14 - Bola Angkasa

Mereka mendirikan kemah, meski malam yang dingin,tapi kali ini terlihat aman hingga fajar muncul. Mereka kembali bersiap melanjutkan perjalanan.

"Rabbit, dimana platipus teman kau?" tanya Camelia sesaat tidak melihat platipus yang membantunya.

Tidak berselang lama platipus itu datang menaiki seekor kura-kura, dia melompat dari atas cangkang dan mendarat di depan Camelia.

"Aku sudah bisa bahasa manusia, Yoh!" ucap platipus.

Camelia dan yang lain kaget, namun mereka juga sudah menduga jika hewan yang memiliki otak diatas rata-rata maka itu wajar.

"Kau masih ingat isi Poneglyph itu kan? Nah sekarang aku dan teman-temanku  mau mencari keberadaan Xerneas. Apa kau mau membantu?" tanya Camelia.

"Binatang dewa itu sebenarnya tidak jauh dari reruntuhan kuno ini, hanya saja kalian tahu Xerneas itu binatang apa dan seperti apa?" tanya platipus sambil memalingkan wajah.

Camelia dan yang lain menggelengkan kepala. Platipus itu juga tiba-tiba menggelengkan kepala namun dengan gerakan pelan.

"Baiklah, sambil berjalan aku akan jelaskan Xerneas itu binatang apa. Mari berjalan di belakangku." ucap platipus berlagak memimpin.

"Xerneas adalah binatang rusa suci yang hidup mencapai ribuan tahun, tanduk berwarna-warni dan mengkristal. Dia hidup bersama pohon yang berdaun hijau dan merah muda, batangnya bersinar seperti aurora. Didalam pohon tersebut terdapat bola yang seperti dikatakan Poneglyph." kata Platipus.

"Lalu makanan kesukaan dia apa?" tanya Silvia tiba-tiba.

"Cahaya aurora ungu." jawab platipus.

Tiba-tiba ditengah perjalanan, sebuah tanaman bunga terlihat banyak di tepian pohon-pohon besar. Silvia yang pertama kali lihat dia langsung berlari menghampiri bunga tersebut.

"Ini bunga yang bisa di buat tinta." kata Silvia.

Camelia dan yang lain mulai mendekat, tiba-tiba seekor kupu-kupu berwarna hitam dengan sayap warna galaksi datang membuat langkah Camelia terhenti.

"Wah, kau cantik sekali." ucap Camelia mencoba menyentuh kupu-kupu tersebut.

Namun tangan Camelia tiba-tiba dihentikan Neko. Dia menggelengkan kepala, tanda tidak ingin Camelia menyentuhnya. Akhirnya Camelia mengeluarkan buku gambarnya dan menjinakan kupu-kupu tersebut. Setelah kupu-kupu hitam galaksi tersebut jinak, seketika berbondong-bondong kupu-kupu datang memutari Camelia dan yang lain.

"Kalian keren, terbang sambil menjatuhkan serbuk warna warni." ucap Camelia.

"Aku sudah ambil beberapa bunga, ayo kita lanjutkan perjalanan." kata Silvia tiba-tiba.

Sekumpulan kupu-kupu tersebut terbang berhamburan pergi. Membuat suasana kembali seperti semula.

Kenapa itu anak tidak lihat situasi dan kondisi. batin Neko gemas.

Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan. Tidak begitu lama, sebuah pohon besar beranting dua terlihat dengan daun hijau bercampur merah muda. Seekor rusa sedang tertidur di antara ranting pohon tersebut.

"Kalian yakin akan membangunkan binatang dewa itu?" tanya platipus.

"Apapun caranya, kami hanya butuh petunjuk agar sampai ke Kapal Nuh dan melewati pulau naga ini." ucap Camelia.

"Kalian akan dicurigai akan mengambil bola angkasa oleh binatang itu. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kalian lakukan untuk menghadapinya, dan hanya sampai disini aku bisa mengantarkan kalian. Semoga beruntung." ucap platipus lalu pamit pergi kembali ke sarang persembunyiannya.

Camelia dan yang lain melangkah mendekati pohon tersebut, sesampai disana binatang Xerneas terbangun dan langsung meloncat turun menghadang Camelia dan yang lain untuk melangkah mendekati pohon lebih dekat.

"Kalian tahu resiko mendekati pohon ini?" ucap Xerneas tiba-tiba.

"Kami tidak bermaksud mendekati pohon tersebut, kami sengaja membangunkanmu karena kami punya keperluan denganmu." kata Camelia.

"Kita duduk saja, sambil makan cemilan." ucap Silvia yang tiba-tiba duduk dan mengeluarkan banyak buah dan salad dari dalam tas cangkang kura-kura.

Emang nih bocah, tidak ada takut-takutnya sumpah. batin Neko.

Tiba-tiba Xerneas terduduk, dan Silvia menggelindingkan buah apel kepadanya. Xerneas tiba-tiba memakannya. Camelia dan Neko bingung, akhirnya mereka pun ikut duduk bersama Silvia menghadap binatang Xerneas.

Kata si platipus makanannya cahaya Aurora, lah ini doyan apel. Tapi bagaimana pun seekor makhluk pasti suka buah, kecuali karnivora. batin Silvia penuh curiga.

"Wahai binatang mulia, bisakah berikan kami petunjuk untuk menemukan kapal Nuh?" tanya Neko tiba-tiba.

"Kapal itu sudah ada yang menggunakan, tidak ada kapal Nuh. Jika kalian butuh kapal, tinggal pergi ke negeri kurcaci. Disana tempat perajin handal." jelas Xerneas sambil memakan buah yang lain.

"Masalahnya kami tidak tahu letak negeri kurcaci." ucap Camelia.

"Kalian lihat bukit rumput hijau itu? Kalian tinggal melewati itu, dari bukit itu sekitar 20 kilo akan nampak." jelas lagi Xerneas.

Camelia mengeluarkan buku gambarnya, dia memanggil kupu-kupu pelangi yang baru saja dia temukan beberapa saat. Sekumpulan kupu-kupu pelangi berbondong-bondong terbang disekitar mereka.

Xerneas tampak terpesona dengan beragam warna kupu-kupu yang juga memiliki banyak warna seperti 7 warna di tanduknya.

"Baru kali ini ada petualang yang memperlakukanku dengan baik." ucap Xerneas sambil tersenyum, Camelia dan yang lain pun ikut tersenyum.

"Ada satu hal yang harus aku beritahu kepada kalian, di bukit itu terdapat seekor naga jahat, sesekali naga itu turun ke desa kurcaci dan memporak-porandakan rumah dengan kekuatan tornadonya." kata Xerneas.

Xerneas sepertinya nampak khawatir dengan tiga gadis kecil dihadapannya. Namun Camelia hanya tersenyum.

"Kita sudah melewati banyak hal yang lebih berat dari ini, dan kami yakin kami bisa melewati ini." ucap Camelia.

"Kami sudah bertarung dengan naga kabut, berteman dengan ratu naga kupu-kupu, dan berteman seekor binatang mulia Xerneas. Jadi kami tidak perlu takut dengan hal yang lebih berbahaya lagi, karena itu bagian dari petualangan." jelas Neko menambahkan.

"Aku punya sedikit hadiah untuk kalian bawa, meski ini bukan hal yang berharga." ucap Xerneas yang tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekati pohon.

"Itu bola angkasa?" tanya Silvia ketika melihat Xerneas membawa bola seukuran buah kelapa di ujung tanduknya.

Xerneas memberikan bola itu ke Silvia."Ini hanya duplikat, bisa dibilang bibit biji bola angkasa. Suatu saat ini akan menjadi bola angkasa yang sesungguhnya dan menghasilkan pohon seperti ini, kemungkinan juga melahirkan Xerneas generasi muda." jelas Xerneas.

"Beneran nih boleh kita bawa?" tanya Silvia memastikan.

Xerneas hanya menundukkan kepala ke bawah tanda meng'iya'kan dan juga terimakasih.

"Wah, wah sobat. Kau lebih baik dari yang orang lain pikirkan tentangmu. Lainkali kami pasti akan berkunjung kembali kesini setelah misi kita selesai." ucap Silvia sambil menepuk-nepuk bahu Xerneas.

"Aku lebih senang kalian berhati-hati dan jaga diri. Pulau naga ini, memang sedikit berbahaya meski ada hal yang menyenangkan juga." balas Xerneas.

Mereka akhirnya berpamitan, dan berjalan menuju bukit yang dikatakan Xerneas. Bola angkasa kecil itu disimpan di tas cangkang kura-kura di penyimpanan tersembunyi.

"Kali ini, kita akan menghadapi seekor naga jahat. Sebelum hal tak terduga terjadi lagi, mari kita persiapkan dari awal." kata Camelia.

"Sepertinya kau harus menjinakkan seekor naga sesekali, agar mempermudahkan perjalanan kita." saran Neko.

"Gambar seekor naga sangat sulit, sedikit kesalahan saja naga tak mungkin jinak dengan cepat." jelas Camelia.

"Kalian tak perlu merebutkan strategi, karena aku masih menyisakan bubuk Gastera pemakan bayang." ucap Silvia sambil memperlihatkan deretan gigi.

"Seperti biasa, percaya diri kau tinggi." ucap Neko.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top