1 - Alkimia

Di suatu pulau naga yang bernama negeri Hybrid, yaitu ras manusia naga tinggal terdapat anak perempuan yang baru saja beranjak dewasa dan keinginannya menjadi seorang Alkimia yang ingin menjelajahi isi pulau naga serta kedalam lantai bumi yang jadi misteri banyak penjelajah atau disebut 'Arkeologist'. Dia dirawat dengan baik oleh Professor di negeri hybrid dari usia tiga tahun.

Semenjak hari itu anak itu diajarkan beberapa ramuan obat yang dibuat di kuali ajaib milih Professor. Meski sebenarnya anak itu belum bisa paham sepenuhnya yang semua diajarkan Professor. Anak itu kerap dipanggil 'Hestia', gadis yang ceria dan memiliki penasaran yang luar biasa. Suatu hari Hestia sudah mulai memahami tentang pekerjaan Professor, kini dia diuji untuk mencari bahan ramuan penyembuh sekaligus mempraktikkannya sendiri.

"Ini resepnya, coba kamu cari dan buat. Aku beri waktu sehari ini." kata Professor.

"Baiklah Professor, saya berangkat mencari bahannya." ucap Hestia yang kemudian berlari menuju hutan terdekat di negeri hybrid.

Sesampainya di hutan Hestia melihat lembaran resep yang diberikan Professor, dia tahu letak tumbuhan yang ada di resep tersebut.

"Daun Zent + Bunga ketenangan + Buah Bonka, ini mah gampang.. Saat kecil aku biasa melihat tanaman-tanaman ini." ucap Hestia dengan remeh, dan kini dia berjalan santai ke tempat bahan-bahan yang menurut Hestia berada di satu lokasi sekaligus yang dulunya tempat mainnya saat kecil.

Sesampai di lokasi Hestia terheran karena hanya tersisa pohon Bonka yang berdiri, sedangkan daun Zent sudah tidak ada beserta bunga ketenangan. Hestia melihat sekelilingnya barangkali ada sisa dua bahan yang tiba-tiba sudah habis tersebut.

"Sepertinya hanya buah Bonka saja yang kutemukan dengan cepat." ucap Hestia yang kemudian memanjat pohon.

Buah Bonka yang mirip dengan buah apel namun perbedaannya ada di bentuknya yang sedikit lonjong. Hestia memetik beberapa buah, dia juga sempat memakannya sambil duduk di ranting pohon Bonka. Kemudian Hestia turun dan berjalan ke arah lokasi yang lain. Kini Hestia melihat sekumpulan bunga-bunga bermacam-macam, dia menghampirinya berharap ada bunga ketenangan.

"Ini dia bunganya," ucap Hestia yang menemukan bunganya.

Kembali berjalan menelusuri hutan, kini tinggal mencari daun Zent. Daun itu mirip dengan daun Mint rasanya juga hampir sama namun daun Zent jika terkena sinar cahaya seperti ada pelangi dipermukaan daunnya.

"Kira-kira dimana yah cari daun Zent?" pikir Hestia yang bingung.

Hestia melihat ada pelang tanda pembatas atau garis yang tidak boleh dilewati orang. Hestia awalnya melihat ke sekitar barangkali ada yang melihatnya melewati garis pembatas, kini Hestia masuk dan hutan didalamnya lebih gelap dan hembusan angin terasa berat.

"Itu sumur?" Hestia melihat sumur ditengah hutan.

Saat Hestia mengecek, ternyata kosong. Hanya ada hitam gelap dan tidak tahu sedalam apa sumur itu. Mencoba mengambil batu dan menjatuhkannya ke sumur, seketika tidak terdengar dasar sumur tersebut. Membuat bulu kuduk Hestia merinding.

"Loh, loh, loh ini kan daun Zent yang aku cari." ucap Hestia melihat sebuah daun Zent yang berkumpul banyak dibawah pohon besar.

Hestia sedang sibuk mengumpulkan daunnya, seketika Hestia merasakan ada yang mengawasinya. Ditambah seperti bunyi kaki yang berdecak dengan daun kering.

"Sepertinya ini sudah cukup, dan hutan ini ada penunggunya." batin Hestia yang berhenti memetik daun Zent dan mengakhirinya.

Hestia berjalan lagi keluar dari garis pembatas dan masuk lagi hutan biasa. Semua bahan membuat ramuan sudah lengkap kini tinggal pembuatannya di kuali ajaib milik Profesor. Tidak lama dari perjalanan pulang, akhirnya Hestia sampai di kediamannya.

"Professor, aku sudah menemukan semua bahannya." kata Hestia menghampiri Professor.

"Kau sudah mempelajari semua kan Hestia?" tanya Professor.

"Sudah! Tingkat kemujuran ramuan memiliki 4 tingkat, yang pertama Slow (lemah) kedua netral ketiga High(sempurna) keempat Rare(langka). Bahan yang ku bawa ini tipe High Professor." jelas Hestia.

Professor tiba-tiba mengambil air di kuali ajaib terus menuangkan ke wajan besi alumunium. Wajan tersebut langsung diserahkan ke Hestia untuk mempraktikkan pembuatan ramuan penyembuh. Hestia mengira cairan di kuali ajaib tidak bisa diambil karena selalu bercahaya biru, kini dia terus memperhatikan cairan tersebut di wajan besinya.

"Jika hanya dilihatin begitu tidak akan jadi ramuan itu." ucap Professor yang memperhatikan Hestia.

Akhirnya Hestia menceburkan bahan-bahan yang telah dicarinya ke dalam wajan besi, kemudian cairan di wajan besi berputar dan ada cairan hijau di tengah putaran cairan biru di wajan. Hestia segera mengambil botol kaca untuk mengambilnya, satu botol penuh kini berisi ramuan penyembuh telah berhasil Hestia buat.

"Professor! Aku berhasil," ucap Hestia kegirangan.

"Belum bisa dikatakan berhasil kalau belum dicoba disiramkan ke luka." ucap Professor.

Akhirnya Hestia berjalan pelan dan keluar melihat-lihat sesuatu yang bisa dipraktikkan untuk menggunakan ramuan penyembuhnya.

Seketika ada seorang manusia hybrid sedang terluka, dari nampaknya dia adalah seorang petualang. Hestia pun segera menghampiri manusia hybrid tersebut.

"Apa yang terjadi?" tanya Hestia ke rekan yang sedang membawa manusia hybrid yang terluka.

"Dia baru saja diserang naga api di kawasan gunung," jawab rekannya.

Manusia hybrid yang terluka memperlihatkan luka gosongnya dipunggung, Hestia segera membuka tutup botol ramuan penyembuhnya.

"Sini mendekatlah," kata Hestia.

Hestia pun menyiramkan ramuan itu di luka tersebut, secara berangsur-angsur akhirnya luka gosong menghilang dan sembuh seketika meski rasa panasnya belum hilang sepenuhnya.

"Wah.. Lukanya hilang," ucap manusia hybrid yang terluka.

"Bagaimana kita membayar obat tersebut?" tanya rekannya.

"Tak perlu, tak perlu bayar kok, hehehehe." ucap Hestia.

Padahal dijadikan kelinci percobaan ramuanku, malah mau dibayar. Semoga mereka tidak tahu niat sebenarnya. batin Hestia.

"Terimakasih Nona, kami mau ke serikat petualang dulu. Ingin menjual barang buruan kita." ucap manusia hybrid yang sudah diobati.

"Kalo ada apa-apa tinggal beritahu, jika kami bisa bantu semaksimal mungkin kami bantu." ucap rekannya.

Akhirnya Hestia hanya mengangguk dan kembali ke markas Professor. Dengan riang Hestia menuju meja belajarnya dan membuka buku resep kecil yang di beri Professor. Namun Professor tiba-tiba mendekati Hestia.

"Silahkan lanjutkan kegiatan membuat ramuan, kini engkau sudah resmi menjadi Alkimia. Jangan pergunakan ilmu itu ke jalan yang salah, Nak." kata Professor.

"Sepertinya aku harus menjelajahi pulau, dan aku penasaran dengan sumur di tengah hutan itu." ucap Hestia yang mengobrol dengan dirinya sendiri.

Professor kembali melakukan penelitiannya sendiri, sedangkan Hestia menyiapkan barang-barang yang penting untuk dibawanya.

"Kau berniat mau kemana?" tanya Professor.

"Aku hanya ingin sedikit menjelajahi kawasan pulau naga, dan kedalaman pulau naga yang para pertualang sering bilang level bawah tanah di pulau naga memiliki kehidupan." jelas Hestia.

"Diluar sangat berbahaya, lebih baik berlatih lah bela diri sehari lagi sebelum kamu benar-benar mantap ingin berpetualang solo." saran Professor.

"Tidak tergesa-gesa kok Professor, aku juga mau sekalian daftar ke serikat sebagai arkeolog dan memulai petualang solo ku dengan nama party yang hanya beranggotakan aku seorang." ucap Hestia penuh keyakinan.

Professor tiba-tiba berjalan ke gudang dan mengambil buku kusam, buku itu dilempar ke Hestia. Setelah Hestia lihat ternyata buku kosong.

"Untuk apa buku kosong ini?" tanya Hestia.

"Berpetualang lah dan pulang bawa seluruh ramuan baru yang kau ciptakan sendiri, jangan lupa selalu uji kan ramuan yang selesai kamu buat." kata Professor.

"Baiklah, aku pasti bisa menciptakan buku arkeolog ku sendiri." ucap Hestia dengan semangat.

Setelah menjelang senja Hestia mulai mempersiapkan diri untuk latihan fisiknya. Dia juga akan mendaftar sebagai petualang yang akan menaklukkan level terdalam pulau naga yang sangat terkenal misteriusnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top