🌹Chapter 1 - Kenangan Masa Lalu

Enam tahun yang lalu...

Ballroom hotel bintang lima disulap menjadi tempat acara ulang tahun yang mewah dan berkelas.  Di setiap sudut ruangan terdapat balon-balon berwarna biru dan putih, serta dihias dengan bunga-bunga dengan warna yang sama.  Di bagian depan tepatnya di atas podium terdapat tiang berhiaskan balon dan tulisan selamat ulang tahun Alisa yang ke-20 tahun.

Alisa, gadis yang berulang tahun hari ini, terlihat spesial.  Gadis itu mengenakan gaun mewah biru rancangan perancang busana ternama di ibu kota Jakarta.  Mahkota putih menambah kecantikannya. Sekilas, Alisa tampak seperti seorang putri di negeri dongeng.  Cantik sekali, apalagi dengan rambut hitam panjang yang mencapai pinggang.

Nadia Alvina sedang duduk di meja yang disediakan untuk tamu undangan. Gadis itu hanya bisa iri melihat itu semua. Dia seumuran dengan Alisa tahun ini, namun nasib mereka berbeda.  Beruntung sekali Alisa, orang tuanya mengadakan ulang tahunnya di hotel bintang lima. Mami dan papinya rela merogoh kocek dalam-dalam demi kebahagiaan putrinya.

Nadia tersenyum miris, lupakan perayaan ulang tahun yang diadakan oleh orang tuanya. Orang tuanya bahkan tidak ingat kapan ulang tahunnya.  Ayah dan ibunya bercerai saat Nadia duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama.

"Ada apa denganmu Nad?"  Sebuah pertanyaan dari Rayyan yang duduk di sampingnya menyadarkan Nadia dari lamunannya.

Nadia mendongak dan menatap Rayyan. "Tak apa-apa. Aku hanya merasa ulang tahun Alisa sangatlah mewah dan berkelas."

Rayyan pun tertawa pelan. "Ah, biasa saja kok! Aku sudah sering melihat acara ulang tahun seperti ini," ujarnya terdengar agak sombong.

Nadia pun tersenyum tipis. Bagi Rayyan itu tak salah, karena dia juga berasal dari golongan kelas atas seperti Alisa.

Seorang wanita berseragam biru dan putih selaku pembawa acara membacakan acara selanjutnya yaitu acara potong kue. Beberapa saat kemudian kue ulang tahun dua tingkat bertema sama diletakkan di meja. Spontan para tamu undangan yang hanya lima puluh orang termasuk Nadia dan Rayyan spontan berdiri menyanyikan lagu happy birthday. Mami dan papi Alisa berdiri di samping Alisa, turut menyanyikan lagu yang sama. Dan rangkaian acara terus berlanjut sampai selesai.

***

Akibat terlalu banyak minum minuman beralkohol membuat Nadia merasa tidak nyaman. Rayyan berbaik hati membawa gadis itu ke dalam salah satu kamar hotel bintang lima yang kebetulan kosong.

Di ruangan kamar yang elegan dan mewah, Nadia  merasakan sekujur tubuhnya panas seperti habis disiram oleh air panas. Dia merasakan hasrat di dalam dirinya yang membara. Gadis itu berjinjit dan mencium bibir Rayyan.
Sungguh, Rayyan tak menyangka jika Nadia akan bertindak sedikit liar malam ini. Dia pun ikut terbuai dan membalas ciuman Nadia. Keduanya sama-sama amatir belum punya pengalaman dalam hal ini. Ciuman baru terlepas setelah keduanya sama-sama terengah dan kehabisan napas. 

Tak kuasa menahan rasa panas yang kian membara padahal AC sejak awal sudah menyala saat pertama kali masuk, Nadia melepaskan satu per satu pakaian yang membalut tubuhnya mulai dari dress selutut tanpa lengan sampai hanya menyisakan pakaian dalam saja. Gadis itu berjalan sambil memainkan rambut hitam panjangnya menghampiri Rayyan yang berdiri mematung di tengah ruangan kamar. Tangannya yang kecil menyentuh tangan besar pria itu.

"Tolong sentuh aku!" ucapnya setengah memohon, diarahkannya tangan besar Rayyan ke wajahnya.

Dalam jarak sedekat ini Rayyan bisa melihat wajah cantik Nadia. Benda kenyal dan lembut menyentuh dada bidangnya. Nadia, gadis itu sengaja ingin menggodanya. Pelukan itu terasa semakin kuat, Nadia menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya yang untungnya masih berbalut kemeja.

"Nad, tolong lepas pelukanmu?" pinta Rayyan sambil terus berusaha untuk melepaskan pelukan Nadia yang seakan semakin erat seolah tak ingin lepas lagi. 

Nadia menggeleng. "Aku tak mau melepaskanmu, nanti kau pergi meninggalkan aku," ujarnya berkata manja. Dia menghirup aroma menyegarkan dari tubuh pria yang sedang dipeluknya. 

Napas Rayyan kian memburu, jantungnya berdetak dengan kencang. Dia berusaha mati-matian untuk menahan diri agar tak melakukan hal yang lebih jauh dengan temannya, Nadia. Gadis itu memiliki wajah yang cantik dan tubuh molek yang sulit untuk ditolak oleh laki-laki.

"Jangan salahkan aku, Nad! Kau yang lebih dulu menggodaku!" ucap Rayyan. 

Bayangkan saja seorang laki-laki normal melihat tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan pakaian dalam tidak mungkin dapat menahan godaan lama-lama. Pakaian dalam merah cerah sangat serasi di tubuh molek Nadia.

Rayyan yang sudah tak kuat menahan hasrat dalam dirinya tanpa menunggu lebih lama lagi langsung menggendong Nadia ke atas ranjang berukuran king size. Lehernya diusap oleh tangan lembut gadis itu. Persetan dengan hal yang lain, dia tak peduli. Ibarat kata kucing jantan disodorkan kucing betina yang sukarela memberikan tubuhnya mana mungkin bisa dia tolak. Dia adalah salah satu laki-laki normal.

Nadia bergerak eksotis di atas ranjang, tubuhnya semakin panas dan tak terkontrol. Dia tak bisa berpikir jernih lagi, di dalam pikirannya hanya memikirkan bagaimana cara agar hasrat dan rasa panas di tubuhnya segera menghilang. 

Rayyan membalas ciuman Nadia yang menggebu-gebu. Bibir mereka saling mengisap satu sama lain. Tangannya tak tinggal diam, melepaskan pengait bra yang dipakai Nadia. Dibuangnya bra itu secara sembarangan. 

Dua gunung kembar montok dan berisi segera menyembul keluar seakan menantang agar segera dimainkan. Biasanya dia hanya melihat benda itu dari luar dan tertutup pakaian, kini melihatnya secara langsung. Diciumnya dua gunung kembar secara bergantian. Tangan Rayyan meremas gemas gunung kembar itu secara bergantian terkadang secara bersamaan. Berlanjut memelintir, mengisap puting yang sudah mengeras dan menjilatnya seperti seorang bayi. Sang pemilik tubuh mendesah keenakan. 

Rayyan menyusupkan tangannya ke dalam celana dalam Nadia yang sudah basah dan becek oleh cairan bening. Laki-laki itu terkekeh. "Kau sudah basah, Nadia." Dia berkata sambil mengusap-ngusap bagian feminim Nadia. 

Nadia masih dengan posisi yang sama, gadis itu berbaring terlentang di ranjang. Matanya memejam dan membuka seakan menikmati sentuhan lawan jenisnya malam ini. Dia merubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang. Ditatapnya mata jernih Rayyan yang masih melancarkan aksinya memainkan bagian feminimnya. Kedua tangannya tak tinggal diam, bergerak melepaskan kemeja biru tua polos berlengan pendek yang membalut tubuh pria di depannya ini. 

Nadia mengusap dada bidang atletis yang terbentuk dari olahraga rutin. Pria itu memang sangat menjaga tubuhnya. Untuk beberapa saat Nadia memeluk tubuh Rayyan. Pelukannya dibalas tak kalah erat oleh Rayyan. Tangannya bergerak mengusap junior pria itu yang terlihat menyembul dari dalam. 

"Kau ingin melihat milikku? Dia sudah bereaksi." Nadia mengangguk semangat sebagai jawaban. Kapan lagi bisa melihat benda yang sangat penting itu, pikir Nadia. 

Rayyan melepaskan resleting celana dalam dasar hitam, menyisakan celana dalam abu-abu polos. Dia tertawa melihat temannya itu yang terperangah dengan ukuran miliknya. Ukuran miliknya memang idaman para wanita.

***

Halo, guys, gimana pembukaanya? Komen yuk...

See you next chapter 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top