2.
Yo. Akoh kembali :)
Terima kasih telah memberikan respon yang baik!
Kalau begitu lanjuut!
Jangan lupaaa dengarkan instrument yang aku rekomen yaaa, kalau aku mencantumkannya :)
Hope you like it.
.
.
.
Hot News
Kujou Tenn & Nanase Riku
Are They Twins???
.
.
.
Comment
Fans1: Serius?!
Fans2: Katanya, gambar itu pada saat mereka berada di salah datu stasiun tv yang sama.
Fans3: Apakah ini prank?
Fans1: Bukankah ini terlalu mendadak?
Fans5: Berita yang mendadak justru akan menaikan nama.
Fans6: Apa kalian pikir mereka sedang menaikan popularitas?
Fans3: Idolish7 dan Trigger? Nama mereka memang selalu bersanding tapi kalau dibilang ini untuk gimmick...
Fans8: Harusnya mereka lebih percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Tidak perlu membuat drama.
Fans1: Jadi mereka benar hanya mencari sensasi?
Fans9: Lagi pula nama keluarga mereka berdua berbeda, Kujou dan Nanase.
Fans2: Mungkin kedua orang tua mereka bercerai?
Fans7: Mungkin, tetapii jika benar ini hanya sebuah sensasi belaka.... mereka benar-benar membuatku... kecewa.
Fans9: Bagaimana jika ini kebenaran?
Fans3: Berarti mereka membohongi kita dari awal.
Fans10: Idol yang membohongi fansnya sendiri, benar-benar tidak tahu malu.
Fans11: Bagaimana caranya kita percaya bahwa jika setiap kali mereka berkata 'Kami sangat menyayangi kalian' bukan hanya di bibir saja?
Fans9: Kau benar haha! Pada ujungnya mereka hanya ingin uang!
Fans12: Mereka tidak mungkin seperti itu! Mereka tulus dalam bernyanyi!
Fans13: Ya! Apa kalian tidak bisa merasakannya??
Fans9: Heh... mungkin Trigger tulus. Tapi Idolish7 bisa jadi menggunakan cara curang.
Fans2: APA KAU BILANG?! Idolish7 lebih baik! Trigger model lama!
Fans9: Wah. Fans fanatik.
Fans2: Bukan kah kau sama saja?!
Fans14: Bodoh.
Fanssss: Brengs*k!
Fanssss: Apa kau bangs----
@@PIIIIIIP@@
@@@@
@@@
@@
@
.
.
.
Are They Twins?
by
nshawol566
.
.
.
"Tadaimaaaa! " Tamaki membuka pintu dorm dengan sangat keras, membuat suara benturan antara pintu dan dinding bergema hingga ke sudut ruangan. "Tamaki-kun. Tidak baik membanting pintu." Sougo memeriksa dinding dibaliknya, apakah benturan tadi menyisakan bekas atau tidak.
"Hah... benar-benar hari yang panjang. Onii-san ingin pingsan... Ichi," Yamato merangkulnya Iori yang berada tepat di sampingnya. "Tolong gendong."
Iori menghela nafas lelah. "Yang lelah tidak hanya kau, Nikaido-san." Katanya, namun tidak menedorong Yamato menjauh.
"Yash... aku rasanya ingin menikahi kasurku desu. " Nagi berjalan dengan menjadikan dinding sebagai sandarannya.
"Aku ingin cepat memejamkan mata. Tetapi... " Mitsuki menghentikan langkahnya dan membalikan badan. "...aku tidak tahu sejak kapan member kita seramai ini? Bagaimana dengan rencana awal kami yang ingin beristirahat, wahai para tamu? " Tanya Mitsuki, menghadap empat orang dibelakangnya yang terkekeh.
"Ouiee. Kouhaiku! Aku mengkhawatirkan Riku! Jadi kami mampir! Bukan begitu, Yuki? " Momo menyikut lengan lelaki bersurai panjang disampingnya. "Ya. Memastikan bahwa ia sudah lebih baik."
"Kami hanya mengikuti si bocah," Gaku berkacak pinggang. "Jangan sampai ia menyusahkan kalian."
"Maaf ikut ke dorm kalian malam-malam." Ryuu membungkukan badannya. Sebagai member tertua Trigger sudah sewajarnya ia bersikap demikian.
Member Idolish7 hanya tersenyum kecil. Sejujurnya, mereka sama sekali tidak keberatan. Kehadiran Trigger dan Re:vale menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.
"Tetapi... setelah kalian mengkhawatirkan Riku, ia malah keluar dengan kakaknya... " Yamato menggelengkan kepala tidak percaya.
"Benar-benar Nanase-san itu. Aku harus mengikatnya. Padahal ia baru saja pingsan dan demam tinggi. Begitu merasa lebih baik, ia memohon untuk bisa bersama Kujou-san sebentar saja, bagaimana kalau asmanya kambuh lagi? Diluar kan dingin--"
"--Hai. Hai. Iori/Ichi/Iorin." Member Idolish7 bersweatdrop mendengar itu.
"Tenang! Tenn bersamanya, tidak ada yang berani mendekati Riku-kun jika Tenn disana, haha." Jelas Ryuu ,tertawa kecil.
"Yupiiee! Tenn kakak yang bisa diandalkan," Tambah Momo mendorong semuanya masuk ke area makan. "Sekarang saatnya makan! "
"Kalian benar-benar menganggap ini rumah kalian bukan... " Mitsuki menatap datar mereka.
"Mitsu! Beer!! "Sahut Yamato mengangkat tangannya.
"Dan kau benar-benar menganggapku sebagai pelayan, dasar Ossan pemabuk! " Protes Mitsuki yang hanya ditertawakan orang-orang sekitarnya, bahkan Iori.
"Biarku bantu, Mitsuki-kun," Ryuu tersenyum kearahnya sembari melipat lengan baju panjangnya. "Kau pasti kerepotan."
"Ah. Tsunashi-san. Kau seperti malaikat tanpa sayap. Arigatou! Itu sangat membantu! " Mitsuki menerima tawarannya dengan senang hati.
"Aku juga akan bantu," Yuki menghampiri mereka "Aku bisa membuat beberapa cemilan."
"Yuki-san... " Mitsuki menatapnya terharu.
"Aku juga akan membantu masak." Sougo bersiap menggulung bajunya sama seperti Ryuu.
"Hm? " Mitsuki melirik si penyaut, lalu menghentikan langkah Sougo panik setelah melihat sosoknya jelas. "Oho! Stop! Stop! Sougo-sama. Silahkan anda duduk saja. Biarkan para ahli yang menangani ini, ok?" Ujar Mitsuki mengusir secara halus.
"Biar cepat selesai--"
"--Yup. Sofa ada disebelah sana. Silahkan." Mitsuki mendorongnya menjauh dari pantry. Sougo hanya menatapnya bingung sebelum bergabung dengan yang lain.
"Save... " Mitsuki menghela nafas panjang.
Yuki dan Ryuu hanya tertawa kecil "Baiklah kita mulai saja."
"Okeeeh, jadi saat Riku dan Kujou kembali, mereka hanya tinggal makan. Aku harus membuatkan Riku sesuatu yang hangat." Mitsuki mengambil beberapa telur dari kabinet.
"Kau benar-benar memperhatikan member ya, Mitsuki-kun." Yuki menepuk pelan punggungnya dan menundukan kepala sedikit untuk mencolokan stopkontak yang berada dibawah upper kabinet.
"Tentu saja! Mereka keluargaku, dan... Riku adikku juga sama seperti Iori!" Senyumnya merekah.
Iori yang mendengar percakapan mereka dari meja makan ikut tersenyum.
"Ih. Iorin senyum-senyum. Mikir mesum ya~" Sahut Tamaki didepannya. Menaikan alisnya naik-turun. Wajah Iori berubah masam, lalu melempar Tamaki dengan tisu untuk yang kedua kalinya minggu itu. "Awww! Itte Iorin! " Tamaki kembali memegangi kepalanya.
"Itu tidak sakit... Tamaki-kun... " Sougo menjawab dengan pattern yang sama.
Nagi menghela nafas. "Here we go again... "
Yamato, Gaku dan Momo sudah memulai sesi minum-minum mereka didepan tv.
"Minum! Sampai puas minna! "
"Habiskan beer kalian! "
"Hh... kalian benar-benar kuat minum..." Gaku memegangi kepalanya yang mulai berputar. "Aku berhenti." Ujarnya menyerah, dan mendorong kaleng beer menjauh darinya. Yamato dan Momo merengek disamping Gaku untuk melanjutkan pesta kecil mereka, tetapi tak ia pedulikan.
Gaku pun mengeluarkan ponselnya dan hanya mencoba melepas rasa bosan dengan mencari berita baru. Barang kali mereka menjadi trending minggu itu.
"!"
Gaku mendudukan tubuhnya tegap seketika.
Matanya terbuka lebar.
Dan debaran jantungnya seketika meningkat.
Ia menatap layar pada ponselnya tidak percaya. Begitu banyak komenan dan gambar yang tersebar. "Apa... Ini? " Gaku bergumam bingung dan mengkerutkan keningnya. "Minna! " Panggil lelaki bersurai silver itu panik.
Semua mengalihkan pandangan mereka kearahnya. "Cek ponsel kalian, dan baca artikel yang aku kirim pada Rabbit chat." Perintahnya tegas.
Mendengar keseriusan pada suaranya, merekapun menuruti apa yang diperintahkannya langsung. Mitsuki, Yuki dan Ryuu bahkan menghentikan proses memasak mereka dan mencuci tangan agar dapat memegang ponsel.
"..."
Hening sempat melanda sekitar, ketika mata menangkap berbagai komentar buruk dari artikel yang kini membuat emosi mereka meluap.
"A-Apa yang terjadi?! "
"Bagaimana bisa ini tersebar! "
"Gawat... para penggemar mulai mengeluarkan banyak asumsi yang berbeda-beda..."
"Beberapa sudah ada yang bertengkar."
Brak!
"Kalian!" Banri masuk dengan tergesa ke dalam area makan bersama Tsumugi dibelakangnya. Menatap satu per satu kepala yang ada didepan mereka. Seakan mengabsen kehadiran semuanya.
"Riku-kun... atau Tenn-kun tidak bersama kalian?" Tanyanya, sembari mengelus dadanya yang tertekan setelah berlari kencang.
"Mereka di taman dekat sini, Banri-san. Ada apa? "
Banri mengacak rambutnya, frustasi. "Sial." Lalu ia kembali menghadap para idol di depannya "Kalian semua. Jangan ada satu pun yang keluar dari dorm ini, sampai aku ijinkan. Mengerti? Aku akan menghubungi manager kalian, Trigger dan Revale," Banri menepuk punggung Tsumugi setelahnya. "Sisanya kuserahkan padamu."
"Hai! " Tsumugi mengangguk percaya diri.
"Tsumugi... ada apa ini? " Gaku berjalan mendekatinya.
Tsumugi menatapnya sesaat. "Aku yakin managermu sedang kewalahan juga, Gaku-san. Para wartawan ingin bertemu dengan Riku-san dan Kujou-san."
"Masalah artikel ini? " Yuki mengangkat ponsel dan mengarahkan layarnya ke depan Tsumugi.
"Iya. Kau benar. Banri-san tahu suatu saat hal ini akan terjadi, namun," Gadis pirang itu menggigit ujung kuku ibu jarinya sebagai peralihan rasa risaunya. "...terlalu cepat. Ini dapat membuat kacau kalian, penggemar dan industri musik."
"..."
Meningar itu, para idol terdiam.
"Lalu... kemana Banri-san pergi? "
"Menjemput Riku-san dan Kujou-san, jika mereka diluar... bisa saja mereka bertemu wartawan yang akan mengejar-ngejar mereka."
"Itu tidak baik untuk, Nanase-san," Iori mengkerutkan keningnya. "Aku akan keluar! " Tsumugi menahanya cepat. "Jangan Iori-san! Apa kau tidak dengar apa yang Banri-san katakan? Kalian semua tidak boleh keluar sampai ia mengizinkan! "
"Apa masalahnya, manager?" Tanya Tamaki yang berjalan mendekatinya.
"Kalian satu grup dengan Riku-san dan Kujou-san. Kalian bisa menjadi target wartawan juga dan akan menambah masalah. Kalian sebaiknya diam disini dan biarkan kami, para manager, yang berkeliaran diluar." Jelas Tsumugi.
"Bagaimana dengan aku dan Yuki? " Momo menunjuk dirinya sendiri dan Yuki yang berada di pantry.
Tsumugi kembali menggelengkan kepala. "Membiarkan Top Idol seperti kalian ikut campur, akan menyebabkan banyaknya artikel baru tentang hubungan masing-masing grup."
"Kita seperti memberi makan para wartawan dengan umpan yang lezat." Sougo menghela nafa panjang.
"M-Minna-san! Aku baru mengecek sesuatu! " Nagi berteriak, tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Please, nyalakan tv sekarang! "
Yamato yang paling dekat dengan tv, menggapai remot dan menyalakannya.
Begitu layar tv menampilkan gambar, apa yang mereka takutkan terpampang jelas dihadapan mereka.
Riku dan Tenn...
...berada ditengah-tengah kerumunan kamera.
.
.
.
"Riku. Pakai jaketku juga, kau akan kedinginan." Tenn menghentikan langkah dan membuka jaket yang tadi ia kenakan, lalu memakaikannya pada tubuh adiknya. Riku tidak menolak dan hanya tersenyum lembut. Ia tidak ingin berbohong kalau saat itu memang dingin, sebelum asmanya kambuh dan membuat orang lain repot untuk kedua kalinya pada hari itu.
"Arigatou Tenn-nii!"
Mereka kini berkeliling di sekitar taman dekat dorm Idolish7. Tenn sejujurnya ingin menolak karena Riku baru saja merasa lebih baik, tetapi, puppy eyesnya itu melumpuhkan semua orang termasuk Tenn.
Dan disinilah Tenn.
Mengikuti perkataan adiknya yang ingin terus bersamanya.
Beruntung keadaan sepi. Sehingga mereka dapat dengan leluasa berbincang tanpa harus memikirkan orang disekitar.
"Tenn-nii," Panggil adiknya.
"Ya, Riku? " Tenn menolehkan kepala kearahnya dan sedikit membenarkan jaket Riku yang belum terpasang dengan benar.
"Tenn-nii... kau benar-benar akan ada disampingkukan? "
"Riku... " Tenn menghela nafas panjang "...pertanyaanmu akhir-akhir ini selalu membuatku takut. Apa yang ada dipikiranmu sebenarnya? "Tenn mengibas beberapa helai poni yang menutup penglihatan adiknya itu.
"Rasa takut itu terkadang tercipta dari rasa sayang yang berlebih, Tenn-nii," Riku menengadahkan kepala dan menatap langit malam tak berbintang di atasnya. "Jika kau tiba-tiba saja menghilang... aku tak bisa menjalani hidupku... "
Tenn menatap mata crimson di sampingnya itu dengan lekat. Bahkan dari posisinya pun ia dapat melihat keseriusan Riku, akan ucapannya tadi.
Seakan jika salah satu dari mereka menghilang maka yang satu lagi akan ikut menghilang.
"Riku," Tenn menaruh tangannya dipucuk kepala Riku, lalu mengacak surainya pelan."Aku tidak akan kemana-mana. Aku janji."
Tenn menarik Riku pelan dan mendekapnya. "Bagaimana bisa aku meninggalkan adik sepertimu. Itu akan membuat kekhawatiranku bertambah. Aku kakakmu. Aku akan berusaha mengawasi setiap langkahmu," Tenn membelai kepalanya pelan, membiarkan Riku merasakan hangat tubuhnya ditengah dingin malam. "Dengar Riku, kKita berdua akan tetap melangkah bersama meski harus melalui banyak rintangan."
Riku membalas pelukan Tenn erat. "Bersama? Tenn-nii serius?"
Tenn tersenyum kecil. "Iya, Riku." Tenn lalu melepaskan pelukannya dan memangkuk wajah Riku. "Dasar cerewet." Goda Tenn, sembari mencubit pipi gembil adiknya jahil.
"Hehehe," Riku cengengesan. Merespon tingkah manis Tenn. "Aku sayang kakakku."
"Iya, iya. Aku tahu," Tenn mencubit pipi adiknya sekali lagi. Gemas membuant ia sempat lupa posisi mereka saat itu. "Ayo kita kembali. Lihat hidungmu sudah memerah." Tenn mencolek ujung hidung Riku.
"Okeh," Riku mengacungkan jempolnya. "Apa aku terlihat seperti rusa kutub? Apa Tenn-nii mau aku pertemukan dengan Santa-san? "
"Hum? Kenapa dengan Santa-san? "
Riku tersenyum lebar. "Agar semua harapanmu dapat terwujud."
Manik terang Tenn melebar seketika. Tertegun, menatap paras manis Riku yang seakan menampar Tenn dengan pesonanya. Ah... Adiknya benar-benar membuatnya ingin memberikan hidupnya.
"Tidak usah, Riku. Harapanku sudah terkabul sejak aku terlahir bersamamu." Tenn membalas senyumannya, bersamaan dengan rona merah yang tercipta pada pipinya.
Malam dingin berhasil ditepis oleh keduanya. Kini hanya hangatnya kebahagian yang menyelimuti hati dan tubuh mereka.
Riku melompat-lompat pelan sembari terus melangkah, sesekali tertawa kecil dan bersenandung. Suka citanya saat ini meluap. Dadanya terasa hangat. Ia bahkan merasa sehat.
"Rikuu! Ayolah. Nanti kita terlalu lama diluar, tidak baik untukmu." Tenn mengejarnya dengan berlari kecil. Entah sejak kapan jarak diantara mereka sudah melebar.
"Hihihi," Riku terus tertawa kecil. "Aku akan menari malam ini." Ia terus melompat-lompat.
"Riku! Sampai aku menangkapmu... aku benar-benar akan mencubitmu! " Ancam Tenn dengan nada sedikit tegas, agar Riku mau mendengarkannya. Meski sorot matanya memancarkan kelembutan.
"Oh! " Riku tiba-tiba menunjuk kelangit malam. "Tenn-nii! Aku melihat bintang!"
"Hum? " Tenn mengikuti arah pandangnya. "Aneh... tadi tidak ada sama sekali bintang..."
"Padahal mereka sangat jauh... tetapi kita bisa melihat sinarnya. Biar hanya setitik, namun kita tahu 'ia' juga berada disana," Riku mengangkat satu tangan, berusaha menggapainya bintang yang jaraknya sama dengan kecepatan cahaya. "Kemari kau bintang!" Teriak Riku lantang. "Aku ingin memberikanmu pada Tenn-nii!"
Tenn tertawa lepas. "Umurmu benar-benar tidak sesuai dengan rupamu, Riku. Tetapi... " Tenn menghapus bulir air yang sempat bertengger di ujung matanya. "...tetaplah seperti ini." Tenn dan Riku saling melempar senyum lebar.
"!"
Flash!
Saudara kembar itu reflek menutup mata mereka.
"Huh? Cahaya? "
"Tenn-nii.... ada seseorang disana... " Riku menunjuk kesalah satu kursi taman yang berada tak jauh dari mereka.
Orang itu, seperti mengarahkan mereka sebuah...
"Oh... Tidak! Riku, lari! Itu kamera! Ia wartawan!" Tenn menarik Riku kuat dan mulai berlari. Menjauh dari orang yang kini bergerak mengikuti lintas arah keduanya.
"T-Tenn-nii! " Riku berteriak memanggil namanya, tetapi Tenn tak merespon dan terus berlari. Sesekali melirik kebelakang. Memastikan apa orang itu masih mengejar mereka.
Namun...
Ia tidak bisa membiarkan Riku berlari terlalu lama! Itu akan memperburuk keadaannya yang sudah membaik!
"Tenn-nii! Ia berhenti! "Riku menarik tangannya paksa dan membuat Tenn menghentikan langkah.
Dari kejauhan, Tenn melihat orang itu memang berhenti, tetapi ia terlihat sedang dalam sebuah panggilan.
Seketika wajah Tenn berubah pucat. "Riku ia memang berhenti, namun untuk..." Tenn melihat sekelilingnya. Telinganya menangkap banyak suara langkah kaki berjalan mendekati mereka. "...memanggil wartawan yang lain... "
"Tenn-nii... " Riku mencengkram baju Tenn erat. Sedikit menyesali idenya yang memaksa Tenn untuk pergi keluar malam hari itu.
Tak butuh waktu lama, para wartawan semakin berdatangan dan menutup jalan mereka untuk keluar, membuat suatu lingkaran.
"Riku-kun! Tenn-kun! Senang dapat bertemu kalian! " Salah satu wanita menyodorkan mik pada mereka. "Kami baru saja melihat artikel kalian, dan itu langsung trending dimana-mana. Bisa kalian jelaskan kebenarannya? "
Tenn mengkerutkan keningnya. "Artikel? "
"Are? Kau tidak tahu? " Reporter lain membuka mulutnya. "Tentang hubungan kalian berdua"
Keringat dingin mulai mengalir dari pelipis Tenn. Untuk bernafas pun susah. Wartawan ini memperlakukan mereka seperti serigala yang mengepung domba.
Tenn melirik Riku dibelakangnya. Wajahnya mulai dipenuhi kerutan. Nafasnya terengah dan permukaan kulitnya berubah dingin.
Sial.
Tenn berdecih dan mengumpat disela tarikan nafasnya. Mereka tidak memberikan cukup ruang bagi Riku untuk bergerak dan menghirup oksigen.
Riku tidak bisa bernafas!
Reporter lain menghampiri mereka. "Apa benar kalian kembar? "
Tenn dan Riku tersentak.
Bagaimana mereka tahu?
Sejak kapan mereka tahu?
Siapa yang membongkar ini?
"Bisakah kalian menyingkir," Tenn tidak mempedulikan pertanyaan para reporter dan berusaha mendorong mereka.
"Riku-kun. Bisa bantu jawab? Kenapa kau hanya berlindung dibalik Tenn-kun? "
Riku menundukan kepalanya, takut. Tangannya bergetar sembari terus mencengkram ujung bahu Tenn."Jangan ganggu dia, kumohon." Tenn mendorong wanita reporter itu sekali lagi. Masih dengan pelan.
"Nee. Apa itu semua settingan? "
"Apa kalian hanya ingin menaikan popularitas kalian? "
"Apa keluarga kalian bercerai? "
"Apa kalian berbohong selama ini dan menipu fans kalian? "
Pertanyaan demi pertanyaan masuk ketelinga mereka. Memperburuk keadaan, karena hanya menambah sakit kepala.
Berhimpitan dengan banyak orang membuat mereka mual. Aroma yang mereka keluarkan berbeda-beda.
Semakin lama, semakin banyak kamera. Entah itu wartawan atau pemilik akun gelap di sosial media.
Terlalu lama disana akan membuat mereka berdatangan karena mengetahui lokasi Tenn dan Riku.
"Uhh. " Tubuh Riku mulai terasa lemas. Memegangi dadanya yang terasa sakit. "Riku! " Tenn membalikan badan dan melihat Riku tersungkur ditengah kerumunan orang yang tidak mempedulikan kondisi Mereka. "Aku... tidak bisa bernafas... " Riku menggenggam tangan Tenn erat, berusaha untuk menguatkan dirinya.
Tenn mulai panik dan melihat sekelilingnya. "Bisakah kalian mundur beberapa langkah???" Mohonnya dengan nada yang masih sopan.
Tidak merespon.
"Kumohon...! "Tenn meninggikan suaranya.
"Uhuk! Hhh... " Batuk Riku membuat debaran jantung Tenn menggila. Cemas dan takut bercampur aduk dalam dirinya saat itu. Nafasnya terdengar semakin lemah.
...lalu, suatu aksi yang dilakukan para wartawan setelah, membuat Tenn berang.
"Hey! Jangan dorong! " Teriak salah satu kru saat dirinya terdorong kerumunan dan membuat kameranya mengenai ujung kepala Riku.
Riku meringis memegangi kepalanya yang sakit.
Tenn mengepalkan tangannya erat. Urat pada pelipisnya telah lama berdenyut karena menahan emosi yang kian meningkat. "BISAKAH KALIAN MUNDUR?!" Teriak Ten, mendorong semua kamera dari hadapannya.
Tetapi, itu justru membuat mereka semakin mendekat dengan melontarkan pertanyaan baru.
"Kenapa kau marah, Tenn-kun? "
"Apa apa dengan Riku-kun? Ia terlihat tidak sehat? "
"Tenn-kun--"
Tenn menarik nafasnya panjang. Mereka tidak akan mau mendengar. Orang-orang yang gila berita baru seperti mereka.
Lelaki bersuai merah muda itu melirik Riku yang semakin menderita karena asmanya kambuh.
Tenn adalah orang yang akan melakukan apapun demi adiknya.
Ia lalu menatap kerumunan. "Haruskah aku berlutut dihadapan kalian? "
"..."
Tenn akhirnya mrendahkan tubuh dan menekuk kedua kakinya, menghadap mereka, bertekuk lutut. "Kumohon... beri kami jalan... " Ia tidak lagi berteriak, ia meminta tolong dan memohon.
Untuk adiknya.
"Kenapa kau melakukan semua ini Tenn-kun? "
"Berarti kalian benar bersaudara? "
"Kalian kembar"
Tenn hanya dapat menundukan kepala, amarahnya sudah tidak dapat tertahankan lagi.
Bangkit dan menarik salah satu reporter. Berniat malayangkan pukulan diwajahnya hingga--
"Mundur! Mundur! Wartawan! "
--Teriakan orang-orang diluar kerumunan wartawan dan reporter terdengar.
"Biarkan mereka bergerak! "
"Jangan buat mereka sesak! "
"Tidakkah kalian melihat mereka kesakitan! Beri mereka ruang! "
Sedikit demi sedikit lingkaran yang tadi mengunci mereka terlepas.
Siapakah mereka?
Mereka...
"Tidak akan kami biarkan kalian menyakiti idol kami! "
"Ya! Bebaskan Riku-kun dan Tenn-kun! "
"Kalian tidak tahu malu! Menyudutkan dua remaja di malam hari demi berita kalian itu! Minggir kalian! "
Para fans berkumpul melindungi Tenn dan Riku yang menatap mereka bingung.
Mereka mendorong semua wartawan dan kamera lalu menjadikan diri mereka dinding penghalang.
"Saa, Riku-kun! Tenn-kun! " Seorang wanita mengulurkan tangannya. "Pergilah! Kami akan menahan mereka! "
"Bagaimana kalian... "
Wanita itu tersenyum. "Jangan remehkan jaringan media sosial. Lokasi kalian sudah tersebar. Para fans Trigger dan Idolish7 yang tinggal di daerah sini berdatangan untuk kalian."
Riku dan Tenn menatapnya penuh haru.
"Kami tidak akan membiarkan kalian tersakiti, sekarang... " Wanita itu menarik mereka, "..pergilah! " dan mendorong keduanya pelan.
"A-Arigatou.. Nee-san... " Gumam Riku lirih dan memberikan senyum kecil lemahnya.
Membuat wanita itu sempat berhenti bernafas. "Y-Ya! Berhati-hatilah! "
Tenn menundukan kepala dan membopong Riku melewati jalan yang diberikan para fans untuk mereka.
"Riku-kun! Tenn-kun! "
Mereka melihat Banri, Rinto dan Anesagi yang berlari kearah mereka. "Kalian syukurlah! Kita masuk ke mobil sekarang! " Banri menuntun mereka masuk kedalam mobil.
.
.
.
Ceklik
Suara pintu yang terbuka itu membuat idol yang berada di dalam area makan berlarian kedepan pintu dorm.
"Kalian berdua! "
"Tenn-kun! Riku-kun! "
"Hwaaaaa Tenten! Rikkun! "
"Riku! "
"Tenn! "
Sesaat para idol melihat penampilan kedua teman mereka itu, tangan mereka terkepal erat. Berusaha menahan emosi masing-masing. Keduanya... benar-benar kacau.
Wajah mereka penuh akan ketakutan. Bbaju kusut dan basah. Adanya goresan merah di permukaan kulit mereka. Dan memar pada pelipis Riku.
Tarikan nafas Riku yang tersenggal menarik perhatian orang disekitar lebih. "Nanase-san! " Tenn melepas rangkulannya pada Riku, dan membiarkan Iori membawa Riku bersama dengan Mitsuki dan Sougo.
Karena... tenaganya sendiri bahkan sudah habis.
"Tenn! " Ryuu membantunya berdiri, sesaat tubuh Tenn hampir tersungkur jatuh. "Lebih baik kita duduk di sofa dulu." Mereka pun duduk kembali di area berkumpul. Menunggu Tenn untuk dapat menjelaskan segala kronologinya.
"Mereka benar-benar brengs*k! Aku ingin sekali menghajar mereka!" Yamato mengeratkan genggamannya.
"Aku ingin melumat kepala mereka! " Tamaki memukul-mukul ujung coffe table di depannya.
"Benar-benar kacau... bahkan kau sudah berlutut, Tenn." Momo menatapnya simpati.
"Kalian... menontonnya? Tadi siaran langsung? "
Mereka mengangguk. "Dasar. Demi rating acara... mereka berani berbuat hal seperti ini... " gumam Gaku.
"Padahal... Riku-kun baru saja membaik." Yuki menatap lantai sendu.
"Ini salahku. Harusnya aku tidak menuruti permintaannya. Uhh. Aku gagal menjaganya lagi." Tenn menutup wajah dengan kedua tangannya. Menahan rasa bersalah yang kini menggerogotinya.
Mungkin bagi Gaku dan Ryuu, keduanya sudah pernah melihat saat Tenn memasuki fase 'rapuhya', namun idol lainnya...
...sekarang mereka benar-benar yakin bahwa tidak ada yang bisa menandingi rasa sayang seorang kakak untuk adiknya.
"..."
Beberapa menit terlewati dalam suasana hening.
Iori dan Sougo masuk kembali ke dalam area berkumpul.
"Ujung kepala Nanase-san sedikit memar, apa yang terjadi Kujou-san? " Sahut Iori langsung pada inti.
Tenn mengkerutkan keningnya. "Kru yang hampir terjatuh menimpa Riku dengan kameranya."
"Benar-benar sampah." Umpat Sougo, menatap keluar jendela tajam. Seakan para wartawan berdiri di baliknya. Membuat beberapa orang sedikit tersentak dengan pemilihan katanya.
"Yang harus kita garis bawahi adalah... darimana mereka tahu tentang hal ini?" Nagi mengetuk-ngetuk meja di depan dengan jemarinya.
"Tenn, kau lihat foto ini? " Gaku menunjukan sebuah artikel dengan foto Riku dan dirinya. "Ini baju yang kalian baru kenakan untuk tampil tadi siang."
Tenn menyambar ponsel milik Gaku dan menatapnya lekat. "Ini..! Ruangan ini..! " Tenn menepuk keningnya sendiri dengan keras. "Aku bodoh. Sangat bodoh! Pintunya pasti tidak tertutup rapat! " Tenn memukul meja di depannya keras "Ini salahku! Aku ceroboh! "
Mereka yang melihat itu hanya dapat menatapnya. "Aku yang selalu mengingatkan Riku untuk berhati-hati, tetapi nyatanya? Kebodohanku sendiri yang membuatnya seperti ini"
"Kita harus memikirkan cara ke depannya... " Yuki menyilangkan lengan di depan dadanya. "Mereka akan terus mencari informasi. Walaupun kebenaran itu memang ada... mungkin mereka akan tetap menambahkan atau mengurangi fakta yang ada... " Yuki menghela nafas panjang. "Hal yang paling melelahkan saat berurusan dengan media."
"Bagaimana dengan Riku, Izumi Iori? " Tanya Tenn yang baru mengingat kembali kondisi Riku.
"Sudah lebih baik. Ia sedang tidur. Nii-san bersamanya." Jelas Iori.
"Arigatou... "
Iori hanya menganggukan kepala pelan.
"Untuk saat ini... kita menunggu saran dari para manager saja... "
.
.
.
-Zool-
"Sungguh kacau... padahal Kujou Tenn sudah berlutut." Torao menatap ngeri pemandangan dari layar tvnya itu.
"Aku tak menyangka akan menjadi seheboh itu saat orang lain mengetahui mereka kembar." Sahut Minami, menggelengkan kepala. Satu tangan terkepal untuk dijadikan sandaran sisi wajahnya,
"Hey... siapa saja, tolong bantu aku menjinakan makhluk ini...!" Haruka menahan tubuh Touma yang meronta-ronta dengan mendudukan diri diatas punggung leadernya. "Lepaskan aku! Aku harus Melihat Riku! Apa ia baik-baik saja! "
"Apa yang mau kau lakukan, bodoh! "
"Bukannya kau membenci Trigger dan Idolish7?? Kenapa kau ingin membantu mereka? "
"Y-Ya.. Aku memang membenci mereka..dulu... tetapi aku tidak pernah membeci Riku... "Jawabnya, malu-malu.
"Hah.... " Ketiga membernya hanya dapat menghela nafas. "Kau coba hubungi saja... "
-Kediaman Kujou-
"Fufufu... " Pria dengan pipi tirus itu tertawa kecil. Menatap layar tv yang memperlihatkan anak angkatnya bersama dengan saudara kembarnya.
Ia memainkan remot dalam genggamannya naik dan turun.
"Inilah sebab mengapa aku menjauhkan kalian berdua. Sekarang kau lihat, Tenn? Pengaruhnya jika kalian bersama itu seperti apa... haruskah aku mulai masuk ke dalam drama ini?"
.
.
.
Revisi : 19 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top