10. ⚠
Waktu menunjukan pukul jam 10 malam.
Waktu dimana sebagian orang pergunakan untuk beristirahat atau sekedar berkumpul bersama orang terdekat melepas penat. Benar-benar saat yang tenang untuk merilekskan tubuh dan pikiran
Ya. Itu semua dapat terjadi pada mereka juga.
Bila mereka pulang dalam formasi lengkap.
Izumi Iori melangkahkan kakinya beberapa kali didepan pintu dorm mereka. Wajahnya penuh akan rasa cemas. Bahkan jejak kakinya sudah mulai terbentuk di lantai. Entah sudah berapa lama ia melakukannya.
"Uhhh kemana mereka membawanya" gumamnya sambil menggigit ujung jempolnya.
"Iori-kun" Sougo memanggilnya sembari menghampirinya "Kau satu-satunya yang belum makan malam. Kau harus makan" Sarannya menarik lengan lelaki yang lebih muda itu pelan.
"Aku tidak bisa makan. Tidak ada waktu untuk itu" Balasnya menepas pelan tangan Sougo
"Iori-kun. Nanti kau sakit" Paksanya.
"Aku tidak akan mati hanya tanpa makan sekali"
"Iori-kun tapi--! "
"--Berisik!! " Teriaknya memecah keheningan malam. "Aku bilang tidak butuh makan! " Sougo terpaku menatap kedua mata Iori yang penuh akan kekhawatiran, ia tidak bisa menyalahkannya semua terjadi begitu cepat dan lagi...saat itu Riku masih dalam genggamannya.
"Iori!" Mitsuki menghampirinya dengan raut wajah kesal "Apa begini caramu bersikap dengan orang yang lebih tua darimu?? Kemana sopan santunmu itu?? " Iori hanya menundukan kepalanya seakan ada sesuatu yang terjatuh dilantai.
Mitsuki menolehkan kepala kearah Sougo "Sougo. Aku minta maaf. Iori berteriak padamu"
Sougo menggelengkan kepalanya "Tidak. Aku mengerti. Maafkan aku yang tidak pintar membaca situasi" Ia kembali melirik Iori yang masih terdiam "Makanlah jika kau mau, Iori-kun" Sougo pun kembali melangkahkan kaki menuju ruang berkumpul.
"Iori... Sougo hanya khawatir akan kesehatanmu. Kau tahu ia pernah berada di posisimu saat dilarikan kerumah sakit. Yang paling membuatnya takut adalah itu terjadi pada kita juga" Mitsuki menepuk punggung adiknya pelan.
"Nii-san.. Maafkan aku" Katanya pelan "Iya. Tentu. Aku tahu kau hanya terbawa suasana" Mitsuki mencoba mengelus kepala adiknya yang lebih tinggi darinya itu.
"..."
"Aku berada bersama Nanase-san tadi" Iori kembali membuka mulutnya, ia memainkan ujung bajunya sembari terus menundukan kepala "Tapi.. Aku membiarkan orang tak dikenal membawanya pergi entah kemana"
Mitsuki memperhatikan Iori yang semakin gelisah setiap detiknya "Siapa mereka...? Apa yang ingin mereka lakukan dengan Nanase-san? Ne Nii-san apa ini salahku? "
"Oh, tentu tidak Iori. Kau jangan terlalu menyalahkan dirimu. Tidak ada yang tahu akan ada kejadian seperti ini"
"Nii-san... "
"Oi, kalian! Cepat kemari! " Yamato berteriak dari depan pintu area berkumpul dan melambaikan tangan kearah mereka.
Tanpa basa-basi kedua kakak-beradik itu langsung berlari ke area berkumpul dorm mereka dan mendapati semua member berada di depan tv.
Tentu saja. Bukan raut wajah gembira yang terpasang saat itu.
Iori dan Mitsuki pun mengalihkan perhatian mereka pada layar, dimana acara berita tengah memutar sebuah video yang beberapa saat lalu tersebar di internet.
"Malam ini, pengguna dunia maya dikejutkan oleh sebuah video dari seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Video tersebut berisikan pesan yang tertulis 'Temukan aku' diawalnya"
Tamaki menutup kedua matanya sembari menggenggam erat tangan Yamato yang berada disebelahnya. Yamato membalas dengan mengelus kepalanya dengan tangan yang satunya. Menenangkan salah satu member bungsunya."A-Aku tidak tahu mengapa tapi perasaanku tidak enak, Yama-san"
"Kini studio kami mendapat kabar bahwa orang itu, menyiarkan siaran langsung ke semua jaringan internet yang ada. Sekarang mari kita lihat bersama"
Siluet seseorang dapat terlihat dari layar, meski wajahnya tidak begitu nampak mereka dapat merasakan cengiran lebarnya.
"Konbawa... " Sapanya dengan suara yang sedikit melengking, membuat bulu bergidik. "Kami akan memulai sebuah permainan untuk semua orang yang menonton video ini. Dalam waktu 2 jam kalian harus dapat menemukan kotak ini.. Jika tidak, orang didalamnnya akan mati" Pria siluet itu tertawa kecil.
"Orang....?"
"Didalam kotak sekecil itu?! "
"Ak-Aku takut! Yama-san! " Tamaki memeluk Yamato yang berada disebalahnya dengan erat. Yamato hanya berdiam sembari tetap mengelus kepala Tamaki. Entahlah. Ia memiliki firasat bahwa sesuatu yang membuatnya risau akan terjadi.
"Mari.. Kita intip... "
Member Idolish7 tidak tahu mengapa, tapi kini ada angin dingin yang menerpa tengkuk leher mereka. Membuat jantung mereka berdegub dengan kencang. Tangan mereka mulai berkeringat.
Layar tv kembali memunculkan gambar baru, seseorang didalam kotak. Ia terikat dan tubuhnya meringkuk menyesuaikan dengan bentuk kotak yang tidak seberapa besar.
"Apa kalian.. Mengenal wajahnya...? Ia populer sekali saat ini.. "
Member Idolish7 mulai memfokuskan mata mereka. Entah mengapa ada sesuatu yang menarik mereka untuk menatap lama layar "Uh.. " Rintihan dapat terdengar dari layar tv.
"Bagus. Aku dimana... " Tanya seseorang dalam kotak itu. "Hah.. "
"Ia sepertinya kesulitan untuk bernafas dan bergerak... " Yamato masih menatap layar, tidak ada yang dapat mengalihkan perhatiannya.
"Kamera...? " Tanyanya kembali, mereka dapat melihat rupa orang itu semakin jelas tiap kali ia mendekatkan wajahnya ke kamera "Mengapa ada kamera disini..? "
Kini darah dari kepala semua member Idolish7 turun ke kaki. Wajah mereka pucat. Tubuh mereka bergetar hebat karena takut sesuatu akan terjadi pada orang didalam kotak itu.
"Ti-Tidak mungkin... " Sougo membuka lebar mulutnya. "Katakan padaku ini semua bohong.. " Ia melirikan matanya kearah member yang lain, tapi yang ia dapat adalah reaksi yang sama. Wajah penuh kepanikan menerpa mereka semua.
Iori bahkan terlihat bisa tumbang kapan pun. Kakinya lemas. Tenggorokannya kering, kepalanya berputar.
"Apa yang sebenarnya terjadi...? "
Layar kembali memunculkan pria yang tidak terlihat dengan jelas wajahnya itu "Jadi.. Apakah ada yang bisa menjawabnya? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Ting tong! Aku tahu jawabannya! Ia telah menjadi pemain utama dalam permainan ini! Salah satu member Idolish7... Nanase Riku! "
.
.
.
Are They Twins?
by
nshawol566
.
.
.
Tenn berlari dengan kecepatan penuh menuju dorm tempat--orang yang diketahui kembarannya dan membernya tinggal.
Dua orang lain mengikutinya dari belakang dengan terus berteriak memanggil namanya.
Tapi ia tidak dapat mendengarnya. Telinganya seakan tuli. Matanya hanya tertuju kedepan.
Dipersimpangan jalan mereka bertemu dengan dua orang yang mereka kenal.
"Kalian! "
"Re:Vale..."
Tenn tidak mementingkan mereka dan terus berlari. Sebentar lagi ia akan sampai pada tujuannya. Beruntung baginya tempat syuting mereka berada disekitar dorm tersebut.
"O-Oi Tenn! " Gaku menatap punggung center Trigger yang semakin kecil itu. Tanda jarak diantara mereka semakin jauh.
"Apa kalian melihatnya juga? " Yuki bertanya sembari ikut berlari bersama Trigger mengejar Tenn.
"Ya... Benar-benar kejadian yang tidak pernah terpikir" Ryuu menjawab disela tarikan nafasnya.
"Tenn pasti sangat panik--tidak. Bukan Tenn saja. Kita semua panik! Ayo cepat ke dorm mereka! " Momo mempercepat langkah kakinya.
Begitu sampai di dorm Idolish7, mereka dapat melihat lautan wartawan juga polisi yang memadati ruas jalan disana.
"Bagaimana Riku-kun bisa tertangkap? "
"Apakah ini sebuah settingan untuk menaikan popularitas? "
"Apa yang saat ini kalian lakukan? "
"Apa kalian berencana menaikan berita lagi? "
Bajing*n. Tenn ingin mengumpat seperti itu. Seseorang menghilang dan mereka memanfaatkan keadaan untuk rating acara mereka.
Trigger dan Re:vale mendorong beberapa wartawan dan polisi yang menghadang jalan mereka.
"Kalian..! " Banri terkejut melihat wajah yang tidak asing baginya itu, dengan keadaan yang semakin memburuk karena kedatangan mereka diketahui oleh wartawan, ia pun menyuruh kedua grup itu untuk langsung masuk kedalam.
"Hahh... Hah... " Mereka semua kembali mengatur nafas sesampainya didalam. "Kenapa kalian kesini?! " Tanya Banri tegas. Tenn tidak menghiraukannya dan langsung mencari member Idolish7 yang lain.
"Tentu saja untuk mencari tahu apa yang terjadi!" Yuki berteriak menjawab pertanyaan yang tidak bermakna itu. Lagian ia juga pasti sudah tahu alasan mereka.
"Ah... " Banri mengacak rambut panjangnya yang terikat itu, setelah mendengar banyaknya orang yang menggedor pintu dorm mereka "Wartawan sialan! " Banri memukul dinding didepannya untuk menenangkan pikirannya "Mereka benar-benar tidak berperasaan, dikeadaan genting seperti ini mana bisa kita menjawab mereka dengan santai! " Banri menarik nafasnya dalam "Kalian masuklah dan temui yang lain. Beberapa polisi bersama mereka. Aku akan memaki--menenangkan wartawan didepan" Dengan begitu ia pergi keluar dorm.
Keempat idol itu langsung berlari mencari kelompok mereka. "Hey. Kami datang karena khawatir.. " Ryuu menghampiri mereka yang kini sedang memberi informasi pada polisi, lebih tepatnya Yamato dan Iori. Tenn yang ingin mendapatkan kepastian apa yang terjadi berjalan mendekati mereka.
Sisanya menatap layar laptop yang kini menampilkan center Idolish7 mereka. Tsumugi adalah orang yang duduk didepan laptop. "Riku-san.. Kau dimana.. " Tsumugi menahan tangisnya yang bisa saja keluar kapan pun. Menurutnya ini sangat tidak adil. Kenapa orang sepolos dan sebaik Riku harus mendapat hal yang tidak mengenakan seperti ini? Lagi.
"Bagaimana keadaan Riku? " Tanya Sougo yang duduk diseberang Tsumugi. Mereka kini melingkari gadis itu. Sebagian duduk dan sebagian lagi berdiri.
"Saat ini ia masih terlihat stabil" Jawabnya tanpa mengurangi rasa kekhawatirannya.
"Apa waktunya sudah berjalan? " Tanya Gaku yang duduk disampingnya.
"Ya.. Kita bisa melihat disudut layar menunjukan 01:57:45. Hitung mundur"
"Kenapa... " Tamaki membuka suaranya, walau hanya gumaman tapi masih dapat mereka dengar "..hal seperti ini selalu Rikkun yang mengalaminya. Ia sudah cukup menderita dengan penyakitnya... Kenapa harus menambah traumanya?"
"Tamaki... " Mitsuki berjalan mendekatinya "...Riku itu kuat. Kau harus percaya itu. Kita akan menemukannya dan menjalani aktivitas kita semula" Katanya mencoba menyemangati member bungsu itu.
"Riku.. Yang aku takutkan adalah.. Ketika sakitnya kambuh... " Momo menatap layar laptop dengan penuh kecemasan.
Mereka lalu melihat beberapa polisi dan ketiga idol saling membungkukan badan tanda mereka sudah selesai memberi informasi.
"Apa mereka bisa diandalkan? " Tanya Yamato sembari menghampiri yang lainnya.
"Mereka polisi, Nikaido-san. Tapi kau benar. Aku harap mereka melakukan tugasnya dengan baik" Iori melirik Tenn yang masih berdiam ditempatnya "Kujou-san? "
"Tenn? "
"Tenn-kun? "
Tidak ada respon.
"Gawat... " kata Tenn dengan sedikit bergetar "Aku takut..." Tenn tiba-tiba saja jatuh tersungkur membuat keadaan semakin panik.
Ia memagangi kepalanya yang terasa sakit.
Riku!!
Aku membuatnya menderita!
Aku membuat diriku menderita!
Kita berdua sakit!
Ingatan ini.. Sebelum... Kecelakaan? Tenn meringis sakit.
Dimana tempat terbaik untuk kita tinggal, Riku?!
Dimana tempat itu!
Aku akan mencarinya untuk kita!
Kau tidak harus merasa sakit lagi...!
Tenn membenamkan kepalanya pada pahanya yang tertekuk dilantai.
Kepalanya seakan tertusuk banyak jarum.
Aku berjuang untukmu!
Kumohon maafkan aku!
Tenn menarik nafas panjang. Air mata sudah mengalir dikedua pipinya.
"O-Oi! Kau kenapa?! "
Beberapa dari mereka mendekat.
"Aku ingat" Tenn mengangkat kepalanya yang tertunduk menghadap yang lain "Aku benar-benar ingat siapa Nanase Riku" Yang lain hanya menatapnya.
Tenn memeluk tubuhnya yang bergetar
"Aku.. Takut. Kakiku sampai tidak mau lagi mendengarkan aku... Perasaan takut akan ditinggal Riku sangat besar.." Tenn memegangi dadanya yang terasa tertusuk "Seperti inikah yang Riku rasakan saat aku meninggalkannya...? "
Mereka hanya menatap Tenn sendu. Tidak tahu kata apa yang harus keluar dari mulutnya. "Rasanya sakit sekali... " Tenn kembali meringkuk "Rasa ini memaksa ingatanku kembali"
"Tenn. Aku senang ingatanmu kembali, dan maaf tidak dapat berekspresi lain dikeadaan seperti ini" Ryuu membantu Tenn berdiri dan duduk di sofa "Tapi kau tetap harus tenang. Kau juga baru sembuh Tenn"
"Tapi.. Aku..! Riku..! "
"Kujou. Kau tenang dan percaya Riku akan kembali" Sahut Yamato dengan nada tegas.
"Uhhh" Tenn menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Kenapa selalu begini! " Teriaknya frustasi.
"Minna!" Teriak Yuki dari depan laptop, yang menggantikan Tsumugi ketika ia berlari sesaat Tenn jatuh "Lihatlah! " Semuanya berlari kearahnya.
Mereka melihat Riku yang duduk dengan posisi yang sama. Masih terikat dan terdiam. "Apa yang terjadi, Yuki? " Tanya Momo yang tidak mengerti untuk apa mereka dipanggil
"Dengarlah.. " Perintahnya. Sesaat setelah ia berkata seperti itu, terdengar sebuah alunan lagu yang cukup mereka kenal. Walaupun hanya sayup-sayup tapi masih terdengar.
"Riku-kun.. Bernyanyi..? " Ryuu mengkerutkan keningnya. "Ya. Ia bernyanyi. Tenn-kun" Yuki melirik kearahnya "Lihatlah. Riku-kun masih bertahan. Kau harus kuat juga demi Riku-kun. Ia pasti yakin kita akan menolongnya, meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi padanya" Jelas Yuki.
"Ia berusaha mencairkan suasana dengan nyanyiannya.. " Mitsuki tersenyum kecil "Dasar Riku.. Dikeadaan seperti ia bahkan berusaha untuk tenang..."
"Nanase-san tunggulah kami.. " Iori bergumam disamping kakaknya, membuat sang kakak melingkarkan tangan dipinggangnya sembari tersenyum kecil.
"Dia memilih lagu itu, pasti karena itu merupakan lagu yang riang" Nagi menghadap yang lain. "Ayo kita juga berjuang untuk menemukannya"
Mereka semua mengangguk dan mengalihkam pandangan pada Tenn "Uhm" Ia pun mengangguk kecil tanda ia mengerti dengan situasinya.
Benar-benar tidak ada waktu baginya untuk beristirahat sesaat.
"Dari pada kita hanya berdiam diri. Bagaimana jika kita mencari informasi dari pengguna internet? Siapa tahu ada sesuatu yang kita butuhkan?" Sougo memberi saran.
"Ide bagus" Yamato menyetujuinya "Ayo kita lakukan"
- 01:40:43-
"Hey. Media sosial telah ramai dengan fans Idolish7" Sahut Gaku yang mengscroll ponselnya "Semuanya berusaha mencari petunjuk mengenai Nanase"
"Kau benar. Mereka bahkan mengirimkan lokasi yang mungkin menjadi tempat Riku ditahan" Momo mencatat setiap lokasi pada sebuah kertas.
"Mereka ada yang berkeliling dan mencari disetiap sudut kota... " Tamaki tak percaya apa yang ia lihat, mereka benar-benar bukan hanya sekedar fans, mereka... "...mereka seperti keluarga yang khawatir akan saudaranya... "
"Riku pasti sudah merebut lebih diri mereka. Rasa takut kehilangan Riku membuat mereka berbuat sejauh ini" Nagi menutup kedua matanya, mencoba menjernihkan pikirannya sejenak. "Kita jangan sampai kalah. Kita juga orang terdekat Riku"
"Maafkan aku. Ini semua salahku membiarkan Nanase-san direbut.. " Iori menundukan kepalanya.
"Iori..."
"Iori-kun... "
"Tidak ada waktu untuk menyesal" Suara tegas Tenn mengalihkan perhatian mereka "Lakukan waktumu untuk mencari informasi tentang Riku" Perintahnya tanpa melirik Iori. Ia terus mengetik dan mencari apapun informasi yang keluar di internet, menggunakan laptop lain milik salah satu member Idolish7.
"Kau benar... "
Slap! !
Iori menepak pipinya sendiri dengan kedua tangannya, meninggalkan kulit yang memerah karena kerasnya pukulan.
- 01:31:15-
"Apa ada kabar dari polisi? " Tanya Sougo yang kini gilirannya mengawasi Riku dari layar laptop.
Yamato menggelengkan kepala "Sial. Apa yang para polisi itu lakukan. Aku harap mereka tidak sedang bermain dan mengesampingkan kasus ini"
"Kalian.. Minumlah dulu..." Mitsuki menyodorkan mereka kopi dan teh juga susu untuk Tamaki "Karena kita akan terjaga semalaman, jangan sampai kalian drop. Jika kalian ada yang lapar katakan padaku"
"Terima kasih. Mitsuki-kun" Yuki mengangkat gelas yang berisi kopi "Ketika Riku-kun di culik, kalian baru saja tampil bukan? "
Mitsuki mengangguk kecil "Ah... Ia pasti kelaparan.. " Mitsuki melirik omurice yang kini sudah dingin dengan tatapan sedih.
"Kita benar-benar tidak boleh membuang waktu lagi" Tambah Ryu
"Uhm?" Sougo mengkerutkan keningnya "H-Hey! Sesuatu terjadi pada Riku-kun! " Teriaknya membuat satu ruangan panik dan berbegas menghampirinya.
Mereka melihat tarikan nafas Riku terdengar lebih berat dari yang tadi "Udara malam pasti membuat kotaknya terasa lembab! Ia akan sulit bernafas! " Kepanikan mulai mengalahkannya.
"T-Tidak boleh... Tertidur... Harus... Sadar... " Mereka dapat mendengar gumamannya. "Ha.... Hh... " Riku menyandarkan kepalanya dan mendongakannya, berusaha untuk memasukan lebih banyak oksigen ke paru-parunya.
"Riku...! Hhh! Aku tidak bisa diam saja! " Tenn mulai lepas kendali kembali "Aku akan keluar! "
"Tunggu Tenn! " Gaku menahannya "Tunggulah sebentar lagi.. "
"Kenapa?! "
"Memang apa yang bisa kau lakukan??? " Tanya Gaku balik, membuatnya sedikit tersentak. "Jika kau hilang atau sesuatu terjadi padamu lagi, kau akan menambah masalah! Bersabarlah! "
"Benar Tenn. Riku pasti tidak akan mau hal buruk menimpamu ketika kau berusaha mencarinya" Tambah Momo.
Tenn memandang mereka satu persatu sebelum menendang kursi yang berada didekatnya, membuat Tamaki dan Sougo yang berada disana tersentak kaget "Sial! " Lalu ia menghadap layar laptop dimana Riku masih berusaha untuk bernafas. "Riku. Tunggulah sebentar lagi.. "
- 01:09:17-
"Dimana polisi itu!!! " Kini Tamaki mulai tidak sabar "Apa mereka sengaja membuat Rikkun menderita!! " Ia tidak sanggup lagi mendengar penggalan nafas Riku yang terdengar dari speaker laptop.
"Ayolah...Ayolah... Cepat.. " Sougo terus menunggu disamping telpon milik dorm mereka. Berharap ada yang menelpon memberitahukan kabar terbaru Riku. Tapi hingga kini hasilnya nihil.
Iori bahkan kini kembali mundar-mandir didalam ruangan. Ia tidak bisa duduk. Itu akan kembali menaikan tingkat kepanikannya.
Nagi, Gaku dan Momo masih tetap fokus mencari info apapun diinternet.
Mitsuki membuatkan mereka beberapa kudapan untuk menambah tenaga dibantu oleh Ryuu.
Tenn terus mencoba menenangkan dirinya sendiri agar tidak melakukan hal bodoh.
Tsumugi dan Yamato menatap Riku dari layar laptop masih dengan kondisi yang sama. Mencoba untuk bernafas.
-00:49:46-
"Oh no... " Nagi melihat keluar jendela. Hal yang mereka takutkan tiba "...hujan"
"Riku-san...!" Dan benar saja, sesaat hujan mulai turun diselingi dengan gemuruh petir, Riku semakin terlihat tidak stabil. Bahunya naik turun. "Riku-kun! Bertahanlah! " Momo menatap khawatir kouhainya itu.
"Riku.. San... " Tsumugi tak bisa lagi. Ia mulai menangis. Ini terlalu menyakitkan.
"Aku tidak bisa begini... Aku harus keluar! " Tenn mendorong orang-orang yang menghalangi jalannya.
"Tenn! Cukup! " Kini Ryuu yang menghentikannya. "Tenangkan diri--! "
"--Tenang?! Diluar sana adalah orang yang paling penting dalam hidupku! Dia adikku! Kembaranku!" Kesabaran Tenn sudah habis "Disaat kita mencari informasi disini dan membuang waktu ia sedang mempertaruhkan nyawa! Tidak ada yang tahu mungkin malaikat maut sudah mengintainya dari dekat! Dan kalian masih menyuruhku untuk tenang?! " Seketika temperatur didalam ruangan meningkat. Rasanya siapapun yang membuka suara, pasti tidak dapat menahan emosi mereka.
"Tenn! Bagaimana sesuatu terjadi padamu?? Kau baru saja sembuh! Ingatanmu belum lama kembali! " Ryuu masih mencoba membujuknya agar tetap tinggal disana.
"Aku tak peduli apa yang terjadi padaku! Biarkan saja aku--!"
Slap!
Semua orang terdiam tidak bergerak.
Mereka memandang kaget dua member Trigger didepan mereka dengan tatapan cemas. Bahkan satu member lagi dibuat bungkam oleh aksi mereka.
Tenn memegangi pipinya yang memerah. Apa ia baru saja... Ditampar..?
Ya.
Ryuu menamparnya.
"Aku hanya akan menamparmu sekali Tenn.... " Ryuu menundukan kepala sesaat. "Apa kau tidak mengerti perasaanku dan yang lainnya Tenn. Aku temanmu.. Aku khawatir padamu... Tolong jangan berbuat sesuatu yang membuatmu terluka" Ryuu menatap kearah matanya. "Kami juga khawatir akan Riku-kun. Tapi apa gunanya kau berlari keluar tanpa tahu apapun? "
Tenn terdiam.
"Lalu.. Apa yang harus aku lakukan?!"
"Kita--"
"Arara. Apa polisi belum bisa menemukan tempat ini? "
Suara yang asing terdengar diantara mereka. "Apa aku harus memanaskan suasana agar seru? " Sougo yang paling dekat dengan laptop memberikan isyarat untuk yang lain agar mendekat ke arahnya. Mereka melihat pria yang masih berdiri dalam redupnya cahaya itu, kembali muncul dilayar. "Sepertinya harus! Karena guest starnya adalah seorang idol ternama! Jadi aku memberikan perlakuan yang spesial! "
Lalu kamera sedikit bergoyang, menandakan bahwa kamera tengah berada dalam genggaman pria tersebut. Pada layar nampak sebuah kurungan besi yang kosong, dengan banyaknya reruntuhan plafon disekitarnya, menambah kesan seram pada tempat tersebut.
"Oops! Maafkan soal ruangan yang berantakan ini!"
"Pria ini benar-benar tidak waras! "
Tamaki menjauhkan dirinya dari layar. "A-Apa Rikkun.. Berada ditempat seperti itu?"
"Aku benci mengatakan ini.. Tapi.. Mungkin... " Yamato menjawabnya dengan hati-hati. Ia tidak ingin menurunkan temperatur lebih dari ini. Sesaat pria itu muncul, suasana langsung terasa dingin dan menusuk secara drastis. Bahkan Tenn dan Ryuu terlihat tidak memperdulikan pertengkaran mereka lagi.
"Oopsiee kita sampai! Lihatlah! Ini akan menarik... "
(pinterest)
Tenn tersentak. Oh tidak. Sepertinya jantungnya berhenti berdetak. Dua kali.
*Riku*
-00:45:40-
Riku terus mencoba untuk melepaskan ikatan tali yang memperhampat geraknya. Tapi hasilnya masih sama saja. Ia masih dengan posisi yang sama.
"Sudah berapa lama aku disini? " Tanyanya pada dirinya sendiri.
Kret.... Kret...
Lalu ia mendengar sebuah benda yang sepertinya diseret diatas tanah yang tidak beraturan.
"Apa itu? Besi? Kayu? "
Tuk tuk
Riku tersentak. Seseorang mengetuk kotak kayu dimana ia berada.
"Hh... Hah.... " Sial. Nafasnya mulai tak beraturan karena panik. Keringat dingin sudah mengalir dipelipisnya. Rambutnyapun kini basah karenanya.
Kaki dan tangannya kini sudah mati rasa. Tenggorokannya semakin kering. Berteriakpun ia tak bisa.
"Riku... Chan... "
Pupil mata Riku melebar setelah mendengar seseorang memanggil namanya dengan nada yang dimainkan naik turun. Membuat jantungnya berdetak lebih kencang dan bulunya bergidik.
"Do you want to play...." Tanya seseorang dari luar kotaknya. Apa yang harus ia jawab?
"No....? "
.
.
.
.
BRAK!
"Wrong answer!! " Seseorang membuka paksa kotaknya menggunakan kapak.
Bahaya.
Riku merasakan adanya bahaya yang mengancam nyawanya.
Kotakpun akhirnya terbuka. Menampakan sosok yang mengenakan topeng. "Riku-chan" Panggilnya. "Awhh! Kau memang manis seperti apa yang orang-orang katakan! " Lalu ia menunjukan kapak miliknya dihadapan Riku "Aku ingin sekali.... Bermain dengan wajah manismu.... "
"Apa yang kau inginkan dariku?! " Tanya Riku dengan wajah panik.
"Tidak ada" Ia lalu menaruh tangannya diatas kepala Riku dan menariknya keras sehingga kini topengnya dan wajah Riku hanya berjarak beberapa senti. "Ah! " Ringis Riku. "Aku hanya ingin bermain. Kau temani aku"
Pria itu lalu mengangkat kapaknya dan melayangkan bagian kayu, ke bagian kepala Riku. Membuatnya jatuh ketanah dengan suara keras.
"Oppss! Itu tidak seberapa keras! Tapi cukup untuk membuatmu tidur sesaat!"
Kepalaku sakit...
Sepertinya ada cairan yang keluar dari pelipisku...
Merah? Uh....
Aku takut.
Aku sangat sangat takut.
Siapa saja...
Tolong aku...
Pandangan Rikupun menjadi gelap.
*Idol*
-00:40:36-
Mereka menatap layar seakan mata mereka akan copot dari tempatnya. Nafas mereka tertahan di hidung mereka.
Yang mereka lihat tadi adalah sesuatu yang sangat buruk.
"Riku... San.... " Tsumugi bahkan hampir pingsan kalau saja ia tidak ditahan oleh Yuki, lantai sudah menjadi tempatnya merebahkan tubuh.
"Ap.. Apa kita tetap harus menunggu polisi... " Tamaki mengguncangkan orang disampingnya keras " Ne!!! Jawab! " Teriaknya panik sembari terus melirik kearah yang lainnya "Aku akan pergi dengan Tenten! "Tamaki menarik tangan Tenn menuju pintu.
"Tidak ada siapapun yang keluar, sampai polisi tiba"
Seseorang menahan mereka didepan pintu.
"Banri-san... "
"Aku tidak ingin salah satu dari kalian ada yang terluka lagi" Ia memijit ujung kepalanya "Apakah idol jaman sekarang tidak dapat menjaga diri mereka sendiri??"
"Kujou-san" Banri menatapnya "Polisi memberi kabar" Ia merogoh ponselnya dan memperlihatkan sebuah gambar "Kau tahu siapa pria ini? Gambar ini dibuat oleh salah satu penculik yang berhasil ditangkap, ia bilang semua adalah rencananya"
Raut wajah Tenn dan yang lainnya berubah penuh kerutan.
Amarah mereka tak tertahan lagi.
"SIALAN! "
"BRENGS*K!"
"BAJING*N!"
Hanya umpatan dan makian yang terdengar setelah itu.
Beberapa dari mereka bahkan memukul barang terdekat dari mereka.
"Aku tidak akan membiarkan Aya dekat dengan orang itu setelah ini!! " Tamaki memukul dinding keras dengan kepalan tangannya.
Tenn mengeluarkan ponselnya dan menghubungkannya pada seseorang.
Dan... Satu pergerakan itu membuatnya yakin. Selama ini.. Ia benar-benar salah memilih jalan...
Mereka melihat orang pada layar, yang kini menggunakan topeng, menggenggam sebuah ponsel, sesaat panggilan pada ponsel Tenn terhubung.
"Kau... " Tenn melirik Banri yang memerintahkannya untuk menggunakan mode speaker agar mereka dapat mendengarnya juga.
"Apa.. Maksud dari semua ini... Kujou-san.. "
Tenn bahkan tidak ingin menyebut nama itu lagi.
Memuakkan.
"Ini salahmu...Kau lebih memilihnya.. "
"Berhentilah bersikap kekanakan, Kujou-san" Tenn masih mencoba tenang. Menyulut amarahnya dapat membuat Riku dalam bahaya.
"Kekanakan...? Kekanakan?!! " Ia mulai tertawa kecil. Mereka dapat mendengarnya dari dua sisi. Pada speaker ponsel dan laptop.
"Kau sudah berjanji akan selalu bersamaku! Tapi kau mengingkarinya! " Takamasa menggeram. "Kau bahkan tidak tau ia siapa--"
"--Ia adikku"Tenn memutus perkataannya "Nanase Riku.. adalah adik kembarku"
Takamasa terdiam.
"Ah.. Souka. Jadi kau sudah mengingatnya.. Sayang sekali. Waktu yang menyenangkan untuk mempermainkan kalian berakhir" Ia lalu menendang kursi yang berada didekatnya, membuatnya bergema "Kenapa.. Kau tetap mengingatnya?! Meski keadaan sudah berhasil memisahkan kalian?! Aku... Membutuhkanmu... Tidak. Aku hanya takut seseorang meninggalkanku lagi" Mereka yakin dibalik topeng itu ia sedikit terisak "Hanya kau satu-satunya orang yang terus mengikutiku meski caraku salah... Kumohon jangan pergi..."
"Kujou-san.. " Tenn memanggil namanya.
Lalu tawa kecil terdengar setelah itu "Kau pikir aku akan berkata seperti itu??"
"Kujou-san... !" Tiba-tiba naluri dalam diri Tenn berteriak, jiwanya tertekan "Kumohon! Jangan melakukan apapun pada Riku! " Tenn memohon dan terus berteriak pada ponselnya.
"Aku membuangmu... Nanase Tenn"
"Kujou-san... " Tenn menatap layar laptop horror.
"Dan kau akan tahu akibatnya"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top