The Lost Part

Napasnya tersenggal-senggal, segala hal yang ada di depannya seolah mulai hilang seiring berjalannya waktu. Kini dengan kondisi luka di kaki serta tangannya, gadis yang tengah terperosok di dalam jurang itu tampak berusaha meraih mencari jalan keluar agar bisa dengan segera mencapai bagian atas.

Dirinya memang masih mengantung di sebuah akar pohon, kaki itu berusaha menggapai pijakan agar tidak tidak terlalu berat. Manik biru milik Lada menatap ke bawah. Derasnya aliran air menjadi hal yang paling ia takutkan.

Lada melihat ke arah kirinya, sesosok laba-laba raksasa terbawa arus sungai yang sangat kencang. Ia bisa bergidik ngeri membayangkan hewan itu bisa melihat dan meraihnya. "Astaga."

Dengan sedikit usaha dan dorongan, Lada mulai merambat ke atas sana, mencapai beberapa rumput panjang nan lebat yang ia gunakan untuk naik, kakinya pun terus ia gunakan untuk menanjak. "Ayolah."

Cukup sulit usaha itu, tapi semua terbayarkan ketika dirinya mampu mencapai tepian dari jurang yang terasa cukup mengetarkan hati. Lada mengambil tombaknya yang berada di sana, kemudian menatap ke perairan sungai yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan bagaimana nasibnya jika dirinya terjatuh.

"Untung saja," gumamnya. Ia membersihkan noda-noda di baju dan memandang sekitar yang terasa sunyi dari biasanya, tiba-tiba dari jauh sana seekor anjing berlari ke arahnya. "Astaga, Totoro."

Lada membuka kedua tangannya, menyambut si anjing kecil yang memang ia cari. "Kau tidak apa? Aku pikir kau akan bersama Kev," ucap Lada sembari membelai lembut anjing berwarna cokelat itu.

"Oke, ayo kita mulai perjalanan lagi." Lada kembali bangkit, menghela napas panjang untuk hal yang cukup berat ia lalui. "Aku tahu ini sulit, kita harus membelah hutan ini berdua. Lelaki itu pergi, aku tahu itu demi keselamatannya dan aku juga yang meminta."

"Tapi ... kita akan bertemu dengan Kev di sana, aku sangat yakin itu," lanjutnya yang terus mengajak berbicara si hewan berbulu cokelat.

Tanpa pikir panjang, akhirnya ia mulai melangkah, membulatkan tekadnya untuk menyusul Kev di seberang sungai panjang ini, dengan terus menyusuri tepian sungai. Si gadis juga tampak bosan dengan hal itu, sebab sedari tadi ia tidak menemukan jembatan satu pun.

"Bagaimana jika tidak ada satu pun jembatan?" Lada pun mengamati kembali sekitar yang sekiranya bisa dimanfaatkan. "Mungkin satu-satunya penghubung hanya jembatan yang diputus oleh Kev."

Karena usahanya yang terus gagal dan mulai lelah pula, si gadis memilih istirahat sebentar di bawah sebuah pohon sembari memakan buah-buahan yang ia bawa. Air dalam botol ia teguk, melegakan tenggorokan yang terus-terusan terasa kering.

"Aku harap kau masih menungguku di seberang sana, Kev."

Bersamaan dengan ucapannya itu, sebuah anak panah tiba-tiba saja melesat, menancap tepat di depannya. "Apa-apaan?!" Si gadis menoleh, mengedarkan pandangannya, hingga ... ketemu! Pria itu pelakunya.

Lada bangkit dari duduknya, menatap dengan tajam orang dengan senjata crossbow nya. "Maaf, Pak. Kau hampir membunuhku, ada masalah apa?" tanyanya.

Langkah si pria mulai mendekat. Lada pun bersiap dengan senjatanya, takut-takut jika sosok itu menjadi ancaman baginya. Pria yang tidak diketahui identitasnya tersebut hanya memberikan kode, mengangkat tanganya sebagai bentuk perdamaian.

"Maaf, itu bentuk perkenalan," ujar si pria.

"Perkenalan semacam apa itu?! Kau hampir membunuhku."

Tidak membalas, pria itu justru mengulurkan tangannya. "Siapa namamu, Gadis Manis?"

Lada menggeleng pelan, tersenyum miring akan perilaku sosok tersebut. "Lada," ucap gadis bermanik biru itu sembari membalas jabatan. Tanpa diduga, sosok itu justru menarik tangan Lada dengan cepat, memutar balikkan keadaan dengan mengunci pergerakan si gadis.

"Sial! Apa yang kau lakukan, Bodoh?!"

Pria itu terkekeh, merapatkan lebih dekat si gadis yang kini terkunci. "Aku tidak bodoh, kau yang bodoh. Dan ... selalu ingat namaku, Cantik." Ia tersenyum miring. "Nex."

Gadis dengan rambut merah yang merasa mendapatkan kesempatan, pun mulai melawan dengan memutar tubuhnya, melepaskan belenggu dari kekangan Nex dan langsung mengapai tombaknya yang sempat terjatuh. "Hah!"

Kini situasi berbalik arah, ia berhasil menodongnya dengan senjata yang panjang itu. "Kau sangat hebat," ujar Nex disertai senyum yang menyebalkan.

"Cukup omong kosongmu!" Lada memulai serangan dengan terus mendesak Nex, pria itu hanya mundur ke belakang sampai mencapai titik tepi sungai dengan arusnya yang deras.

"Tunggu, tunggu. Kita sebenarnya bisa bekerja sama akan hal ini, bagaimana?" tawar si pria itu sembari meyakinkan sosok yang terus saja menatap dengan pandangan tajam.

"Aku tidak akan mempercayai penipu sepertimu!" tegas Lada.

"Sungguh? Lalu kenapa kau bisa mempercayai Kev? Yang jelas-jelas lebih dari seorang penipu." Gadis bermata biru itu mengernyit heran, masih bertanya-tanya dalam pikiran akan hubungan keduanya.

Belum sempat Lada berucap apa pun, Nex dengan mudah menendang si gadis hingga terpelanting ke belakang. Kini mereka saling berhadapan, dengan senjata masing-masing yang berupa tombak dan belati. Mereka mulai saling menatap sampai pertarungan dimulai.

Lada menggerakkan tombaknya dengan lihai, menunjukkan betapa piawainya dirinya akan senjata pemberian pemimpinnya di Ravers yang terdahulu.

"Mari kita uji seberapa hebat dirimu ... Lada?"

Kedua manusia itu kembali bertarung dengan sengit, suara benturan ujung tombak dengan belati menjadi latar akan suara di tengah hutan. Totoro, sosok anjing berwarna cokelat itu tampak terus menatap dengan waswas.

"Mengapa kau sangat peduli dengannya?" tanya Nex di tengah aksi mereka, kini keduanya sama-sama berhadapan satu sama lain untuk sekadar memulihkan energi.

"Itu bukan urusanmu." Nex dengan gesitnya kembali beraksi dengan melukai lengan Lada, waktu itulah yang ia manfaatkan untuk kembali membuat si gadis terkunci dan mendengarkan tujuannya datang.

"Aku tidak akan melukaimu, aku hanya meminta agar kau mau mendengarkan, setuju?" tanya Nex. Si gadis sempat meronta-ronta, mencoba melepaskan dari kekangan yang terasa menyakitkan.

Di titik itu, Totoro yang melihat majikannya merasa terancam segera berlari, menggonggong dengan suara kerasnya yang diisyaratkan agar melepaskan sang majikan. Nex yang merasa risih pun mulai mengusirnya dengan tendangan-tendangan di udara. "Pergilah! Pergilah anjing bodoh!"

Anjing itu hewan yang pintar, dia yang merasa tidak terima pun mulai mengigit kaki si pria berbadan kekar, yang mana hal ini pula berakhir dengan tendangan kasar dari Nex. Alhasil, karena terlalu keras dan kasar, hewan malang itu harus terjatuh ke dalam sungai.

"Totoro!" Lada berusaha menggapainya. Namun, tetap saja gagal. Tangan itu hanya bisa terulur, mengenggam sesuatu yang tidak nyata. "Tidak, tidak."

Nex dari belakang pun langsung menarik jubah Lada dengan kasar, membuat gadis itu untuk berdiri dan menghadapnya. "Aku memiliki tugas di sini, kau harus memberitahuku ...."

"Cukup! Kau sedikit pun tidak merasa bersalah? Aku sangat muak denganmu!" Si gadis menendang tepat di perut si pria, menunjukkan kekuatan berbalut emosi. "Kau manusia biadab!"

Tidak berhenti sampai di situ, tendangan ia tunjukkan lagi untuk melemparkan belati dari tangan Nex. Lada memojokkan Nex dengan tombaknya, membuat pria itu benar-benar dalam posisi terdesak lagi.

"Kau harus menemui ajalmu, Nex," ujar si gadis sembari terus menodongkan benda dengan ujung runcing itu kepada Nex.

Nex tidak bisa berbuat apa pun, senjata jarak dekatnya telah lenyap di bawah sana. Dan tinggal menunggu waktu pula ia bisa dalam sekejap lenyap. Melihat posisi tidak memungkinkan ini. Nex kemudian membuka suara, "Tunggu, tunggu. Aku bisa membantumu," ujar Nex.

Kini kepercayaan itu tidak pernah ada, Lada terus melangkah, membuat Nex semakin dekat dengan tepian sungai yang terasa curam. Gadis itu bahkan tersenyum miring melihat raut takut dari sosok di depannya.

"Aku bisa membantumu bertemu Tey lagi," ucap Nex di tengah aksi terakhirnya.

Lada menghentikan langkahnya, membeku dan menatap dengan serius sosok ini. "Kau menggenalnya?"

"Ya, tentu saja. Pasukan Haunelle mengurung adikmu di sana, aku ke sini hanya untuk membawa kembali Kev," jelas si pria sembari menurunkan senjata milik Lada secara perlahan.

Tidak ingin tertipu lagi, gadis bermanik biru itu mengeratkan senjatanya, terus menahan Nex di tempatnya berada. "Bagaimana agar aku bertemu kembali dengan adikku?" lirih si gadis.

Merasa rencananya berhasil, Nex pun menunjukkan senyum khas yang terkesan menyebalkan. "Itu mudah, kau hanya menukarnnya dengan Kev," balas si pria berbadan kekar yang berharap Lada mau menyetujuinya. "Bagaimana? Lagi pula, mengapa kau mengikutinya? Bukankah kalian ini memiliki tujuan berbeda? Kau harusnya ke selatan untuk menyelamatkan adikmu." Nex terdiam sejenak. "Pergi ke utara itu tujuan Kev, kau hanya dimanfaatkan olehnya, karena dia hanya ingin bertemu ibunya."

Lada menatapnya dengan wajah yang sedikit aneh, hati itu seakan kembali teringat akan pertengkaran yang dibuat mereka sampai aksi terpisah ini.

"Dan di mana dia sekarang? Meninggalkanmu sendiri setelah mencapai jembatan itu?"

Si gadis tak menjawab, dia terdiam dalam segala pikiran yang bercabang. Memikirkan kemungkinan yang diucapakan Nex tadi. Dan memikirkan jika yang dikatakan Nex memang ada benarnya.

"Hah, itulah rencananya. Dia hanya memanfaatkanmu untuk melewati para mutan dan pasukan Haunelle, menjadikan kalian berdua korban agar dirinya bisa pergi dengan mudah ke Crylic," terang Nex panjang lebar.

Tatapan si gadis mendadak kosong, pikirannya telah tercemari oleh pengaruh dari Nex. "Apa yang harus aku lakukan untuk mencapainya?" tanya Lada.

"Mendapatkan adikmu kembali? Mudah, kau hanya perlu kembali pada Kev," balas Nex disertai senyum licik, dirinya tampak merogoh sesuatu dari dalam tas. "Apa kau setuju?"

Tanpa menjawab, gadis itu masih dalam ambang dilema akan pilihan sulit ini. "Kau diam, itu tandanya setuju," ucap Nex. Lada hanya menoleh, tidak bisa menolak atau bahkan mengeluarkan satu kata pun.

Sampai saat itulah dirinya benar-benar memutuskan untuk berganti pihak. "Ini demi Tey," gumamnya yang telah yakin.

"Bagus, kita bisa melakukan rencana dengan menyeberangi sungai ini."

Nex mengulurkan tangannya, mencoba menjabat tangan sebagai tanda keanggotaan. "Setuju?" Tanpa ragu, gadis dengan iris birunya itu membalas dan mengangguk.

"Baiklah."

"Kita mulai dengan tanda pengenal," ucap si pria sembari membawa sebuah alat yang tidak tahu untuk apa. Ia membalikkan lengan di gadis, kemudian mengarahkan benda seperti pistol itu di sana.

"Ah!" teriak Lada tatkala benda itu terasa menyuntikkan sesuatu. "Apa ini?" tanya si gadis sembari menatap bekas luka yang menunjukkan logo H.

"Kita lihat fungsinya nanti."

Menuruti ucapan Nex, si gadis pun mengikuti setiap arah yang ditunjukkan. Mereka berdua berjalan bersama, membelah hutan untuk menemukan jalan baru yang bisa menuntun pada seberang sana. Sebuah jembatan kereta terlihat di ujung, walaupun keadaan yang tidak lagi memungkinkan.

Saat itulah Lada telah memutuskan, membuat pernyataan sendiri akan siapa yang ia pilih. Walupun ia tahu bawah ini hal yang benar-benar salah. "Aku cemburu dengan keadaan yang tak adil."

***

"Aku kehilangan dirinya, itu alasan lebih kuat."

-Lada

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top