2 - Semanggi Emas

"Berhati-hatilah Putri, sebentar lagi kita akan mendapatkan serangan. "

Serangan? Darimana?

Para kelinci menyiapkan senapan bambu mereka saat Camelia memperhatikan dengan seksama, ternyata benar itu bukan bambu biasa.

"Mereka benar-benar mirip tentara sungguhan." ucap Camelia.

Seekor ular kobra terbang menghampiri mereka dengan kecepatan tinggi, salah satu prajurit kelinci menembakan senapannya yang berisi sayur wortel kecil. Tembakan barusan sangat lebih kencang daripada laju ular terbang tersebut.

Camelia merasa bingung, jenis ular terbang yang dia lihat sangat berbeda dengan yang dia lihat di internet.

"Snake dragon, mereka adalah keturunan naga yang masih bertahan hidup hingga menguasai beberapa wilayah dipulau ini." kata komandan kelinci.

Untung kelinci ini bisa diandalkan, batin Camelia.

Akhirnya para ular datang berbondong-bondong. Camelia kaget karena jumlah ular terbang tersebut terlalu banyak.

"Mode perlindungan! Kita secepatnya turun!" perintah komandan kelinci ke prajuritnya.

Para prajurit melempar buah kecil berwarna merah dan ditembak, tiba-tiba keluar asap merah menutupi banyak tempat diudara. Tidak lama Camelia berhasil mendarat bersamaan para kelinci. Ular terbang diudara bertabrakan satu sama lain dan jatuh berantakan.

"Cari tempat berlindung!" perintah komandan kelinci.

Mereka akhirnya menemukan lokasi pohon besar dan aman untuk berlindung. Camelia memanjat pohon hingga ke dahan yang tidak tinggi dari tanah.

"Penjagaan diperketat," ucap komandan kelinci ke prajurit yang lain.

Malam telah tiba, Camelia sangat kebingungan karena dia berada di alam terbuka. Setidaknya Camelia membuat tenda, sayangnya keadaan sekarang masih belum aman. Tubuh Camelia pun sudah cukup lelah.

Njedar!
Suara tembakan dari salah satu prajurit kelinci membuat Camelia kaget dan kembali terjaga dari rasa ngantuknya.

"Ada apa? " tanya Camelia ke komandan kelinci.

"Maaf Putri, sepertinya kita mendapat musuh sangat kuat. Lebih baik Putri segera kabur dari sini." jawab komandan kelinci yang masih siaga dan ikut menembakan senapannya.

Camelia segera turun dari pohon, dan melihat para prajurit kelinci sedang berkelahi dengan segerombolan jaguar hitam yang memiliki tato mawar putih di dahinya.

Kenapa sekarang aku pergi sendiri sih! batin Camelia kesal.

Karena Camelia sudah sangat lelah dia tak sadar batas rasa ngantuknya sudah sangat berat dan terjatuh begitu saja di rerumputan.

Cahaya mentari pagi membangunkan Camelia, dia juga kaget karena ada daun besar menyelimuti tubuhnya. Melihat sekeliling, dan terlihat sosok perempuan dengan ikat rambut kanan-kiri sedang membakar ikan.

"Oh, sudah bangun. Sini duduk." ucap perempuan tersebut.

Camelia pun berjalan di tepi sungai dan membasuh mukanya, kemudian berjalan ke arah perempuan tersebut.

"Siapa?" tanya Camelia.

"Silvia." jawab singkat perempuan tersebut dan kembali fokus dengan ikan bakarnya.

"Kau yang menyelamatkanku?" tanya Camelia.

"Aku hanya menemukanmu sedang tidur, karena kebetulan lewat yasudah bisa bareng." jawab Silvia.

"Kita makan dulu." ucap Silvia seketika ikan bakarnya matang.

Beberapa menit akhirnya selesai makan. Camelia masih penasaran dengan Silvia, karena gadis kecil berada di pulau terpencil sendirian sangatlah aneh.

"Kau dengan siapa?" tanya Camelia sambil celingak celinguk ke sekitar.

"Sendiri, aku sedang gabut di kota. Karena melihat brosur tentang wisata pulau naga aku jadi ingin mengeksplorasinya." jawab Silvia.

Njir.. Gabut, ga habis pikir. batin Camelia yang terkejut.

"Apa kau juga gabut?" tanya Silvia.

"Awalnya gitu, tapi sekarang beda." jawab Camelia.

"Pulau disini berbahaya, banyak binatang aneh sama tanaman yang juga aneh." ucap Silvia.

Saat sedang asyik ngobrol seekor kelinci berlari kencang ke arah mereka. Silvia langsung mengeluarkan ketapel nya dari saku dan mengarahkannya ke kelinci tersebut.

"Dia bawahan ku, jangan tembak." ucap Camelia.

"Bukan dia, tapi belakangnya." balas Silvia.

Seketika kelinci itu hampir diterkam jaguar, dengan cepat peluru dari ketapel Silvia melesat mengenai mulut hingga masuk ke dalam jaguar tersebut. Silvia menembakkan bertubi-tubi dengan cepat. Jaguar-jaguar itu pun berlarian kabur.

Camelia menghampiri kelinci tersebut bersama Silvia. Camelia membantu kelinci itu bangun. Silvia masih mengawasi sekitar.

"Kau terluka," Camelia merasa khawatir.

"Tenang, aku jagonya buat obat." jawab Silvia.

Akhirnya mereka membawa kelinci tersebut ke tempat istirahat kembali.

Silvia meracik obat dari dedaunan dan kemudian diikat ke kaki dan kepala kelinci tersebut. Camelia melihat kalung yang ada kerang hitam yang dijatuhkannya sewaktu di goa.

"Apa kau kesini membawakan itu?" tanya Camelia.

Kelinci itu langsung memberikan kerang hitam tersebut, dia juga memberikan seutas tali di ekornya yang berupa pesan dari komandan kelinci.

Camelia membukanya, pesan tersebut ber isikan : "Bawa kunci lemari ke gudang lembab."

"Hohoho, teka-teki rupanya." ucap Silvia ketika melihat pesan dari tali tersebut.

"Kunci lemari? Sepertinya yang berbentuk semanggi yah?" gumam Camelia.

"Semanggi? O-oh aku tahu dimana kau harus mencarinya." ucap Silvia.

"Apa kelinci ini perlu kita bawa juga?" tanya Silvia.

"Dia sebenarnya jago menembak, jadi kita bawa." kata Camelia.

Camelia kaget saat dia melihat ternyata Silvia membawa tas besar yang dia sembunyikan dibalik pohon.

"Di dalam tas kau bawa apa saja?" tanya Camelia sambil berjalan.

"Kita berhenti sebentar," ucap Silvia yang kemudian menurunkan tas nya.

Setelah dibuka, Camelia kaget karena hanya berisi dedaunan dan buah-buahan liar.

"Buat apa bawa gituan?" tanya Camelia.

"Obat, aku nih herbalis loh." jawab Silvia sambil nyengir.

Mereka kembali berjalan menuju tujuan yang mengarah ke teka-teki tersebut. Dari balik bukit Camelia melihat padang rumput luas.

"Disinilah surga daun semanggi." ucap Silvia.

Bagaimana aku mencarinya kalau seluas ini. batin Camelia.

"Silvia, kau tahu kenapa aku mengikuti teka-teki ini?" tanya Camelia.

Silvia menggelengkan kepala, "Mungkin gabut." jawab Silvia sambil nyengir lagi.

Kenapa harus orang aneh sih ketemunya. batin Camelia.

"Orangtuaku tiba-tiba hilang di pulau ini saat berlibur kemarin. Dan hanya menyisakan teka-teki bodoh ini yang bisa menuntunku menemukan mereka." ucap Camelia.

"Seperti aku tertarik ikut, ditambah teka-teki misterius itu membuatku berdebar-debar." kata Silvia sambil berekspresi semangat.

"Baiklah, sekarang bagai mana kita dapatkan kunci yang berbentuk semanggi di tengah luasnya padang rumput semanggi ini?" jelas Camelia.

"Warna, cahaya, dan ketenangan." jawab Silvia.

"Tak paham." singkat Camelia.

Kelinci tersebut menarik-narik baju Camelia, dia menunjukkan sesuatu. Camelia pun respect dan melihat apa yang ditunjuknya.

"Sil, sepertinya kita ada gangguan sedikit. Lebih baik kita cari tempat aman dulu deh." ucap Camelia sambil memutarkan kepala Silvia mengarah yang dimaksud.

Silvia menengguk salivanya. Dan menarik tangan Camelia menuju tempat yang pohon tinggi. Silvia mengisyaratkan agar tidak berisik.

Dia mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi obat halus, kemudian di bantingnya di sekitar. Camelia dan kelinci itu pun batuk.

"Apa nih?" tanya Camelia.

"Ramuan penyamaran. Bau kita akan seperti dedaunan dan pohon sehingga predator tidak mengira kita mangsanya." jawab Silvia.

Mereka pun memutuskan untuk menahan pencarian kunci semanggi, dan mencoba membuat tenda kecil-kecilan untuk menampung tempat tidur.

"Oh yah, warna kunci tersebut apa?" tanya Silvia.

"Gold." jawab Camelia.

"Kita akan cari malam hari. Aku baru saja menemukan lentera." jawab Silvia.

Silvia menunjukkan tanaman yang dia namakan lentera. Malam akhirnya tiba kembali. Silvia menggoyangkan tanaman tersebut hingga menyala cahaya biru.

"Bentar, kau bawa buku gambar buat apa?" seketika Silvia melihat buku gambar milik Camelia.

"Kau akan tahu setelah melihatnya sendiri." jawab Camelia sambil tersenyum.

Mereka pun akhirnya memutuskan mencari di malam hari. Karena sedang berada di padang rumput, udara malam sangatlah terlalu dingin. Keduanya menggigil.

"Minum nih." Silvia memberikan sebuah pil buatannya sendiri.

"Buat?" tanya Camelia penasaran.

"100% lebih hangat dari udara sekarang." ucap Silvia.

"Lohhh, rasanya kok mirip petai?" Camelia kaget ketika meminumnya.

Silvia hanya tersenyum dan kembali fokus mencari kunci semanggi tersebut. Camelia kini mendengar desisan kasar dari arah depannya.

"Kita mundur dulu, sepertinya ada yang tidak beres disini." ucap Camelia.

Silvia pun menganggukkan mengerti, dengan cepat keduanya berlari keluar dari padang rumput tersebut. Sayangnya mereka terlambat, seekor hyena mencegahnya dari depan mereka.

"Hyena? Kita benar tidak diuntungkan." ucap Silvia.

Silvia stay dengan ketapel nya, dan kelinci yang mengikuti mereka pun kini sudah membawa senapan anginnya. Sepertinya dia membuat saat beristirahat di pohon.

"Kita harus apa nih?" tanya Camelia.

"Kabur saja lah, biar aku dan kelinci ini menahannya." ucap Silvia.

Saat Camelia berjalan mundur, tidak sengaja tersandung dan jatuh. Saat itu juga dia menemukan kuncinya dan langsung mengamankan di tas selempangnya.

Satu tembakan masuk ke mulut hyena, tidak lama hyena tersebut mabuk dan berlari tak tau arah.

"Aku sudah dapatkan, ayo cari tempat aman dan istirahat." kata Camelia.

Mereka pun berlari keluar dari padang rumput menuju hutan kembali, tapi sayangnya mereka tetap mendengar hewan-hewan predator sedang mengejar mereka.

"Stop! Stop!" ucap Camelia dadak.

Dia melihat rusa liar yang berukuran cukup besar. Kemudian mengeluarkan buku gambarnya.

"Kau masih sempat-sempatnya menggambar?" ucap Silvia greget.

"Kau lari duluan, aku akan menyusul." ucap Camelia sambil fokus menggambar rusa liar hitam di depannya.

Silvia pun kembali berlari bersama kelinci, tidak lama tiba-tiba suara tapak kaki cepat berada di belakang Silvia, membuatnya bergidik ngeri.

"Ini aku! Ayo naik." ucap Camelia yang menaiki rusa besar tersebut sambil mengulurkan tangannya untuk Silvia agar naik.

Mereka pun menaiki rusa hitam besar dengan kencang, kelinci duduk diantara tanduk rusa.

"Kita mau kemana?" tanya Camelia.

"Aku tak tahu, setidaknya tempat aman dan kita tunggu hingga fajar."

Akhirnya mereka berhenti di sebuah goa berlumut yang ditumbuhi ilalang liar. Di sana mereka mengecek area sekitar kemudian bersiap untuk tidur.

"Aku sudah buat trap dan menyiapkan ramuan-ramuan yang membuat predator enggan menampakkan kakinya di area ini." jelas Silvia yang kemudian langsung ikut tidur.

Keesokan harinya, Camelia terbangun lebih awal. Dia melihat area sekitar nampak segar dan sangat aman, dia pun menyiapkan kayu bakar dan mencari buah-buahan yang dapat dimakannya.

Tidak berselang lama Silvia terbangun bersama kelinci. Mereka keluar dari goa dan menyapa Camelia yang sedang menyantap buah mirip apel.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top