Prolog

Apakah kedamaian akan datang kembali?

Bukan tanpa alasan jika pertanyaan semacam itu muncul lagi. Setelah sekian lama, misteri semakin terkuak. Louhen—tempat tinggal Bangsa Aresh yang dulunya indah, kini tidak lagi dapat disebut seperti itu. Memangnya, apa yang terjadi? Mengapa raut wajah kalian begitu menderita?

Konon, kisahnya disebutkan dalam suatu sajak. Tidak tergapai, misterius, tetapi penuh makna.

Ingatlah satu hal ini ketika kelak kamu dewasa.

Luka gores dapat sembuh.

Darah menetes dapat mengering.

Namun, tidak untuk kepercayaan yang susah payah dijaga.

Ingatlah ketika manik mata gelapnya menatap nanar pemandangan itu. Ketika ayahnya terluka karena amarah, ibunya membawanya pergi tanpa sempat dicegah. Menuju tempat aman, katanya. Hanya saja, masih adakah tempat aman saat tidak adanya kedua kekuatan penopang hidupnya?

Tangan kekar itu menyentuh kepalanya. Rasanya begitu sakit. Seolah seluruh nyawanya diambil paksa. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan.

Tolong, ambil kembali apa yang menjadi hakmu.

Dapatkan kembali kedamaian yang sempat hilang.

Selamatkan kami!

Sayangnya, ia menjadi sangat terlambat. Matanya hanya terpejam sebentar, tetapi semuanya asing ketika matanya kembali terbuka. Tangisan tidak lagi mampu dibendung. Hutan, puing-puing istana yang sebelumnya megah, maupun mayat bergelimpangan dimana-mana. Semuanya musnah. Yang tersisa hanya sebuah bangunan besar dengan papan nama di depannya.

Panti asuhan, begitu yang tertulis.

Ketika dua api kembar bertemu.

Ketika mereka menjawab panggilanmu.

Saat itulah hal yang benar akan kembali seperti seharusnya.

Ketulusan tentu dipertanyakan.

Namun, tiada yang mudah jika sudah menyangkut nyawa.

Sampaikan kepada semua orang, kelak dia pasti kembali.

Dari lima menjadi empat.

Bersiaplah untuk segala hal yang akan memorak-porandakan hidup tanpa waktu singkat.

***

-Ros-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top