30 - Kapal Tempur

"Kita serahkan semua ke Silvia, kita juga tidak bisa meninggalkan kapal begitu saja." kata Camelia.

"Benar juga," jawab Neko.

Beberapa saat kemudian mereka melihat Silvia dan Lilith berjalan bersama menuju kapal dan membawa bingkisan makanan. Silvia dan Lilith senang sekali melihat ketiga temannya sudah berada di kapal.

"Aku bawa oleh-oleh nih, buat perjalanan kita." ucap Silvia dengan nada sedikit meninggi agar terdengar.

Silvia dan Lilith pun menaiki kapal, sebuah suara terompet raksasa terdengar dari kejauhan. Semua orang langsung menoleh melihat kearah suara terompet tersebut terdengar.

"Mereka bajak laut!" Seseorang tiba-tiba teriak mengenali lambang bendera tengkorak dengan satu mata tertutup.

"Cepat-cepat kita jalan," ucap Camelia agar semua temannya membantu menjalankan kapal untuk meninggalkan pasar terapung sebesar para bajak laut lebih dekat.

Para pedagang pasar terapung segera mengemasi dan menutup toko masing-masing dengan cepat, beberapa petualang dan penjelajah serta tentara bayaran menyiapkan kapal mereka untuk melawan bajak laut yang akan datang. Saat kapal Nuh milik Camelia dan yang lain akan kembali berlayar, sialnya kapal para bajak laut sudah terlihat dekat.

"Mau tidak mau kita juga ikut bertempur." ucap Neko.

"Jumlah kapal mereka sangat banyak dan seisi kapal juga banyak sekali orang bertubuh kekar. Bagaimana bisa kita melawan mereka sedangkan kita perempuan yang hanya ahli berpikir." ucap Silvia.

"Kita melawan tapi bukan berarti kita akan bertempur tetapi kita mencari jalan kabur, yang terpenting sekarang kita selamat dan kapal tidak mengalami kerusakan yang signifikan." kata Camelia.

Kapal mereka pun melaju bersama kapal para petualang dan lainnya yang sedang beristirahat di pasar terapung, merasa harus ikut adil melawan bajak laut yang tiba-tiba menyatakan perang.

Neko segera mengaktifkan Tulang revolusioner mode sniper, Silvia melihat peta kosong dan mencari tahu cara memakai peta artefak tersebut. Euphy dan Camelia mencari bala bantuan dari binatang didalam air. Camelia menyiapkan buku gambar ajaibnya sedangkan Euphy menggunakan telepatinya mencari keberadaan hewan laut yang paling kuat untuk diminta bantuan. Lilith hanya fokus menyetir kapal yang didampingi Rabbit dan Phiter si burung pelatuk.

Saat sudah mulai mendekat, Neko dengan Snipernya menembak satu persatu orang yang terlihat kuat, disaat yang sama Euphy berhasil menjalin dengan kawanan ikan hiu putih dan hiu putih tersebut menggigit kapal mereka bagian bawah. Camelia tidak mendapat binatang yang dilihatnya kuat untuk menyerang pasukan bajak laut, namun secara tidak sengaja Camelia melihat langit dan mulai menggambar burung camar.

Selesai itu Camelia menyiapkan keranjang yang berisi ramuan milik Silvia yang dimana ramuan itu membuat musuh tertidur. Burung-burung yang digambar Camelia pun menukik mengambil ramuan tersebut dikaki mereka dan terbang menuju para bajak laut.

Menjatuhkan ramuan tidur itu tepat di atas kapal para bajak laut, sepintas seperti hujan kaca namun uap ramuan tersebut membuat para bajak laut lemas dan ada yang langsung tertidur.

Camelia dan yang lain merasa senang karena telah berhasil mengalahkan satu kapal didepan mereka. Namun seketika rasa senang itu lenyap karena dari kejauhan ternyata kapal bajak laut sekitar dua puluhan.

"Ini benar-benar gawat sih," ucap Neko.

Lilith segera memutar kapal kearah sebuah pulau terdekat yang bisa dijangkau.  Camelia dan Euphy segera masuk menemui Silvia. Kapal kini diurus Neko dan Lilith serta Rabbit dan binatang pendamping lainnya.

Beberapa kapal sedang mengejar kapal milik Camelia dan yang lain, kini mengandalkan Lilith dan Neko saja untuk segera kabur.

"Peta macam apa ini? Aku sama sekali tidak paham cara kerjanya." ucap Silvia kesal.

Camelia dan Euphy juga hanya menggelengkan kepala serta memperhatikan Silvia yang sedang kesal. "Memang siapa yang dapetin peta semacam ini?" tanya Euphy.

"Lilith," jawab Camelia yang tiba-tiba teringat.

Saat keluar ruangan menuju Lilith, dari kejauhan melihat raut wajah Lilith yang sedang fokus menyetir seraya melihat kebelakang—melihat kapal musuh. Camelia segera berlari menuju Lilith, "Gantian, kamu cepat bantu Silvia melihat peta yang kamu bawa itu. Mereka kebingungan." kata Camelia yang langsung ambil alih setir kapal Nuh yang berada diluar.

Lilith memasuki ruangan, dia mencari apel yang dibawa Euphy. Setelah menemukan, apel itu di hancurkan dan diperas Lilith untuk diambil airnya.

"Apa yang kamu lakukan dengan apel ku?!" kata Euphy yang marah melihat apelnya diambil Lilith dan diperas.

"Aku tau ini apel Zamrud, peta artefak ini hanya terlihat saat terkena air dari apel zamrud." jelas Lilith.

Silvia dan Euphy menyaksikan betapa kerennya peta artefak terlihat jelas dan seperti layar tiga dimensi yang bisa di zoom atau perbesar melihat didalamnya.

"Ini sih keren sekali!" ucap Silvia penuh takjub.

"Air apel zamrud dipeta ini hanya bertahan 2jam, jadi manfaatkan jika tidak kita harus terus memeras apel zamrud untuk diambil airnya," jelas Lilith.

"Baiklah, kini sudah paham." ucap Euphy yang mulai tenang.

"LILITH! KALAU SUDAH SELESAI CEPAT KEMBALI KESINI!" teriak Camelia yang mulai kelelahan dan kesulitan mengontrol setir selagi masih dikejar para bajak laut.

Lilith pun segera keluar dan menggantikan posisi Camelia sekarang. Meski posisi sudah lumayan jauh dari para bajak laut, tetap saja mereka masih mengejar.

"Didepan sana ada pulau dan masuk ke sungai itu." ucap Neko yang melihat jalur sungai.

"Baiklah," ucap Lilith mengarahkan kapal mereka kesana.

Silvia yang didalam ruangan terkejut melihat tanda kapal mereka berhenti di sebuah pulau yang berawa-rawa dan hanya ada pohon mangrove raksasa yang menyelimuti pulau tersebut.

"Apa yang sedang mereka pikirkan diluar? Tempat ini berbahaya." kata Silvia.

Sesaat Silvia akan memberi tahu teman-temannya, dia dicegah Euphy.

"Kita lebih dalam bahaya jika diatas air terlalu lama, kita semua disini arkeolog bukan pelaut apalagi nelayan. Kita butuh tempat yang berpijak aman tanpa takut tenggelam. " jelas Euphy.

"Tapi tempat yang sekarang kita tuju berbahaya." balas Silvia.

Dari luar Camelia mendengar suara cekcok didalam ruangan yang ada Silvia dan Euphy. Dia pun memutuskan untuk masuk ke ruangan.

"Ada apa ini?" tanya Camelia.

Silvia langsung menjelaskan panjang, setelah menjelaskan selesai Euphy membantah semua ucapan Silvia dengan alasan kita memang butuh mendarat.

Camelia pun menjelaskan situasi diluar, kini mereka hanya setuju dan segera memasuki jalur sungai hutan mangrove tersebut.

"Apa mereka masih mengejar kita?" tanya Camelia.

"Tidak terlihat, namun aku masih melihat bendera mereka menuju kemari." kata Neko.

"Kita parkir kapal ini dan kabur kedalam hutan mangrove ini." ucap Camelia.

"Kau yakin? Ini hutan yang kita tuju hutan mangrove dan tidak ada tanah sama sekali. Hanya batang-batang besar dari mangrove raksasa." jelas Neko.

"Kita harus menyusun strategi, kemungkinan kita harus mengalahkan para bajak laut itu di hutan mangrove ini." kata Camelia.

Mereka pun berhenti di sebuah tepian hutan mangrove yang mereka lakukan hanya membawa peralatan yang penting untuk dibawa.

"Kita akan membuat sebuah jebakan," ucap Lilith.

Kapal pun akhirnya terparkir, setelah itu ditutupi daun lebar dari pohon mangrove yang ditepian. Mereka mendarat tepat di batang mangrove raksasa, setelah itu mereka berjalan memanjat dan melewati dari satu pohon ke pohon yang lain.

"Dibawah kita juga air, berbahaya jika kita terjatuh." ucap Lilith.

"Sudah kuduga hutan ini berbahaya sekali. Semoga cepat berpindah dari hutan ini." ucap Silvia.

"Lebih baik kita cepat buat strategi karena sebentar lagi para bajak laut itu kemari." ucap Neko yang terus mengawasi sekitar bersama Rabbit dan binatang lain.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top