3 - Sphinx

"Apa yang kau makan?" tanya Silvia.

"Entahlah, aku hanya mencari buah di dekat sini. Tapi ngomong-ngomong rasanya manis." kata Camelia.

Silvia dan rabit pun menghampiri Camelia, Silvia baru ingat nama buah yang dinamakan Camelia.

"Oh, buah Kuldi." ucap Silvia sekilas melihat bentuk buah yang ada di depan Camelia, kebetulan dia memetik banyak.

"Kuldi? Kalian juga ikut makan, kita akan melanjutkan perjalanan habis ini." ucap Camelia.

"Aku tidaklah, kau saja yang makan." Silvia memberikan kuldi itu ke kelinci.

Aku pernah membacanya soal buah surga ini, tapi aku melupakan efek samping memakannya. Sepertinya harus menunggu terjadi apa-apa. batin Silvia yang masih ragu dengan buah kuldi tersebut.

Mereka pun kembali melangkah menelusuri jalan yang terlihat di depan goa tersebut.

"Camelia, apa ada petunjuk lain untuk  melanjutkan pencarian?" tanya Silvia.

"Sepertinya belum dapat, yang kita punya baru kerang hitam dan semanggi emas. Kemungkinan kita harus kesana dulu." ucap Camelia sambil menunjuk ke arah bukit.

"Emang ada apa disana?" tanya Silvia.

"Hanya firasat sih." jawab Camelia kemudian tertawa kecil.

Sudah dia hari, akhirnya Camelia berhasil menaklukkan ketakutannya dengan hutan. Meski terkadang masih takut jika jauh dari Silvia.

Silvia sendiri tidak begitu takut dengan hutan, selama ada tanaman yang tumbuh disekitar. Karena dia adalah herbalis jadi tanaman adalah sumber utama dari pengobatan dan lain sebagainya.

Tanpa diduga mereka sudah mulai menaiki bukit dan sampai diatas, Camelia melihat pemandangan sejak. Tapi Silvia sudah ketakutan melihat sesuatu.

"Woi, kau kenapa? Kau takut dengan ketinggian?" tanya Camelia memastikan.

Silvia hanya menggelengkan kepala dan langsung memberi kode untuk melihat ke atas. Saat Camelia melihat atas, dia hanya melihat tembok besar dan tidak ada apa-apa. Mereka terus melangkah naik hingga terlihat gerbang besar terbuat dari dinding raksasa.

"Akhirnya kita sampai." ucap Camelia.

Silvia masih merasakan ada yang sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Namun perasaan takut itu ditepis oleh Camelia.

"Aku sudah merencakan sesuatu jika terjadi apa-apa, jadi tenanglah." kata Camelia.

Mereka kembali berjalan menuju gerbang batu, setiba disana aura mencekam terasa. Mereka berdua tidak yakin jika ada hewan buas sedang mengintainya.

Silvia pun kaget melihat seekorseekor singa dengan setengah badan manusia dan bersayap seperti rajawali. Raut muka Camelia justru datar dan tidak ada rasa takut sama sekali.

Efek buah kuldi?! Tidak takut apapun yang terjadi. batin Silvia yang sudah panik.

"Woi! Kau Sphinx?" teriak Camelia, kini raut mukanya sudah seperti orang mabuk.

Sphinx? Makhluk mitologi itu benar-benar ada? batin Silvia.

Makhluk Sphinx tersebut berjalan menghampiri mereka berdua. Silvia berpegang erat di baju Camelia.

"APA KALIAN INGIN MASUK KEDALAM CANGKANG?"  tanya Sphinx dengan nada berat.

"Cangkang? Sejak kapan Sphinx memiliki cangkang? Kau kura-kura kah? Atau ini sebuah teka-teki?" ucap Camelia dengan santainya dan kemudian duduk bersilah.

"NYALIMU BESAR JUGA, BOCAH." jawab Sphinx.

"A-anu, dia habis makan buah kuldi wahai tuan Sphinx." Silvia melerai.

"OH BEGITU RUPANYA." kata Sphinx.

Camelia tiba-tiba bertepuk dengan, "Bisa kita mulai pertanyaannya?" ucap Camelia.

"KALIAN SUDAH TAHU RESIKONYA?" tanya Sphinx.

"Mari kita mulai," ucap Camelia dengan penuh semangat dan menghiraukan resiko jika salah jawab.

Nih bocah udah bener-bener mabuk, batin Silvia dengan wajah geram.

"Pertanyaan PERTAMA, EMPAT KAKI DI PAGI HARI, DUA KAKI DI SIANG HARI, TIGA KAKI DI MALAM HARI." Sphinx mulai mengasah kuku-kukunya.

Resikonya sudah jelas nyawa, tapi kenapa ini bocah belum sadar juga. batin Silvia sambil menunggu Camelia kembali seperti semula.

Tiba-tiba Camelia berbisik ke Silvia, "Maaf aku baru sadar, tapi tenang. Aku sudah tahu jawabannya." kata Camelia.

"Manusia!" jawab Camelia dengan lantang.

Sphinx mulai melotot ke arah mereka berdua. Sambil memamerkan gigi-giginya yang tajam. Keduanya sedikit ragu karena kemungkinan jawabannya lain.

"BENAR, SELAMAT KALIAN BERHASIL DI PERTANYAAN PERTAMA." ucap Sphinx.

"Memang ada berapa pertanyaan?" tanya Silvia.

"TIGA" kata Sphinx.

"Setelah pertanyaan ketiga, bersiaplah berlari ke hutan. Sphinx ini tidak akan melepaskan buruannya meski jawaban kita benar semua." bisik Camelia di telinga Silvia.

"Dari mana kau tahu?" tanya Silvia.

"Meski dia lebih besar dariku, otaknya lebih kecil daripada punyaku." jawab Camelia.

"Pertanyaan KEDUA, APA YANG MEMPUNYAI DUA BELAS KAKI DAN BISA TERBANG?" kini Sphinx memberikan sebuah pertanyaan.

Pertanyaan jebakan, makhluk bodoh ini mencoba membuat sesuatu diluar logika. Batin Camelia.

Silvia memegang tangan Camelia, pertanda agar siap berlari.

"Enam ekor burung!" jawab Silvia yang mulai ancang-ancang.

Sphinx pun mulai curiga dengan tingkah dua gadis tersebut.

"BENAR, KINI PERTANYAAN TERAKHIR. ADA SESEORANG BERJALAN DITEPI SUNGAI TANPA MEMECAH AIR KETIKA IA MELIHAT KE BELAKANG, IA TIDAK MENEMUKAN JEJAK KAKINYA, MENGAPA?" tanya Sphinx yang sudah menjulurkan lidahnya.

Camelia dan Silvia mulai berjalan mundur. Saat bersamaan Camelia menemukan jawabannya. Tapi seperti rencana awal, benar atau salah Sphinx akan menerkam mereka.

"Karena berjalan mundur!" jawab Camelia dibarengi Silvia yang mulia balik badan dan lari.

Camelia menyusul dan Sphinx kini murka karena tahu bahwa dia tidak peduli jawaban benar atau salah. Dia hanya ingin makan daging manusia.

"Kita kemana?" tanya Silvia.

"Ikuti aku." jawab Camelia.

Silvia baru sadar kalo rabit tidak ikut saat menuju atas. lantas dimana dia?

Sphinx terbang dan sudah berada di atas mereka berdua. Camelia tiba-tiba bersiul. Seperti memanggil sesuatu. Sesaat Sphinx hampir menerkam, dua ekor binatang buas menghantamnya hingga terpental.

Camelia dan Silvia berhenti, kemudian menyaksikan Sphinx versus gorila dan panda raksasa. Rabit pun tiba-tiba muncul dari atas dan berdiri di depan Camelia dan Silvia.

"Wah, kau punya senjata baru?" tanya Silvia ketika melihat rabit membawa katana kecil di punggungnya.

Karena rabit tidak bisa berbicara bahasa manusia, dia hanya mengangguk.

"Aku sudah menjinakkan dua ekor hewan itu saat mencari buah-buahan, karena aku berpikir untuk berjaga jika ada hewan buas lain yang menyerang." kata Camelia.

Dari segi pertarungan, sepertinya gorila sudah terluka cukup parah. Ditambah panda kehabisan tenaga untuk menghindari cakaran Sphinx.

Camelia menarik tangan Silvia dan kembali berlari menuju cangkang yang dimaksud Sphinx saat awal.

"Aku tidak sepenuhnya tak sadar, jadi hanya didalam labirin itu kita bisa aman." kata Camelia.

Sphinx memenangkan pertarungan, dia kembali mengejar kedua gadis tersebut. Rasa laparnya bertambah karena pertarungan yang menghabiskan tenaganya.

Silvia mengeluarkan bubuk-bubuk berwarna ungu di dalam tasnya, dia melempar sembarang di berbagai tempat.

"Untuk apa itu?" tanya Camelia.

"Bubuk yang bikin hilang arah, atau bisa disebut buta arah." kata Silvia.

"Kau seperti penyihir." kata Camelia.

Mereka akhirnya sampai di gerbang tempat Sphinx semula, sebelum Sphinx berhasil menyusul mereka berdua langsung masuk begitu saja kedalam labirin cangkang.

"Ku baca-baca, tempat seperti ribuan pintu ini katanya memiliki harta mulia." ucap Camelia.

"Harta mulia?" tanya Silvia.

"Seperti buku bergambar ini, yang bisa menjinakkan binatang." jawab Camelia.

"Sebelum keluar, mari kita cari." ucap Silvia dengan antusias.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top