Empat Belas

Alfaz memperhatikan Liana yang tengah melamun. Ia tahu, keputusan yang akan diambil tidaklah mudah tetapi ia masih berharap jika Liana mau untuk hidup bersamanya. Ia pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Liana bahagia.

"Aku mohon," pinta Alfaz penuh harap.

Liana menggeleng pelan. Ia ingin sekali bersama Alfaz tapi ia juga tidak bisa melawan keluarga besarnya.

"Baiklah."

Akhirnya Alfaz menyerah. Ia akan ikuti apa yang Liana inginkan. Termasuk hari ini, ia tetap menuruti dan menjadikan Liana prioritas utama sama seperti dulu meskipun kini mereka sudah tidak bersama lagi.

"Maafkan aku."

Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari bibir Liana. Ia juga sedih dalam masalah ini. Bahkan ia merasa dirinya juga sebagai korban tapi apa yang bisa ia lakukan?

Tak ada apapun yang bisa ia lakukan selain pasrah menerima nasib buruknya.

Menikah dengan Juan adalah hal terburuk seumur hidupnya menurut Liana. Juan adalah penghancur semua mimpi-mimpi indahnya.

"Kamu tidak perlu meminta maaf."

Alfaz meraih Liana kedalam pelukannya. Ia sangat merindukan masa-masa seperti ini.

Masa dimana mereka berdua saling bercerita dan menenangkan satu sama lain dengan pelukan yang sudah terbukti ampuh karena mampu membuat hati mereka tentang.

"I love you." Liana membalas pelukan Alfaz.

Tanpa mereka sadari, kemesraan mereka berdua telah direkam oleh anak buah Juan yang Juan tugaskan khusus untuk mengikuti Liana.

***
Juan tersenyum melihat ke arah layar ponselnya yang tengah memutarkan video kemesraan antara Alfaz dan Liana.

"Bagus sekali istriku, kamu sudah pantas untuk disebut jalang," gumam Juan.

Rasa bencinya pada Liana belum hilang. Ia hanya berusaha untuk bersikap baik namun sepertinya Liana memang tidak ingin berbaikan dengannya.

"Main saja sesuka hati kalian. Aku akan berpura-pura untuk tidak tahu," ucap Juan sambil menghapus video itu.

Juan meletakkan ponselnya kembali ke meja dan membuka berkas pekerjaannya. Menurut Juan, pekerjaan lebih penting daripada memikirkan Liana.

Baru beberapa saat Juan membaca, ponselnya bergetar dan muncul notifikasi pesan dari Bella, adik dari sahabatnya.

"Tumben," ujar Juan karena tidak biasanya Bella mengirimkan pesan untuknya.

Bella termasuk gadis sombong dan cerewet. Juan tidak menyukainya tetapi ia tetap akan bersikap baik pada Bella karena dia adalah adik sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Juan membaca pesan yang dikirim oleh Bella untuknya yang ternyata berisi permintaan untuk membawa Azam pulang karena hari ini akan dijodohkan.

Tentu saja, Juan tertawa membaca pesan itu karena ini bukan pertama kalinya sahabatnya itu akan dijodohkan dan Juan bisa menebak apa yang akan terjadi nanti.

Juan yakin, Azam punya seribu cara untuk kabur atau minimal beralasan yang berujung batalnya perjodohan itu.

[Ok]

Hanya itu balasan yang Juan berikan untuk Bella.

Sekarang waktunya ia bergegas untuk menemui Azam dan membawanya pulang.

***
"Kamu?"

Azam melihat ke arah Juan aneh karena saat ini, Juan tengah berdiri di dekat mobilnya.

"Akhirnya kamu pulang. Aku sudah hampir mati bosan menunggu kamu," balas Juan terdengar seperti kesal.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku. Apalagi menjaga mobilku."

"Aku ikut pulang ke rumahmu. Ada yang ingin aku bicarakan padamu."

"Tumben sekali," ujar Azam sedikit aneh tetapi ia tetap mengangguk menandakan setuju.

Tak butuh waktu lama, kini Azam dan Juan telah sampai rumah yang langsung disambut oleh Ciko.

"Kamu juga disini?" tanya Azam.

"Biasanya aku juga disini untuk menemui kekasihku."

"Kekasih yang mana? Cepatlah cuci mukamu, biar kamu bangun dari mimpimu," ejek Juan.

"Semua memang berawal dari mimpi, bukan?"

Ciko sangat percaya diri bahwa suatu saat nanti cintanya akan terbalaskan.

"Heh ... kenapa kalian malah ngerumpi disini!" ucap Bella sambil berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala.

"Bella, sudah berapa kali Kakak bilang padamu, jangan menggunakan pakaian pendek-pendek seperti itu!" tegur Azam yang tak suka melihat adiknya menggunakan pakaian terbuka.

"Cerewet!" seru Bella sambil menjulurkan lidahnya mengejek kemudian berlari masuk rumah untuk mencari perlindungan kali saja kakaknya mengamuk.

"Adikmu sangat unik." Juan dan Ciko tertawa melihat kelakuan Bella.

"Alfaz perintahkan kesini juga, kita berkumpul disini," ucap Azam mengalihkan pembicaraan.

"Dia tidak mungkin datang," balas Juan.

"Pasti datang," timpal Ciko.

"Tidak mungkin," sahut Juan cepat sehingga mengakibatkan tatapan menyelidik dari Azam dan Ciko.

"Dia tengah bercinta dengan istriku," sambung Juan.

Jawab Juan sontak membuat Azam dan Ciko terkejut dan aneh.

Terkejut karena Alfaz sampai nekad dan merasa aneh karena Juan terlihat biasa saja.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top