3C : Circle Border
Angin berembus dan menggerakkan helaian-helaian rambut hitam milik lelaki yang tengah menikmati malamnya di kamar khusus setelah selesai jadwal makan malam. Ruangan itu berukuran 3x3 dengan model futuristik berbalut cat putih bersih berpadu abu muda di setiap sudut ruangannya.
Di dalam ruangan itu hanya ada satu ranjang serba putih, di sebelahnya tersedia satu meja kecil dengan sebuah jam digital yang setia berada di atas sana. Tidak ada barang lain di ruangan itu, mungkin hanya ada satu funiture yang tidak terlalu peting berupa miniatur gedung utama, tempat Gya Halcyon berada.
Satu hal yang perlu kalian tahu adalah, Kev kehilangan sebagian memorinya. Benar, lelaki itu bahkan tidak mengingat apa pun tentang dirinya sendiri. "Siapa dirimu?" Hanya itu yang bisa ia tanyakan di setiap detik dan detik berikutnya.
Jam di belakangnya berbunyi tepat di pukul 8, dan itu waktu yang telah di atur untuk mengerjakan tugas malamnya, yaitu mencatat dan mengambil setiap rekaman tugas dari seluruh kegiatan di Haunelle. Segera Kev beranjak dari ranjangnya dan melangkah meninggalkan ruangan favoritnya tersebut.
Sepatu hitam yang ia kenakan itu menyelimuti setiap langkah santainya menuju ruang pengendali. Dua orang penjaga berdiri di sana, Kev hanya perlu mengangguk dan pintu otomatis itu pun terbuka.
"Huh!" Helaan napas terdengar dari mulutnya, rasanya benar-benar jenuh dengan pekerjaan tanpa keringat ini.
Kedua tangan itu seolah mengerti, terbukti dengan sangat cepatnya ia bergerak di atas keyboard laptop di depannya. Layar-layar besar menampilkan beberapa data dan rekaman harian dari setiap kota.
Dari mulai aktivitas apa yang terjadi di kota dan kejadian atau hal tidak diinginkan apa yang sempat terekam. Ini bukan bentuk menguntit, ini hanya kewaspadaan terhadap penyelundup atau penghianatan di kota. Rekaman di depan Kev itu adalah hasil dari kamera yang terpasang hampir di setiap sudut kota.
"Download complete."
"Kerja bagus," gumam Kev yang entah untuk siapa. Segera ia mengambil kembali benda berukuran kecil itu dan menutup laptopnya. Kini tugas terakhir ialah memastikan jika keempat gerbang utama telah tertutup. Kemudian, Kev menaruh kembali benda berukuran kecil itu ke dalam sebuah kotak pengantar cepat.
Dirasa pekerjaan telah benar-benar selesai, barulah lelaki itu pergi meninggalkan ruangan yang selalu ia gunakan untuk bekerja. "Ruangan 048, James menunggumu," ucap salah seorang pria yang berdiri di ambang pintu.
Kev sempat mengerutkan dahinya heran. Namun, ia hanya mengangguk saja dan melupakan rasa curiganya. Segera ia bergegas masuk lift utama dan menuju ruang 048 yang kebetulan terletak di bawah. Pintu lift terbuka, lorong dengan pencahayaan tidak terlalu banyak itu terlihat sangat sepi dan sunyi.
"Aku harap mereka tidak salah," ucap Kev di tengah langkah santainya. "045, 046, 047 dan ... 048." Lelaki itu membuka pintu otomatis dengan segera dan begitu ia masuk, seketika dirinya terdorong hingga menghantam meja besar yang berada di sana.
Kev baru menangkap jika ini adalah jebakan, siapa pelakunya? Ah, tentu saja Nex dan kedua pesuruhnya.
"Masih bisa mengelak jika kau ini lembek?" Ketiga pria itu sama sama tertawa. Kev yang tidak ingin merasa paling lemah pun bangkit, menatap lawannya dengan pandangan dingin dan tajam.
"Hadapi aku tanpa bantuan mereka," ucap Kev dengan penuh dendam. Entah bagaimana rasa kesalnya terhadap sosok iblis di depannya ini benar-benar mendalam, walau bagaimana pun Nex sangat bertagung jawab atas apa yang menimpa Sam, sahabatnya.
Nex tertawa mengejek dan langsung menyerang Kev begitu saja, dipukulnya Kev hingga lelaki itu berkali-kali harus terbatuk-batuk. Tidak hanya itu saja, lelaki bermanik kelabu itu bahkan mendapat satu pukulan sangat keras di wajahnya, sampai sudut bibirnya mulai mengeluarkan cairan berwarna merah.
"Apa kekuatanmu hanya sampai di sini, huh?!"
Kev dengan keadaan yang terbilang cukup memprihatinkan, pun berusaha bangkit untuk benar-benar melawan sosok berhati batu itu. "Yeah, itu hanya pemanasan ngomong-ngomong," ujar Kev dengan senyum lebarnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, lelaki bermanik kelabu itu kembali tersungkur hanya dengan sekali tendangan. Kepalanya dengan sangat keras menghantam lantai ruangan yang terasa dingin, Kev tidak lagi bisa bangkit untuk detik ini. Benturan keras itu pula yang berhasil membawanya masuk pada kolase masa lalu yang terasa sangat nyata dan jelas.
***
Manik kelabu itu menangkap sosok wanita cantik berambut cokelat yang tengah tersenyum ke arahnya, senyum menghangatkan yang pertama kali ia lihat. Dengan gaun berwarna putih itu, si wanita berlari ke arahnya dengan kedua tangan terbuka, seolah ingin memeluk.
Kev mengangkat senyumnya, semakin dekat wanita itu semakin jelas pula perasaan tak tersampaikan yang terus ia rasakan. Namun, ketika wanita itu benar-benar sampai, bukan dirinya yang ia peluk. Melainkan sesosok anak laki-laki yang tengah membawa kedua sandalnya.
"Hei, siapa kau?" gumam Kev tanpa sadar. Tangan kanan lelaki itu berusaha menggapai kedua manusia di depannya, hasilnya hanyalah sia-sia, bagaikan ilusi semata. Rasa ingin tahunya membuat Kev melihat sekitar, memandangi latar belakang dari kilas balik ini.
Hamparan pasir putih dengan ombak lembut yang menyapu setiap jengkal demi jengkal pasir tempatnya berpijak. Cahaya matahari berada di fase terakhir untuk bertugas, bersembunyi di balik awan dan akan segera tenggelam membawa rembulan kembali.
Anak laki-laki yang ada di depannya ini tampak tidak asing baginya. Manik abu gelap itu, rambut hitam legam yang selalu berkilau dan senyuman manisnya.
"Victor!"
Kev seketika menoleh saat suara tegas dan jelas itu terdengar di indera pendengarannya. Ia menoleh, mendapati sosok pria dengan tatapan dingin.
"Ayo, kita harus pulang sebelum gelap."
Keluarga kecil yang tampak bahagia tersebut mulai meninggalkan tempatnya. Kev yang ada di sana seakan di buat bingung saat anak lelaki bermanik abu gelap itu menoleh ke arahnya, manatapnya dengan sangat nyata dan menunjuk ke arah lain. Dengan sangat polos Kev menoleh ke arah yang di tuju oleh si anak, sebuah pohon ....
"... Kev?"
"Kev, kau ada di sana?"
"Oh, ayolah, Kev. Aku lelah terus menunggu dirimu."
"Kev, aku mohon sadarlah."
Perlahan-lahan cahaya lampu menerobos masuk melalui celah-celah matanya. Lelaki berusia 25 tahun itu membuka kedua kelopak matanya kembali dan berusaha mencari tahu di mana dirinya berada saat ini.
"Astaga, Kev! Aku sangat senang kau tidak mati!" seru Sam yang datang bersama dua orang berseragam putih. Kev menatap dan dengan pandangan penuh kekesalan, bagaimana bisa Sam selalu mengatakan itu di setiap kejadian yang menimpa Kev.
Seperti saat Kev terjatuh di tempatnya bekerja atau ketika Kev salah mengemudikan pesawat terbang dan berakhir kebakaran. Hanya satu kalimat yang selalu di ucapkan Sam 'Aku senang kau tidak mati'. Oh, dan satu pertanyaan yang selalu terucap dari mulut Sam. "Apa kau bertemu malaikat maut, Kev?"
"Sial!"
Sam yang berada di sana pun mendekati sahabatnya itu. "Hei, kau baru sadar setelah sekian lama menjadi putri tidur. Apakah itu kalimat sambutan yang ada di otakmu?"
"Jangan membuatnya semakin kesal, Sam!" seru Ava dari luar ruangan
"Sejujurnya aku sedikit kurang berkesan karena kau kalah dari Nex."
Kev menoleh untuk menatap sahabatnya itu. "Ya, ya, ya. Aku tidak pernah lupa akan perbuatannya padamu waktu itu," ujarnya yang membuat Sam tertawa kecil mendengar itu.
"Dia hampir membunuhmu dari sana, untung saja ada penjaga yang bisa menyelamatkanmu atas kejadian ini," ujar Sam.
Kev mengerutkan dahinya heran. "Di lantai bawah? Ada penjaga?" tanyanya memastikan.
Sam mengangguk pelan. "Sejujurnya dia bilang tidak sengaja lewat, tapi justru menemukanmu dalam keadaan di pukuli, jadi dia dengan baik hati mengusir mereka." Lelaki bermanik kelabu itu pun mengangguk paham.
"Ya, baiklah. Istirahatlah yang cukup, Reo akan mengurus pekerjaanmu." Selesai mengucapkan itu, Sam memilih untuk meninggalkan Kev dan pergi bersama Ava menuju tempat pelatihan.
Kepergian Sam di susul kedatangan James dengan seragam lengkapnya. Senyum di wajah itu terlihat sangat kecil dan samar. "Bagaimana keadaanmu?" tanya si pria yang ikut prihatin dengan apa yang menimpa Kev.
"Cukup baik, terima kasih."
"Lain kali jangan membuat ulah dengan Nex, dia tidak pernah main-main untuk menghabisi nyawa orang," jelas James yang terkesan seperti layaknya ayah.
Kev hanya bisa membisu kala teringat kilasan yang ia lihat di tengah pingsannya. Tidak ada yang lebih mengejutkan saat melihat betapa miripnya anak laki-laki itu dengan dirinya.
Di sisi lain, James yang merasa tidak dibutuhkan lagi pun segera melangkah keluar. Di ambang pintu dirinya berhenti, menoleh ke arah Kev sejenak dan kembali melihat dua petugas berseragam putih. "Kali ini biarkan dia dalam keadaan seperti itu," ujarnya sebelum benar-benar pergi.
"Bagaimana jika itu membuatnya kembali menjadi ancaman bagi Haunelle?"
James sempat terdiam, memikirkan kembali keputusannya. "Yakin padaku," tandas si pria yang benar-benar yakin dengan pilihannya saat ini.
~
|| Who is me? ||
ARCANE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top