10 - Arkeolog Rajawali
Rabbit dan Pither ternyata mengikuti rombongan arkeolog jahat tersebut sesaat mereka keluar dari Museum. Karena majikan dua hewan tersebut belum menyadari, mereka segera mencari tempat aman untuk berjaga dimalam hari.
"Kita tidak boleh masuk ke hutan naga Kupu-kupu." ucap Pither dalam bahasa hewan.
"Tapi rombongan itu masuk hutan." balas Rabbit dalam bahasa hewan juga.
Mereka terpaksa menunggu kedatangan majikan mereka. Sambil menunggu mereka mengecek hewan-hewan berbahaya disekitar.
Camelia dan yang lain kini hampir memasuki hutan Kupu-kupu, namun Pither tiba-tiba hinggap di pundak Neko. Dan memberi petunjuk bahwa para arkeolog itu sudah masuk ke dalam hutan dua jam yang lalu.
"Jika diteruskan ini mungkin akan berbahaya, pindah hutan dengan kadar tenaga kita yang hampir batas." saran Silvia.
Mereka akhirnya mendirikan tenda kemah di dekat perbatasan hutan. Camelia sebenarnya mengerti perbedaan antara hutan tanpa nama dengan hutan yang memiliki nama. Bahaya yang mengerikan lebih ke arah hutan dengan nama. Apalagi nama tersebut di beri tambahan 'Naga'.
Setelah mereka mendirikan tenda, Silvia tiba-tiba berdiri. "Jika salah satu dari kita melihat Lampurp untuk segera memasuki tenda dan tidak ada yang boleh keluar seujung jari pun." ucap Silvia dengan lantang.
"Lampurp itu hewan jenis apa?" tanya Neko sambil memutarkan tulang revolusioner.
"Sejenis kunang-kunang namun bercahaya ungu, mereka seperti terbang biasa. Namun dibalik itu kekuatan diluar sains tak bisa kita hindari. Jadi sebaiknya kita tetap di tenda dan tidak bersentuhan secara langsung." jelas Silvia.
Ketiga perempuan petualang itu pun akhirnya memutuskan untuk tetap di tenda hingga fajar tiba. Rabbit dan Pither memilih naik ke gerobak dan menutup diri dengan kain karung.
Disisi lain, para arkeolog jahat itu berhenti di tengah hutan naga kupu-kupu. Mereka terpaksa berhenti karena tujuan mereka tidak dapat terlihat ketika malam.
"Kita istirahat disini Roger." ucap ketua mereka ke salah satu bawahannya.
"Baik." jawabnya sambil menginstruksi ke lainnya untuk turun.
"Leon, Yugo, Fermel. Kalian berjaga. Aku dan Doggy yang mencari kayu bakar." ucap Roger memerintah, namun sebelum mereka bubar ingin mengerjakan tugas. Sang kapten menimpal.
"Kalian berhenti! Kalian tidak perlu repot-repot. Biar itu aku yang urus." ucap kapten.
"Tapi tuan muda-" kata Roger terpotong.
"Diam." tegas kapten.
Sang kapten mencari sesuatu di tas besarnya, dan memperlihatkan harta mulia berbentuk bola emas dan tombol berbentuk persegi lima. Bola tersebut mirip seperti bola pokemon di serial televisi dahulu. Kapten pun menekan tombol bola tersebut dan bola terbuka.
Sebuah cahaya merah membentuk burung, dan akhirnya seekor burung rajawali merah terbang di atas mereka berjumlah empat. Mereka segera hinggap di empat penjuru di dahan ranting yang tinggi untuk berjaga. Ternyata burung Griffin yang tadinya turun sudah menggigit ranting-ranting pohon dan kini mereka bisa membuat api.
"Kapten kita memang hebat." bisik salah satu kru.
Kembali ke tiga perempuan petualang.
Mereka mulai melihat tanda-tanda Lampurp. Untungnya serangga itu hanya menabrak tenda lalu pergi masuk ke hutan naga kupu-kupu.
"Bentar-bentar, kok kamu bisa tahu bakal ada serangga itu?" tanya Neko penasaran.
"Ini," Silvia menunjukkan buku jurnal arkeolog bulan biru milik Neko.
"Sejak kapan ada di kamu?" tanya Neko yang terheran-heran.
"Kau menjatuhkannya saat keluar dari Museum." jelasnya.
Camelia membuka buku gambar artefaknya. Tulisan yang dia salin di museum tersebut mulai dia untuk memahaminya.
"Mereka Kecil dan sangat lemah, namun apapun yang mereka buat sangat kuat, mereka baik tapi mereka curang, Jangan segan-segan tersenyum karena mereka benci wajah bagai penjahat."
Camelia bingung dan garuk-garuk kepala. Tulisan bermakna yang dia baca tidak terhubung dengan harta mulia dan tidak terhubung dengan hutan kupu-kupu.
"Lebih baik itu buat nanti. Kita fokus mencari kristal Mapping agar tidak disalahgunakan oleh arkeolog bodoh itu." ucap Neko yang masih saja kesal dengan arkeolog itu.
Arkeolog jahat tidak menyadari datangnya lampurp mereka sibuk ngobrol dengan masa lalu mereka yang terjadi di perjalanan hingga menamai kelompok mereka menjadi 'Arkeolog Rajawali' dan kini menempati peringkat keTiga dari arkeolog legendaris lainnya.
"Boss! Ini serangga bercahaya, dan warnanya pun keren. Kalo dijual bisa untung banyak." ucap Leon dan seketika jarinya menyentuh serangga tersebut.
"BODOH!" teriak kapten.
Leon pun langsung ambruk dan menempel dengan bayangannya sendiri dengan erat. Tubuhnya tak bisa digerakkan kemanapun. Mereka semua panik. Rajawali merah hanya terdiam membeku dan tak ingin ambil resiko. Semua orang panik. Sang kapten mencoba menggambar di buku gambar untuk menjinakkan Lampurp tersebut.
"Sebenarnya itu serangga apa?" tanya Roger yang terus menembaki serangga yang mendekat.
"Lampyridae Purple sejenis kunang-kunang yang memiliki daya pikat terhadap bayang-bayang hidup, bayangan dari makhluk bernyawa. Mereka buta, tapi mereka merasakan keberadaan." jelas kapten.
"Sepertinya percuma untuk dijinakkan kapten, jumlah mereka kini bertambah banyak." kata Doggy.
Leon, Yugo, Fermel kini sudah mendekap tanah. Mereka tak berkutik hingga pingsan. Kapten dan dua lainnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Mereka segera mengarahkan Griffin mereka terbang. Suara raungan Griffin membuat Rabbit terbangun.
Rabbit keluar dari gerobak melihat tiga ekor Griffin sedang terbang tinggi dan dibawahnya terdapat Lampurp yang mengejar namun tak sampai.
Tidak lama dari itu, Rabbit segera berlari masuk hutan sendirian. Dia berbekal tali dan pedangnya. Rabbit mengetahui jika mereka meninggalkan rekannya yang lain dibawah, jumlah awal enam orang dan yang Rabbit lihat saat terbang hanya tiga.
Ketemu, batin Rabbit.
Rabbit segera mengikat ketiga orang yang sedang pingsan dipohon besar. Kemudian kembali ke rombongan.
Fajar pagi mulai menyapa mereka, dan waktunya mereka bangun. Mereka segera menata perlengkapan dan mulai berjalan masuk ke hutan kupu-kupu.
"Apakah kita akan bertemu naga yang besar lagi?" tanya Silvia.
"Aku lebih suka kalo bisa menjinakkan mereka." ucap Camelia sambil tersenyum dan mengkhayal.
"Mungkin kau juga bisa ternak naga dimasa depan." kata Silvia.
Neko tertawa terbahak, setelah selesai tertawa Neko teringat harta mulia yang menurutnya mengerikan. Dia menghembuskan nafas kasar.
"Apa kalian tahu bola emas penjinak?" tanya Neko.
"Tidak." jawab serentak Camelia dan Silvia.
"Harta mulia yang mengerikan, bola itu bisa menyimpan apa saja. Termasuk pulau ini. Bola yang seperti didalamnya ada black Hole yang menyedot dan membuang apa saja dari dalam." jelas Neko.
"Kantong Doraemon?" ucap Silvia.
Seketika Camelia menjitak Silvia. Dia hanya tersenyum sambil menahan sakit.
"Jika arkeolog itu gagal menjinakkan naga kupu-kupu, kemungkinan dia akan menculiknya." ucap Neko.
"Lalu kristal mapping bagaimana? Bukan kah yang terpenting kristal itu." tanya Camelia.
Ratu naga kupu-kupu sangat misterius dan tiada siapa pun yang bisa menemukannya. Jumlah naga kupu-kupu di dalam hutan ini sangat banyak dan berbagai ukuran, sekalipun itu yang terbesar. Tetap saja sulit mengartikan jika dia ratunya.
"Apapun yang terjadi, sebisa kita hanya menyelamatkan hutan naga kupu-kupu. Kristal mapping sangat berbahaya jika ditangan musuh." kata Neko.
Mereka akhirnya sampai di padang bunga yang sangat indah nan mempesona, ditambah kupu-kupu berbentuk naga berterbangan. Dari ukuran kecil hingga raksasa. Mereka menyerap nektar kesana kemari.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top