kening Afiqah berkerut ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Arsena. Tadi katanya lapar, terus bilang tidak lapar makan. Lalu lapar apaan? Ia jadi bingung, sedangkan Arsena menatap Afiqah sambil menyeringai. Tatapan itu membuat Afiqah curiga.
"Lapar ini sayang," ucap Arsena sambil memegang bibir Afiqah dengan telunjuk.
"Bolehkan sayang?"
Pipi Afiqah merona malu, padahal tinggal cium aja, gak usah minta ijin. Biasanya Arsena kan langsung nyosor. Tapi malam ini pria itu seperti sedang menggodanya.
"Sayang..." panggil Arsena lagi, matanya menatap Afiqah dalam.
Melihat hal itu membuat Afiqah gemas. Ia malah menarik leher Arsena lalu mengecup bibir pria itu.
***
TOLONG SPAM NEXT DI SINI
100 KOMEN BARU LANJUT YAAA
UDH PADA BOSEN YA :(
GAK ADA YANG MAU BACA YAAA
MENURUT KALIAN CERITA INI SEPERTI APA?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top