Bab 10


Love dulu buat part ini 🥰💜💜💜💜

Bagus nggak sih cerita ini?

Sebutkan asal kota kalian guys?

Kalian tau cerita ini dari mana?

ada yang kangen aku nggak?

Kenapa dikit kali yg komen udh pada ilang kah pembaca ku? RAMAIKAN DONGGGG!!!!! Janji deh langsung upload hehehe.

TEMEN-TEMEN TOLONG BANGET MINTA VOTE SAMA KOMENNYA :(

AKU SAYANG KALIAN SWEETES 🤍🤍

Sedih bgt ngk ada yg baca🥲

****


Jangan jadikan hidup orang lain sebagai standart kebahagianmu. Karena hal itu hanya membuat perasaan iri dan benci di dalam hatimu.

Inti dari kebahagiaan adalah rasa syukur.

Bella sudah memikirkan ide, ia akan membuat Arsena marah, karena Afiqah telah mendua dengan Andreas. Ia akan mengatakan pada Arsena, kalau Afiqah sering ketemuan dengan Andreas. Ia harus memiliki nomer Arsena terlebih dahulu, baru disaat itu, ia akan menjebak Afiqah dan Andreas berdua. Ia pikir ini adalah ide yang hebat.

"Lo mikirin apa?" tanya Tina pada Bella. Mereka makan berdua di resto dekat kampus. Mereka tidak bersama Afiqah.

"Bukan apa-apa."

"Lo aneh banget dari kemarin deketin Afiqah. Ada apa?" Tina merasa Bella merencanakan sesuatu. Ia jadi memiliki firasat buruk. Apapun itu ia berharap Bella tidak melakukan tindakan bodoh atau gila lainnya. Ia tidak ingin Bella kenapa-napa. Ia iba pada Bella yang tinggal sebatang kara di sini, tidak memiliki keluarga.

"Iri banget gue liat Aifiqah, kok bisa ya dapat cowok royal kayak Arsena. Gue yang tulus gini, dapat cowok mokondo terus." Tina mengeluh nasib percintaannya pada Bella. Bella juga merasakan hal yang sama, sedangkan dia hanya didekati oleh pria hidung belang. Entahlah Bella juga tak mengerti, maka dari itu ia iri dengan hidup yang dimiliki oleh Arsena.

"Begitulah, tuhan tidak adil, kita harus berusaha keras dengan takdir yang buruk dan tidak kita inginkan, sedangkan ada orang yang diberikan takdir yang amat membahagiakan tapi dia seolah-olah tak bahagia." Bella merasa semua ini tidak adil untuknya.

Tina hanya menganggukkan kepala mendengar perkataan Bella yang ada benarnya. Karena itu fakta hidupnya. Ia mengalami apa yang Bella katakan.

"Gue denger ada gosip katanya Afiqah nikah sama Arsena, waktu Afiqah masih SMA. Terus Afiqah katanya hamil di luar nikah." Bella menyampai sebuah informasi pada Tina.

Mendengar itu Tina terkejut. Ia tidak percaya, Afiqah yang ia kenal alim seperti itu hamil di luar nikah. Muka Afiqah itu polos, kalem seperti wanita baik-baik, jadi ia terkejut ketika tahu hamil di luar nikah.

"Lo serius? Dapat berita dari mana lo?"

"Dari temen SMA-nya. Gue serius nggak bohong."

"Memang ya nggak bisa nilai orang dari penampilannya, padahal mukannya polos gitu Afiqah. Ternyata diam-diam dia hamil di luar nikah."

"Aku masih nggak nyangka." Tina benar-benar tidak menyangka orang yang ia kenal alim itu nakal. Memang sih kadang yang mukannya alim itu diam-diam menghanyutkan.

"Jangan tertipu dari tampang sih, kadang yang alim itu dia lebih pro. Dia Cuma nutupin kenakalannya aja." Bella membalas perkataan Tina.

"Kamu bener banget, pantes Afiqah itu agak tertutup samma kita-kita. Tenryata itu alasannya biar nggak ada yang tau masa lalu dia. Dia pasti berusaha menyembunyikan itu. afiqah pasti malu banget kalau anak-anak tahu tentang ini."

"Kok kamu sampai cari tahu tentang Afiqah?" Tina penasaran dengan Bella, apa yang Bella cari dari Afiqah, sampai mencari tahu aib wanita itu.

"Eh itu, aku Cuma pengen tahu aja alasan dia tertutup, dia kayak nggak mau berteman sama orang-orang, makannya itu aku penasaran sama kehidupan dia. Eh aku ngak sengaja ketemu teman SMA-nya. Ternyata ini yang disembunyikan sama Afiqah." Bella berusaha menutupi alasan sebenarnya kenapa ia mencari tahu tentang Afiqah, ia tidak ingin Tina tahu kalau ia melakukan ini agar bisa merebut Arsena dari Afiqah. Ia harus berhati-hati. Teman bisa saja jadi musuh.

"Oh, kirain kenapa. Soalnya aneh aja, kamu kayak obsess banget sama Afiqah, sampai cari tahu masalalu dia."

"Enggak kok, biasa aja. Aku kan memang kepoan orangnya." Bella bernapas lega karena Tina percaya pada perkataannya.

Tina enggan membalas, ia melanjutkan makannya. Ia pikir Bella sepertinya memiliki niat lain. Namun ia tidak tahu niat apa itu.

****

"Mas Arga hilang," ujar Afiqah sambil menggendong Aurel. Ia baru saja selesai memandikan Aurel. Afiqah menghubungi Arsena melalui ponsel. Afiqah panik karena anak pertama kesayangannya tidak ada di ruang tamu. Demi tuhan anaknya itu masih berusia lima tahun. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk. Ia sudah mencari di seluruh penjuru rumah tapi tak ada.

"Masa hilang, emang tadi Arga ada di mana?" Arsena masih berada di kantor polisi. Ia cemas mendengar kabar dari Afiqah.

"Tadi dia nonton tv, aku lagi mandiin Aurel bentar."

"Coba cari di rumah, siapa tahu Arga ngumpet di mana, biasanya Arga suka main petak umpet." Arsena tahu kalau anak pertamanya itu kadang jail.

"Enggak ada Mas, aku udah cari di manapun, tapi nggak ada." Afiqah panik, ia bahkan sampai menangis ketika mengatakan itu. Ia sudah frustasi mencari Arga, rasanya seperti kehilangan nafas dan seluruh hidupnya.

"Beneran udah dicari ke semua tempat? Pintu sama pagar kamu kunci, kan?"

"Udah aku kunci Mas, terus tadi aku keliling rumah cek Arga nggak ada. Sumpah, Mas. Coba mas cari, mas kan polisi pasti lebih cepet." Mendnengar itu Arsena hanya menggelengkan kepala. Dipikir cepat apa mencari sesuatu. Apalagi hilangnya juga tidak jelas. Namun karena Arsena juga panik, ia langsung pulang. Untung saja sudah waktunya untuk pulang. keamanan rumahnya itu ketat, tidak sembarang orang bisa keluar dan masuk. Ada-ada saja masalah.

"Iya, ini saya ke rumah, kamu tenang aja, sayang. Insting saya sebagai seorang ayah mengatakan kalau Arga baik-baik saja."

"Mana bisa aku tenang, Mas. Anak kita hilang. Gimana kalau Arga diculik orang terus dijual?" Afiqah teringat berita perihal penculikan anak yang semakin marak di media.

"Sekarang kamu cari lagi Arga, hubungin Pangeran juga bantu dia nyari." Arsena meminta istrinya itu untuk menghubungi Pangeran.

"Iya, Mas. Cepet ke sini, jangan lama-lama. Kalau Arga kenapa-napa berarti salah kamu." Astaga masih saja menyalahkannya. Arsena hanya bisa menggelegkan kepalanya mendengar itu. namanya juga nikah sama anak remaja labil, jadi ia harus bersabar menghadapi tingkahnya.

"Iya, sayang."

Setelah panggilan tertutup, Afiqah menghubungi Pangeran untuk menbantunya mencari Arga. Namun ia sudah berkali-kali menghubungi Pangeran tapi tidak bisa. Tidak diangkat sama sekali oleh Pangeran. Hal itu membuat Afiqah kesal. Awas saja kalau nanti ke sini, ia akan memarahi keponakannya itu.

"Ke mana juga perginya nih anak ditelponin pas butuh nggak ada, giliran ngak dibutuhin suka banget ke sini." Afiqah hanya bisa menghela napas sabar. Ia sekarang hanya bisa mengandalkan Arsena. Ia belum menghubungi orangtuanya, nanti saja setelah Arsena menyuruhnya.

Kemudian ia terduduk di sofa, sambil menggendong Aurel. Ia lemas, karena Arga belum ketemu. Ia merasa ketakutan, tak ingin terjadi hal buruk pada putra kesayangannya itu. Semoga saja Arsena cepat pulang ke rumah.




****

Gimana part ini?

Suka nggak?

Mau lanjut nggak?

SPAM Next DISINI YAAAAAAAAAAAAAA

Aku target 100 komen baru lanjut ya

Follow instagram aku dan tiktok aku @wgulla_


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top