4 - Kamus Kimia

".... Kuantum : jumlah minimum dari setiap entitas fisika (sifat fisika) yang terlibat dalam suatu interaksi."

".... Fluorine : Unsur kimia dengan lambang F dan nomor atom 9,halogen paling ringan, gas diatomik kuning pucat yang sangat beracun."

".... Neon : Gas monoatomik lengai yang nirwana dan nirbau pada kondisi standar (gas mulia)."

"Ternyata pengetahuan diluar pulau naga sangat mengagumkan, tapi sepertinya diluar agak sedikit ribut." pikir Hestia.

Hestia pun kembali menyalin isi kamus kimia.

"..... Amonium Sulfida tidak terbentuk secara alami di alam sebagai senyawa bebas. Sebaliknya harus disiapkan dan cara pembuatan senyawa ini adalah sebagai berikut:
Untuk menyiapkan Amonium Sulfida, kita perlu mendapatkan reaksi amonia dan hidrogen sulfida.

HS + kecuali NH 3  → (NH 4 ) 2 S."

"Akhirnya sudah setengah buku, keluar bentar deh cari makan." ucap Hestia yang mulai merapikan buku.

Namun kejadian tak terduga tiba-tiba datang, seekor naga raksasa menabrak dinding atap perpustakaan, ditambah ada seseorang yang terpental ke bawah seperti didorong oleh naga. Seekor bocah setengah rubah berlari berkelok-kelok dikejar dua ekor naga, kebetulan dia mengarah ke Hestia yang sedang melihat kejadian tersebut.

"Aku masih punya ramuan tidur panjang, sepertinya akan habis disini."  pikir Hestia sambil mempersiapkan dua botol ramuan.

Saat bocah setengah rubah melewati meja Hestia, dua naga melompat akan menggigit apa yang ada dihadapan mereka. Sayangnya Hestia justru menjadi peluang melemparkan ramuan masuk ke mulut dua naga tersebut dengan mudah. Setelah lempar, Hestia menghindar.

"Sepertinya diluar lebih kacau, lebih baik aku segera melanjutkan perjalanan." ucap Hestia meninggalkan perpustakaan.

Sebelum keluar perpustakaan Hestia sempat melihat bocah yang menginap di tempat Pak kebun sebelumnya. "Dia alkimia yang aku lihat sebelumnya, dia bisa membuat ramuan Beanstalk berarti dia alkimia yang cukup terampil." sesaat setelah itu Hestia keluar.

Kini Hestia berjalan menuju serikat, meski kota sedang kacau Hestia mencoba menghindari. Hingga akhirnya Hestia sampai masuk ke serikat dan melihat begitu kacau dan sepi didalamnya, sedangkan diatas atap serikat sedang ada pertempuran dengan naga yang sedang mengamuk.

"Aku tidak bisa lama-lama disini," Hestia segera mengambil koin yang ada di atas meja resepsionis dan menukarnya dengan buku kamus kimia yang dia pegang.

Meski tidak ada petugas resepsionis, Hestia bertindak jujur sesuai peraturan petualangan. Setelah keluar dari serikat—Hestia mencari tumpangan untuk keluar dari kota Nirmala, kini Hestia berencana menuju kota budak/kota kriminal. Lama mencari akhirnya Hestia menemukan pedati yang sedang jalan kearah keluar kota, Hestia segera berlari hingga menjajarkan dirinya dengan kusir.

"Pak! Numpang ikut ke kota seberang!" teriak Hestia karena dia sambil berlari.

"Bayar! Lima koin perak, masuk saja!" balas kusir tersebut ketika melihat Hestia merogoh kantongnya yang penuh koin.

Hestia mengambil lima koin perak dan berikan ke kusir, dia pun segera melompat naik pedati tersebut. "Wah.. Lumayan rame ternyata," ucap Hestia terkejut karena ada para pedagang didalamnya dan juga para petualang juga.

Hestia pun duduk, kebetulan Hestia duduk di samping seorang petualang yang sedang membaca buku. Dia melirik ke Hestia melihat perlengkapan yang dibawa Hestia.

"Apa Adek seorang Alkimia?" tanya laki-laki paruh baya tiba-tiba dengan nada yang begitu penasaran.

"Iya?" jawab Hestia dengan datar karena terkejut.

Kemudian orang tersebut lanjut bertanya "Apa hanya itu ramuan yang Adek bawa?"

"Tidak ada bahan yang bisa saya buat, dan lihatlah Pak, saya hanya petualang pemula." kata Hestia yang berpikiran orang tersebut ingin merebut sesuatu yang berharga pada Hestia.

"Namaku Alan Luiz, saya juga seorang alkimia. Lihatlah ini!" kata orang tersebut sambil memperlihatkan tas selempang yang ternyata berisi banyak ramuan bermacam-macam.

Hestia terkejut karena pria paruh baya tersebut ternyata alkimia yang profesional dan seperti banyak pengalaman. Kemudian Alan memperkenalkan anggota petualang yang lain, mereka berjumlah lima orang dan Alan salah satunya.

"Namaku Hestia, petualang pemula dan anggota hanya saya seorang." kini giliran Hestia memperkenalkan diri.

Lama kelamaan mereka pun ngobrol tentang petualang mereka. Namun karena perjalanan cukup jauh, akhirnya mereka memutuskan untuk tidur sejenak. Alan membuka kembali bukunya dan seperti mencari halaman khusus, ternyata buku yang Alan pegang adalah resep Alkimia milik kelompoknya.

"Hestia, aku berikan sedikit hadiah untukmu. Lihatlah," ucap Alan sambil mendekatkan buku tersebut ke Hestia kecil.

Mereka nampak seperti bapak dan anak jika diperhatikan bedanya rupa wajah mereka jauh sekali berbeda. Akhirnya Hestia memperhatikan halaman yang di tunjukkan Alan.

"Regenerasi? Bukankah ini bahan langka? Tiga bahan ini sangat sulit didapat Pak, lagian kenapa menunjukkan ke saya?" Hestia sedikit merasa aneh.

Alan menunjukkan ke luar jendela dari pedati, ternyata mereka sampai di ladang buah berry yang amat luas.

"Diantara berry yang mereka tanam, ada beberapa blackberry didalamnya. Mungkin sulit bila dicari satu persatu, tapi aku yakin kau bisa, Dek." kata Alan.

Hestia memperhatikan buah berry yang sangat kecil dari pandangannya lewat jendela pedati. Dia hanya melihat tiga warna berry yaitu Merah, biru dan hijau. Merah sudah matang, biru matang dengan rasa manis madu dan hijau masih mentah.

"Lalu batu Amethyst? Aku tak tahu harus ke mana?" tanya Hestia.

"Masuk hutan, cari tambang batu. Yah.. Aku juga belum pernah mendapatkannya tapi takdir mana ada yang tahu, alkimia hebat pun tidak langsung ketemu begitu saja. Setidaknya coba!" jelas Alan.

"Black Zent? Kau yakin daun Zent ada yang berwarna hitam bergaris biru? Bukannya itu hanya mitologi orang tua dulu?" kata Hestia yang masih tak percaya dengan bahan langka yang ditulis dibuku milik Alan.

"Jika kau tidak yakin, yasudah. Aku hanya melihat sedikit dari matamu kalau kamu bisa buat ramuan langka dan hanya digunakan sekali dan sekaligus ini ramuan permanen didalam organ manusia." jelas Alan.

Setelah penjelasan panjang Alan pun ikut tertidur bersama kawannya. Hestia hanya melamun melihat ladang buah berry yang luas.

"Tidak ada salahnya aku mencoba bahan langka, sekaligus mencari perlengkapan lainnya." pikir Hestia.

Tiba-tiba pedati berhenti di perempatan jalan. Para pedagang dan petualang pun turun dan masing-masing berjalan ke tujuan mereka. Pedati itu akan melewati jalur kanan dimana disitu desa yang memproduksi buah berry terbesar.

"Pak saya ikut!" kata Hestia di dari dalam.

"Oh hanya kau seorang yang masih didalam, baiklah." kata kusir kemudian kembali berjalan hingga memasuki sebuah pintu masuk sebuah desa yang masih banyak menggunakan kayu daripada batu bata atau semen.

Hestia pun turun, dia segera mencari ladang berry yang paling dekat dengan dia turun. Sejenak ketika melihat luas ladang, membuat Hestia merasa putus asa karena mencari blackberry sangatlah tidak mungkin. Bahkan jika dijual sangatlah mahal.

Karena Hestia tidak mau membuang banyak koin hanya untuk menginap, dia memilih masuk hutan terdekat untuk mencari tempat istirahat yang aman dan nyaman.

"Hari akan gelap, mungkin aku harus sesegera mencari tempat istirahat." Hestia segera berjalan masuk hutan yang tidak begitu rimbun, namun tetap banyak binatang buas dan serangga berbahaya.

Hestia berencana mencari blackberry di malam hari. Namun dia juga harus membuat sebuah ramuan yang khusus dipakai dimalam hari. Bahan yang sudah tersedia di perkebunan dan tempat Hestia tempati juga ada daun Zent yang melimpah.

"Malam hari.. Mungkin berbahaya tapi ini demi mendapatkan bahan langka!" ucap Hestia sebelum terlelap dan menunggu tengah malam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top