16 - Negeri Kurcaci

"Uang kita yang tersisa buat beli makanan saja, yuk." ajak Silvia setelah mereka keluar dari tempat serikat.

"Yah, sekali-sekali. Dari negeri hybrid kita selalu mencari makanan, dan belum makan makanan yang dimasak." ucap Neko.

"Baiklah, sekarang kita akan makan dimana?" tanya Camelia.

"Aku benci tempat ramai, hemm. Kita kesana saja, yuk." ujar Silvia yang kemudian dia mimpin jalan menuju suatu restoran kecil dipojok kota yang jauh dari pemukiman warga.

Setelah sampai didepan restoran, Camelia dan yang lain agak merasa aneh dengan restorannya. Namun perut keroncongan mereka menolak untuk mencari tempat lain, perut mereka sudah diambang batas lapar. Akhirnya mereka memilih restoran kecil tersebut.

"Selamat datang direstoran kami. Silahkan duduk dan tunggu masakannya." ucap seorang kurcaci perempuan yang kemudian dia berjalan ke dapur.

"Wah, restoran ini tidak ada daftar menu sama sekali. Berbeda dengan yang dikota. Tapi yasudah, karena aku sudah sangat lapar." keluh Neko.

Sebuah mangkuk berisi semur jamur dan rebung mulai dihidangkan didepan mereka. Ditambah roti tawar dan sebuah minuman kopi hitam manis menambah isi meja mereka.

"Ini sih bakal tidak akan mahal." ucap Silvia.

"Lebih baik kita makan dulu." ucap Camelia.

Mereka akhirnya menikmati makanan yang sudah tersaji. Tempat meja makanan mereka seperti di warung, yaitu menghadap langsung dengan kasir dan koki. Kebetulan yang jual makanan restoran tersebut solo, atau hanya seorang diri. Kurcaci perempuan tersebut tiba-tiba mendekati Camelia dan yang lain.

"Apa kalian petualang?"

"Yah, kami petualang." jawab Neko.

"Apa kalian juga mencari kapal Nuh?"

Seketika mereka bertiga terdiam dan saling memandang. Setelah beberapa detik Camelia angkat bicara.

"Kok bisa tahu?" tanya Camelia.

"Sebenarnya kapal Nuh itu bukan legenda, meski memiliki legenda. Kapal itu beneran ada, dan sampai sekarang masih dibuat oleh bangsa kami." bisik lirih kurcaci perempuan tersebut.

Camelia dan yang lain kaget dan hampir tidak percaya omongan kurcaci tersebut.

"Jika kalian tidak percaya, aku akan buktikan. Pertama, kalian akan mencari tiga bahan, jamur, pisang dan kayu pohon Paramecia. KeDua, kalian dapat misi itu di negeri hybrid. Sampai sini sudah terbukti bukan?" kata kurcaci perempuan dengan bangga.

Camelia dan yang lain tepuk tangan dengan pelan sambil menggelengkan kepala tak percaya bahwa semua ucapan kurcaci perempuan tersebut sangat benar.

"Tapi, darimana kau tahu tiga bahan kapal Nuh tersebut?" tanya Silvia.

"Setelah makan mari ikut aku ke belakang restoran ini." ucap kurcaci perempuan tersebut.

Akhirnya mereka segera menyelesaikan makanan dan berjalan mengikuti kurcaci tersebut kebelakang restoran.

"Oh yah sebelum itu perkenalkan, namaku Viona. Aku disini bekerja sebagai pelayan restoran dan juga pemimpin proyek pembuatan kapal Nuh." ucapnya ketika membuka tirai yang menutupi pintu belakang restoran.

Camelia dan teman-temannya terkejut melihat lima buah kapal raksasa dengan modifikasi yang berbeda-beda. Disini Camelia mulai yakin jika kapal yang dibuat Viona bukan sekedar kapal biasa. Teknologi kuno yang diciptakan dari berbagai bahan tak lazim menjadikan kapal terasa bisa menjelajahi alam semesta.

"Kalau yang begini harganya pasti mahal." ucap Silvia.

"Tidak ada yang jual, kami membuat secara gratis. Tetapi, bahan yang diciptakan harus dari para petualang itu sendiri. Kami hanya perlu bahan pokoknya saja, seperti yang aku sebutkan diawal." jelas Viona.

"Apa mereka kurcaci yang ada di kota?" tanya Neko.

"Tidak. Mereka adalah kurcaci khusus yang pengangguran dan disini mereka  bekerja demi makan semur yang kalian makan tadi." jelas Viona.

"Kapal ini pesanan dari para petualang?" tanya Camelia.

"Benar. Tapi kami minta maaf, kami harus merahasiakan siapa petualang yang memesan kapal Nuh ini. Kami merahasiakan semua identitas yang ingin membuat kapal Nuh." jelas Viona.

Mereka akhirnya berbincang-bincang sejenak dan negosiasi tentang pembuatan kapal Nuh. Seketika Neko mengeluarkan lembaran misi.

"Untungnya aku sudah mengambil lembaran misi sebelum kita keluar." ucap Neko sambil menunjukan tiga lembaran misi yang berisikan mencari jamur paku, pisang listrik dan kayu paramecia.

"Baiklah, aku tunggu bahannya. Sebaiknya kalian segera menuju gua tambang di dekat sini, disana biasa para petualang mencari jamur paku." ucap Viona.

Mereka akhirnya bergegas menuju gua tambang tersebut. Senja sore yang hampir malam, membuat mereka harus benar-benar bergegas. Mereka harus melewati kebun kelapa terlebih dahulu sebelum masuk ke goa yang mereka tuju.

"Kurasa kelapa disini hampir musim panen." ucap Silvia.

Tiba-tiba suara langkah besar terdengar, namun ketiga gadis itu tak melihat apapun yang bergerak.

"Hantu kah?" ucap Silvia.

Rabbit dan Phiter menatap sebuah pohon didepan mereka. Neko pun mengerti bahasa tubuh hewan yang dilakukan Rabbit dan Phiter.

Mereka sering hilang dan nongol tiba-tiba, tapi kali ini mereka benar-benar waspada dengan pohon yang didepan sana. Batin Neko.

Seekor naga dengan tubuh pohon kelapa menampakkan diri. Bagaikan dinosaurus berkepala panjang namun lehernya terdapat seperti buah kelapa.

"Kau bisa bahasa manusia bukan?" tanya Neko.

"Tentu-tu-tu-tu." suara naga tersebut menggema.

"Mirip suara terompet bersuling, keren juga." ucap Silvia.

"Jika kalian ingin masuk ke gua yang dibelakangku-ku-ku-ku, jawab dulu dia teka-teki dariku-ku-ku-ku." kata naga.

"Kau naga Exeguittor bukan?" tanya Camelia.

"Kok bisa tahu-hu-hu-hu." naga tersebut terkejut.

"Ada dijurnal!" teriak Camelia.

"Baiklah, pertanyaan pertama.
Berisi tapi bukan isi, membingungkan tapi bisa dipikir diri sendiri. Apakah itu-tu-tu?" kata naga.

Camelia dan dua temannya mulai berpikir keras. Meski tidak ada hukuman atau hal kekerasan lain jika salah jawab, tapi mereka bertiga sangat ingin menjawab dengan benar sekali jawab. Naga Exeguittor sangat sopan dan naga tersebut seperti tersenyum terus ketika melempar teka-teki tersebut.

Dia sepertinya maniak teka-teki, hemm. Kurasa memang kali ini harus begitu tenang. Batin Camelia.

"Oalahh... Jawabannya Es kelapa." jawab Silvia tiba-tiba.

"Ngawur!" jitakan Neko mendarat di kepala Silvia.

"Salah-lah-lah-lah." jawab naga.

Berisi tapi bukan isi? Jika aku berpikir bola, tentu bola berisi angin. Tapi jika aku sendiri memikirkan bola, belum tentu pikiran ku berisi bola. Oh begitu jawabannya. pikir Camelia yang berhasil menemukan jawabannya.

"Jawabannya, OTAK. Benar bukan?" ucap Camelia.

"Wah! Kau anak yang liar biasa." jawab naga.

"Luar om, luar! Bukan liar." ucap Silvia kesal.

"Jawabannya benar sekali." kata naga.

"Lanjut pertanyaan terakhir! Aku pasti bisa jawab!" teriak Silvia yang justru malah girang dengan teka-teki naga tersebut.

"Ha-ha-ha, pertanyaan terakhir. Dia udara, tapi bukan berarti angin. Dia hangat tapi bukan dari api. Dia sangat berharga tapi bukan untuk di beli atau jual. Apakah dia itu?" kata naga mengajukan teka-teki terakhir.

Pertanyaan ini bikin otakku kesleo. Pikir Camelia.

"Jawabannya NAFAS. Benar bukan?" kali ini Neko menjawab dengan cepat tanpa berpikir sejenak.

Camelia dan Silvia tercengang, seorang Neko dengan daya otak pas-pasan bisa menjawab sebuah teka-teki rumit.

"Apa?! Ngajak berantem?" ucap Neko ke Silvia yang menatapnya penuh kebingungan.

"Jawabannya benar sekali. Silakan kalian boleh masuk kedalam gua dibelakangku." kata naga mempersilahkan sebuah jalan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top