3 - Nirmala
"Sudah ketebak, sumur ini tanpa ujung." batin Hestia yang masih merasakan jatuh dengan kecepatan tinggi.
Namun Hestia terkejut melihat dibawahnya ada cahaya, Hestia memegang botol ramuan penyembuh yang siap dia buka saat terjatuh nanti untuk mengurangi cidera parah.
Wuuusshh! Hestia terkejut karena saat memasuki cahaya ternyata Hestia sedang terlampar ke langit dari dalam sumur yang berbeda.
"Loh?! Ko aku terbang?"
Hestia seketika kaget karena dia segera terjatuh lagi, untunglah Hestia jatuh tepat di pohon rindang hingga terkena dedaunan dan ranting kering.
Brakk! Sial sakit banget.
Hestia bangun dari jatuhnya dan melihat ke sekelilingnya. Tekanan udara berbeda dan beberapa tanaman yang belum Hestia lihat pun membuat Hestia sedikit bingung. Ada gerobak yang ditarik kuda tiba-tiba lewat di jalan yang dekat dengan Hestia jatuh. Hestia mengikuti jalan yang dilewati gerobak tersebut.
"Sepertinya disana ada kota besar." ucap Hestia ingin memastikan.
Seketika dari kejauhan terlihat sebuah kota megah dan dekat kota tersebut juga ada pelabuhan kapal-kapal berbentuk aneh. Hestia segera berlari menuju kota tersebut, sesampai di gerbang Hestia membaca tulisan 'Selamat datang di kota Nirmala'.
"Oh nama kota ini Nirmala." pikir Hestia kemudian masuk kota.
Pertama, Hestia harus mencari serikat. Namun saat berjalan-jalan dia sama sekali hanya melihat rumah-rumah dan para pedagang yang menjual berbagai dagangan.
"Mungkin aku harus mencari tempat penjual tanaman herbal dulu." pikir Hestia sesaat.
Hestia masuk beberapa toko untuk menanyakan letak toko herbal terkenal di kota Nirmala. Tanpa Hestia sadari yang dia masuki adalah gedung serikat kota Nirmala.
"Kok toko ini nampak tak asing seperti di kota Hybrid." batin Hestia.
Hestia menghampiri seorang yang berdiri seperti petugas atau pelayan toko tersebut. Mencoba menanyakan letak toko herbal yang ada di kota Nirmala.
"Permisi, pedagang herbal yang jualan bahan-bahan ramuan di kota ini dimana ya?"
"Oh toko herbal. Letaknya tidak jauh dengan gedung ini. Nona tinggal berjalan sedikit ke utara, disana terdapat rumah yang berdiri sendiri dengan kebun rumah kaca dibelakang rumah tersebut." jelas seseorang yang berdiri dibalik meja jualan.
Hestia hanya mengangguk mengerti dan berterimakasih karena menunjukkan arah.
"Sepertinya ini gedung serikat, hem.. Entahlah, lebih baik nanti aku kesini lagi mastikan setelah beli beberapa bahan atau sekalian aku cari misi untuk mendapatkan uang." pikir Hestia.
Hestia akhirnya keluar dari gedung tersebut. Dia berjalan sesuai arahan, dan tidak lama akhirnya menemukan toko herbal yang Hestia cari.
Kebunku surga tamu Nirmala? Nama yang aneh, tapi sepertinya ini toko yang dimaksud. Batin Hestia.
Hestia pun masuk ke toko tersebut, namun toko tersebut nampak biasa saja dan sepi. Karena penjualnya belum terlihat, Hestia duduk sebentar di kursi yang disediakan khusus tamu pembeli. Tidak lama kemudian seorang pria kekar muncul dengan pakaian ala petani.
"Wah, maaf membuat menunggu. Ada perlu apa? Beli tanaman atau resep kimia?" tawar Pria tersebut sambil membersihkan keringat-keringat di dahinya.
"Mau pesan—" belum selesai Hestia bicara pria tersebut tiba-tiba kembali ke pintu yang baru saja dia muncul.
"Ah, bentar. Masakan baru saja matang, maaf! Tunggu sebentar." pria itu bergegas masuk pintu.
Seorang gadis keluar dari pintu tersebut berombongan. Salah satunya ada yang melirik Hestia penuh tanya, sepertinya Hestia juga merasakan orang tersebut Sama-sama memiliki kemampuan Alkimia. Tidak lama gerombolan itu keluar, Pria penjual bahan herbal muncul dari balik pintu dan menanyakan ulang seperti sebelumnya.
Hestia hanya pesan daun Zent 200gram. Pria itu segera menyiapkannya, namun pria tersebut justru penasaran atas kedatangan Hestia yang seorang diri.
"Adiknya seorang petualang? Mana anggota yang lain?" tanya pria tersebut sambil membungkus daun Zent yang sudah dihaluskan.
"Petualang tingkat SS, nama saya Hestia dari kota Hybrid. Anggota saya cuma saya seorang dan nama kelompok saya arkeolog Tarantula." jawab Hestia apa adanya dengan polos.
"Hahahaha, adiknya suka bercanda. Mana mungkin kamu kesini seorang diri, sedangkan tingkat SS itu tidak ada yang ngungkapin identitas seperti adik tadi." jawab pria tersebut sambil tertawa terbahak-bahak.
Hestia pun menunjukkan kartu tanda petualang dan seketika pria tersebut berhenti tertawa.
"Perkenalkan saya Dwargo, mantan petualang. Tadi kamu menyebutkan kelompokmu bernama arkeolog Tarantula?" Pak Dwargo kini bertambah penasaran.
"Yah, aku namakan itu." kata Hestia.
Pak Dwargo tiba-tiba mengeluarkan sebuah jurnal arkeolog. Jurnal tersebut bertuliskan arkeolog Tarantula.
"Ini adalah jurnal masa saya sedang mengembara menjadi petualang bersama teman-teman saya. Arkeolog Tarantula sejak dulu sudah ada, namun anggota mereka sama sekali tidak diketahui kemana dan siapa saja. Aku serahkan jurnal ini kepadamu, didalamnya sudah banyak resep ramuan. Oh ya, aku sarankan kamu untuk mencari anggota. Jika sulit mencari kamu pergi saja ke kota Budak." jelas Pak Dwargo.
"Tapi aku tidak memiliki banyak uang sekarang, dan saya sekarang baru saja mau mencari gedung serikat kemudian melakukan misi." kata Hestia.
"Berpetualang sendiri itu hampa, paling tidak untuk teman ngobrol perjalanan. Itu baru petualang, kapan-kapan datang lagi!" ucap Pak Dwargo.
Hestia pun melambaikan tangan perpisahan. Kini dia harus pergi ke gedung serikat mencari misi dan mendapat uang kembali untuk membeli anggota atau orang yang ada di kota budak. Hestia kembali ke gedung sebelumnya untuk menanyakan letak gedung serikat.
"Loh?!" Hestia terkejut karena dia baru sadar yang dia masuki itu gedung serikat, dia melihat tulisan serikat di papan misi.
"Kalo begini, mending langsung cari misi saja." ucap Hestia sambil berjalan ke papan misi.
"Misinya kok sulit-sulit sekali." pikir Hestia melihat gambar mahkluk berbahaya dan gambar tanaman yang sangat langka di kertas misi di papan.
Tidak lama akhirnya Hestia menemukan misi, yaitu Menyalin buku kamus rumus kimia di perpustakaan Nirmala.
"Misi apaan ini, sepertinya serikat asal-asalan membuat misi. Tapi lumayan juga tak ada bahaya dan aku bisa mempelajarinya juga." Hestia tersenyum dan mengambil kertas misi kemudian menuju resepsionis untuk menerima stempel.
Sekarang Hestia tinggal mencari perpustakaan umum kota Nirmala. Seperti yang diharapkan Hestia, gedung perpustakaan yang Hestia cari mudah ditemukan. Kemudian Hestia cukup menunjukkan kartu Identitas dari serikat dengan begitu Hestia sudah diijinkan masuk perpustakaan.
"Ternyata ada tiga lantai," gumam Hestia sangat takjub melihat saking banyaknya buku di lemari dan tembok gedung.
"Bagaimana aku mencari kamus kimia, apa aku tanya petugas perpustakaan saja biar dicarikan?" gumam Hestia yang bingung harus mulai dari mana.
Akhirnya Hestia berjalan ke petugas perpustakaan, mencoba tanya tentang kamus kimia.
"..., boleh bertanya?" tanya Hestia ke seseorang perempuan berkacamata yang mungkin berusia 27 tahun.
"Oh, boleh. Nama saya Sherrin, mau tanya apa?" jawab perempuan berkacamata tersebut.
"Kak Sherrin, letak kamus kimia ada dimana ya?" tanya lagi Hestia.
Sherrin melihat tampilan Hestia, dan tersenyum karena melihat barang dan tampang Hestia seperti sudah cocok menjadi Alkimia.
"Ikuti saya," kata Sherrin yang berjalan ke tangga menuju lantai dua.
"Apa kamus yang adik cari itu misi dari serikat?" tanya Sherrin tiba-tiba.
"I-iya," jawab Hestia ragu karena kemungkinan Sherrin bisa berubah pikiran dan menunjukkan kamus kimia yang berbeda.
"Tenang saja, kamus kimia adalah buku umum. Semua orang boleh baca dan mempelajari, tapi jarang orang yang mau belajar kamus itu. Kemungkinan buku itu berdebu karena lama sekali tidak disentuh apalagi dibuka." jelas Sherrin.
Mereka akhirnya sampai di rak-rak buku yang khusus mempelajari Alkimia.
"Ini lorong buku tentang Ensiklopedia ramuan serta binatang yang bisa dijadikan ramuan. Selamat membaca," kata Sherrin kemudian dia meninggalkan Hestia dilorong khusus buku Alkimia.
"Aku harus mencari buku itu sendiri ternyata," gumam Hestia.
Dia pun mencari satu persatu buku hingga berhenti dititik buku yang tertutup debu tebal.
"Wah debunya tebal sekali," gumam Hestia sambil membersihkan debu dan kemudian membuka buku itu.
"Kamus kimia Nirmala.. Ini buku yang aku cari," batin Hestia diiringi senyum dibibir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top