33C : Casualty

Karena tidak memungkinkan untuk truk itu berjalan lebih dekat, mereka akhirnya satu demi satu turun, menapakkan kaki di atas jalanan berlumut yang cukup licin dan tanaman rambat yang menggerogoti sebagai gedung.

Kev hanya menatap menara tinggi itu dengan sedikit keraguan. Tidak ada tanda-tanda lagi dari dalam sana, hanya kesunyian di siang hari dan suara hewan-hewan mutan itu saja.

Elmer dan kedua lelaki kembar itu mendekat, mengetuk pintu yang terbuat dari besi. Dan menunggu tanda-tanda dari dalam sana.

Beberapa detik tidak ada jawaban yang tersampaikan, kini giliran Kev yang mulai mengetuk pintu tersebut dengan sedikit keras. "Hallo! Ada orang?!"

Hening. Suasana di sekitar sana hanya dibaluri oleh keheningan semata, tidak ada satu pun pertanda kehidupan di atas sana.

"Kau puas, Kev?" Itu suara Alvin.

"Apakah kau memang suka merepotkan orang lain?" tanya Arion yang ikut menambahkan.

Lada yang ada di sana pun hanya menatap penuh tanya pada Kev, berharap lelaki bermanik kelabu itu benar-benar serius tentang kehidupan di atas menara.

"Bagaimana? Kau melihat sendiri, bukan? Tidak ada orang di sekitar sini. Jangankan orang, hewan normal pun enggan berada di sekitar sini," tukas Elmer.

Kev terdiam, tidak bisa mengatakan apapun kecuali rasa bingung sekaligus menyesal. Entah apa yang membuatnya mengotot untuk kemari, ia merasa ada sesuatu yang harus ia selamatkan, entah apa itu.

"Maaf," lirih si lelaki, ia mendongak, menatap puncak gedung dengan manik kelabu cerahnya.

"Tidak masalah, Kev. Sekarang kita harus segera kembali," ujar Fei sembari memulai langkah terlebih dahulu.

"Fei benar, kita harus bergegas, aku tidak ingin bertemu dengan Cenprey lagi," sahut Sarvar yang sedari tadi terdiam membisu.

Mereka semua beranjak dari sana, menuju ke bagian mobil. Namun, Kev masih berdiri di tempatnya dan terus memandang menara di atas sana, tempat yang sama ia melihat cahaya kehidupan.

"Tolonglah, aku tahu kau ada di sana."

Suara erangan dari samping membuat Kev seketika tersadar, ia menoleh, mengawasi setiap pergerakan mencurigakan yang berada di sekitarnya. Kemudian, tersadar bahwa teman-temannya yang lain mulai berjalan pergi.

"Sial!" Kev segera menyusul, melupakan orang yang berada di dalam menara itu dan memilih kembali daripada harus menjadi santapan empuk para mutan.

"Kita bergegas, cepat cepat!" perintah Elmer sembari membuka bagian belakang dari truk, memastikan jika semua telah lengkap.

Hingga pada bagian terakhir, yaitu Kev. Pria itu menghentikan langkah si lelaki dan menatapnya dengan tajam. "Jangan berbuat apapun yang bisa membuat bencana," ujar Elmer.

"Tentu saja."

"Jika kau berulah lagi dengan terus berbual, aku tidak segan-segan mengusir mu dan membiarkanmu di luar sini, paham?" bisik Elmer.

Kev membalas dengan tatapan yang tidak kalah tajam, ia mengabaikan ucapan itu dan segera naik. Elmer pun menutup bagian belakang, kemudian berjalan memutar dengan pandangan yang masih tertuju pada Kev.

Sekarang mereka memulai kembali perjalanan menegangkan di tengah sekumpulan hewan haus darah seperti Cenprey.

Truk itu berjalan cukup perlahan saat menyadari beberapa dari hewan mulai bersiaga menyerang. Kev menatap sekitarnya, benar-benar dalam kepungan.

"Siapkan senjata kalian, jangan ada suara apapun sampai kita benar-benar mencapai ujung," titah Elmer dengan sedikit berbisik, takut-takut suaranya bisa menimbulkan kemarahan.

Mereka semua diam membisu, tidak ada ucapan sepatah kata pun yang bisa keluar. Yang ada hanya keringat ketakutan di masing-masing orang. Berharap jika mereka selamat dari situasi membahayakan ini.

Namun, Fei hampir berteriak ketika beberapa dari kawanan Cenprey mulai turun. Untungnya, Alvin berhasil membekap mulutnya dan mengisyaratkan untuk tenang.

"Shhh! Tenang, oke?"

Para Cenprey itu mengikuti dari arah belakang mereka dan mengawasi jikalau mangsanya lenggah.

Sedang di bagian pintu truk dijaga oleh dua orang, yaitu Arion dan Sofia yang tampak selalu waspada dengan senjata mereka. Arion dengan senapannya dan Sofia dengan busur yang siap menembakkan panah.

Lada serta Kev ikut waspada di barisan kedua, menyiapkan posisi terbaik untuk saling melindungi satu sama lain. Sedangkan di tempat duduk ketiga ada Fei dan Alvin yang sama-sama membawa belati dan pedang.

"Saling merapat, kita tidak pernah tahu dari mana mereka memulai," ujar Arion.

Mereka membentuk lingkaran, bersiap-siap untuk pertempuran mengerikan ini. Entah benda apa yang diinjak truk mini itu hingga menimbulkan sebuah suara, yang mana pada akhirnya sekumpulan hewan mutan itu mulai mengeluarkan gigi-gigi yang tajam.

"Ayo!" seru Elmer, Sarvar menginjak pedal gas dan melajukan truk mini itu untuk lebih cepat dari kecepatan normal. Butuh keahlian yang cukup untuk membelokkan ke kanan dan kiri karena jalanan yang tidak rata lagi.

Jantung rasanya berpacu lebih cepat, ketegangan terjadi di area itu. Cenprey mulai melompat dan berlarian mengejar, kini mangsanya ada di depan mereka.

Peluru serta anak panah telah diluncurkan. Lada yang memakai tombaknya pun ikut melawan dengan menggerakkan kemahiran itu ketika ada Cenprey yang berhasil merayap hingga atas.

"Lada!" Dengan sigap pedang di tangan Alvin seketika menembus tubuh hewan menjijikkan itu, menyelamatkan nyawa gadis bersurai merah yang hampir menemui ajalnya.

"Terima kasih," ujar si gadis.

"Ahhhh!" teriakan kesakitan itu berasal dari sosok Sofia yang ada di depan, lengan kirinya tanpa sengaja tergigit oleh seekor Cenprey.

Arion menembakkan pelurunya, membunuh dengan cepat hewan itu dan mendekati Sofia untuk memastikan dia baik-baik saja, walaupun kenyataannya tidak. "Tenang, oke?"

Sofia menatap tidak percaya lengannya yang kini tampak terbuka, darah keluar dari sana disertai gigi Cenprey yang masih menancap.

Kev mendekat, membantu gadis itu untuk melepaskan gigi dari si mutan yang tampak menyakitkan. "Kau bisa menahannya, Sofia."

Lelaki bermanik kelabu itu menarik nafas dalam-dalam, kemudian menyentuh gigi tersebut dan menatap Sofia dengan sendu. "Tahan," ujarnya bersamaan dengan tercabutnya gigi tersebut.

"Ahhhh!" Rasa sakit dari tangannya cukup berkurang sedikit, si gadis menatap penuh takut akan luka itu. Ia tahu pasti, luka Cenprey selalu menyebabkan infeksi yang tidak main-main.

Di samping itu, hewan-hewan berupa aneh yang menguasai Amory tersebut mulai menyerang kembali. Sebagian dari mereka mulai menyingkirkan, walaupun sedikit kesulitan karena jumlah yang tidak sebanding.

"Kita tampaknya terkepung," ungkap Kev di tengah perasaan kacaunya. Sungguh, mungkin jika bukan karenanya, mereka tidak akan pernah merasakan perjalanan mengerikan ini.

Di tengah truk yang melaju secara brutal itu, Elmer dengan keberanian ekstra mulai berpindah posisi dari yang tadinya di depan kini mulai merambat ke belakang melalui jendela.

Alvin membantunya, menarik tangan dari si pemimpin untuk mencapai bagian kap belakang. "Kau ambil posisiku, Alvin."

Lelaki bersurai kemerahan itu tampak terdiam sejenak, tapi kemudian menurut dan beralih ke bagian depan truk. "Pakai senapan yang ada di kotak, aku yakin kau bisa membidik mereka."

Sekarang, tugas telah disusun. Alvin akan membuka jalan dengan menyingkirkan sebagian dari mutan, dan Sarvar yang harus mengemudi.

Elmer memilih di belakang dengan memastikan kondisi para pemburunya baik-baik saja. "Kau masih bisa bertahan, Sofia?" tanya si pria.

"Aku mungkin bisa," ucap Sofia dengan sedikit lirih, karena menahan rasa sakit yang teramat di lengan kirinya.

Elmer merogoh tas yang berada di pinggangnya, kemudian mengambil kain yang bisa menutup luka itu untuk tidak mengundang para Cenprey. "Kita harus menutupinya, kau harus pindah di bagian lain."

Sofia mengangguk dan hendak beranjak dari tempat duduknya awal, sebelum sebuah serangan mematikan datang dari sisi yang tidak terduga.

Seekor Cenprey menggigit lengan Sofia kembali, kemudian di bantu Elmer ia menarik si gadis untuk tetap bertahan. Belum sampai di situ, beberapa kawanan Cenprey datang dan membantu untuk bisa mendapatkan sosok Sofia.

"Ahhhh!"

Teriakan gadis itu terdengar memilukan bersamaan dengan jatuhnya sang gadis, Elmer menatap penuh sayang pada gadis yang kini tengah diseret menjauh dari tempat mereka berada.

"Tidak! Tolong!"

Truk berhenti sejenak. Arion berusaha menembakkan peluru, berharap hewan-hewan buas itu melepaskan mangsanya. Namun, bukannya melepaskan, mereka justru semakin banyak dan semakin berusaha menghampiri truk itu.

"Tidak ada cara lain," ujar Elmer, tatapan itu terus tertuju pada Sofia yang telah dibawa pergi ke sisi lain.

"Tolong! Aku mohon!"

"Kita harus pergi!" perintah Elmer.

Kev membulatkan matanya tidak percaya. "Apa?! Kita harus membantunya." Kev hendak turun, tapi Elmer dengan kekuatan lebihnya menarik lelaki itu dan menghempaskan begitu saja ke belakang.

"Kau ingin bunuh diri?"

"Dia akan mati."

"Sarvar! Jalankan mobilnya!" titah Elmer dengan suara berat yang terdengar tegas tak terbantahkan.

"Tidak, tidak! Jangan!" Kev bangkit, berusaha menghentikan mereka untuk tetap menunggu Sofia yang diseret menjauh dari mereka.

"Kita memiliki waktu untuk menyelamatkannya, hentikan mobil ini!"

Arion, Lada dan Fei hanya menatap sendu. Mereka tidak lagi bisa menolong, karena sesuai ucapan Elmer tadi, itu akan lebih memakan korban.

"Kita lanjutkan perjalanan, Kev," ujar Lada di tengah rasa penuh emosi Kev.

"Persetan dengan kalian!"

Pria dengan jubah khas dan senapan di tangannya mulai menghampiri Kev, memukul wajah lelaki itu sekuat tenaga hingga Kev tersungkur ke bawah. "Duduklah di tempatmu berada."

"Hah?! Kau benar-benar pemimpin yang buruk!"

Elmer menodongkan senapannya, berharap Kev mampu tenang di tengah kondisi kacau-balau seperti ini. "Maafkan aku, Nak. Tapi semua itu tidak akan terjadi jika bukan karena mu."

Ucapan itu seakan menyadarkannya, membuat Kev terdiam membisu dengan rasa bersalah yang kembali bersarang. "Kita akan menuju perbatasan, siapkan persenjataan kalian."

Elmer menyingkirkan senapan itu, berlalu pergi ke bagian pintu pembatas dan menatap penuh penyesalan akan keadaan di luar sana.

Lada membantu Kev untuk bangkit, kemudian menyuruhnya untuk duduk sesuai perintah daripada harus ada pengorbanan kedua.

"Kita ikuti apapun perintahnya, jangan pernah lupa akan nyawamu, Kev."

Si lelaki bermanik kelabu hanya bisa menatap Lada dengan penuh sesal. "Ini salahku," lirihnya.

Benar sekali, mungkin di antara mereka semua. Kev yang harus merasakan penyesalan paling mendalam atas apa yang menimpa Sofia. Sebab, secara tidak langsung ia mengarahkan mereka ke bagian paling mematikan.

Kev menyadarkan tubuhnya, menutup mata itu, yang ia harapkan semoga dirinya bisa mendapatkan ketenangan atas peristiwa menggetarkan ini.

Semua orang dalam truk itu terdiam, membisu. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membuat suara sedikit pun. Bahkan Sarvar dan Alvin yang ada di depan tampak hening, shock akan kejadian itu.

Mobil terus melaju, membelah celah-celah jalanan beraspal. Kini mereka telah sampai di persimpangan jalan tempat mereka sempat berhenti tadi.

Melewati jalanan dengan sebuah papan nama besar bertulis "Welcome to Amory", truk yang tampak kusam nan tua itu sekarang menuju perbatasan utama yang letaknya di arah barat.

Mungkin mereka akan terlebih dahulu memutar jalan, karena satu-satunya jalan keluar dan penghubung ke Amory hanyalah jembatan bagian barat yang sempat dilewati oleh Kev.

Kita tahu tentang hujan meteor itu, yang berhasil menghancurkan jembatan utama yang menghubungkan bagian utara. Jangan tanyakan soal keadaan di timur, karena yang kita ketahui, di sana telah di jaga kawanan Cenprey.

"Itu mereka!"

Samar-samar suara teriakan itu terdengar seiring mendekatnya truk, beberapa dari warga Crylic telah di sana dengan tetap setiap menunggu.

Kendaraan itu berhenti, kemudian Elmer turun dan langsung menuju ke tenda yang telah dibuat oleh mereka. Claudia yang melihat mereka tiba pun segera berlari, memastikan putranya dalam keadaan baik-baik saja.

"Kev!" Si wanita memeluk lelaki itu, rasa cemasnya yang sedari tadi menyelimuti telah padam ketika berhasil menemukan putra semata wayangnya tanpa luka sedikit pun.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Claudia sembari menyentuh masing-masing pemburu. Memastikan anak didiknya tetap utuh.

Namun, insting seorang wanita terlebih ibu adalah yang paling kuat. Ia menatap heran ke arah Kev dan yang lain, barulah beberapa detik ia menemukan keganjalan. "Di mana Sofia?"

Seluruhnya menunduk, tidak kuat mengatakan hal buruk itu. Tapi, Elmer yang dari jauh menjawab dengan suaranya yang berat. "Dia telah tiada," ujarnya.

Claudia seketika menutup mulutnya, tidak percaya akan apa yang ia terima. Wanita itu menggelengkan kepalanya, berharap ini bukanlah hal nyata.

"Tidak, Ibu. Kami berusaha menggapainya, tapi ...." Fei menggantung ucapan itu, tidak sanggup meneruskan kembali.

"Baik, aku mengerti." Wanita bersurai hitam itu menahan air matanya, kemudian menunjuk ke tenda, "Kalian bisa istirahat," lanjut Claudia.

Pada anak muda yang baru saja sampai tersebut mulai membersihkan diri dan menyiapkan keperluan untuk tidur sekaligus kepergian di esok hari.

Malam yang dingin dan gelap itu seakan menunjukkan betapa sedihnya mereka karena kehilangan sosok pemanah handal seperti Sofia. Terlebih-lebih, fakta bahwa Sofia selalu menjadi tangan kanan dari Claudia.

"Aku harap kau tenang berada di sana," ujar seorang wanita dengan rambut yang tergerai bebas. Dirinya berdiri di pinggiran jembatan dan menatap ke bawah sana.

~

|| Luka yang berhasil menghidupkan villain dalam hidupmu, apa itu? ||

ARCANE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top