30E : End?
Lelaki dengan surai hitamnya yang acak-acakan itu masih terdiam di tempatnya berada, lain hal dengan Lada yang sudah turun tangan untuk ikut bertarung di tengah-tengah gerombolan hewan yang tiada habisnya.
Hingga seseorang menyentuh bahunya, menyadarkan Kev dari lamunan sejenak yang menggelayut kan. "Kau baik-baik saja, Nak?"
Kev mengangguk pelan. "Ya, aku baik."
"Pergilah ke sana! Kita harus pergi sebelum mereka bertambah banyak." Perintah dari orang itu dilaksanakan oleh Kev dengan baik, dirinya berlari ke arah yang dimaksud sembari menunggu yang lain.
"Ayo! Kita mudur sekarang!"
Beberapa orang mulai berjalan mudur, senjata di tangan masing-masing masih tetap siaga untuk menjaga diri.
"Naik ke truk!" titah orang yang selalu memberikan komando, Kev yakin dialah pimpinan di sini.
Kev serta Lada segera naik, kemudian di susul empat orang lainnya serta dua orang yang duduk di depan. Truk mini itu segera melaju, membelah kerumunan mutan yang terus menghalangi.
Memang sulit mengemudi di tengah jalan rusak nan hancur seperti ini, tapi seakan menolak anggapan itu, orang yang sedari tadi memimpin tampak dengan lihai mengemudikannya. Membelokkan ke kanan dan kiri.
Dua orang yang bersenjatakan panah pun mulai menunjukkan kehebatannya, meluncurkan anak panah berkali-kali dan menembakkan mereka dengan penuh kekesalan.
Dirasa hewan itu telah berkurang, mobil juga telah menjauh dari kawasan utama. Kini para pemburu tak dikenal tersebut mulai meletakkan kembali senjata mereka.
Kev dan Lada masih tidak bisa berucap apapun kecuali diam sembari menatap masing-masing pemburu dengan pakaian khas mereka. Hingga seorang lelaki dengan surai pirang serta manik biru yang cerah itu membuka penutup mulutnya. "Hei, kalian tidak terluka sama sekali?"
"Aku rasa tidak," ujar Kev, "Uh, dia terluka cukup parah," lanjutnya ketika menyadari akan luka gadis di sampingnya.
"Serangan Cenprey?"
"Hah?"
Lelaki bersurai pirang itu menghela nafas, kemudian menunjuk hewan-hewan yang berada di jauh sana. "Hewan berwajah aneh itu, mereka disebut dengan Cenprey."
Kev mengangguk-anggukkan kepalanya paham, kemudian dengan sedikit keheranan ia menatap anggota yang lain. "Oh, siapa kalian ini?"
"Hei, namaku Arion." Lelaki itu mengulurkan tangannya dengan senyum ramah.
Tidak ingin dikatakan buruk atau sombong, Kev pun dengan senang hati mengulurkan tangan seraya membalas senyum dengan tipis. "Kev."
Arion sempat memikirkan nama itu, kemudian baru berucap. "Nama yang bagus, aku yakin kau dari Haunelle."
"Apa terlihat begitu jelas?"
"Nama yang identik, Haunelle memiliki ciri khas nama dengan 3 kata, benar bukan?" tanya lelaki bersurai pirang tersebut memastikan.
Kev hanya mengendikkan bahunya. "Entah, aku bahkan tidak menyadari hal itu."
Lelaki itu kemudian menatap ketiga temannya, baru sadar bahwa mereka hanya diam. "Ah, ini teman-temanku. Ada Sofia, Elmer dan Alvin, saudara kembar ku."
Kev memberikan senyuman ramah, kemudian kedua orang dari yang diperkenalkan membalas senyum, kecuali satu orang. Seakan tidak pernah menerima kedatangan sosok Kev.
"Hai, Kev! Aku Sofia," ujar si gadis bersurai keunguan dengan kucir kuda. Gadis itu mengulurkan tangannya, mencoba berbuat baik.
"Hai," balas Kev sembari menjabat tangannya. Tatapan Kev beralih pada sosok di sebelah kirinya, gadis bersurai merah itu. "Ini, Lada."
"Oh, hai! Lada! Kau sangat menarik dan cantik," ujar Sofia.
Lada menatapnya dengan sedikit malas, senyum di bibirnya terlihat terpaksa. "Terima kasih, kau tidak kalah cantik."
Truk mini itu akhirnya melewati bagian gerbang utama yang tertutup lapisan besi yang kokoh. Kev menatap bagian atas dengan papan nama yang jelas. "Crylic."
"Selamat datang di Crylic!" seru Arion dengan sangat gembira.
"Tidak terasa," ujar Kev dengan perasaan yang tidak terbendung kan. Ia mulai menuruni bagian belakang truk itu, menapakkan kaki di atas tanah milik kota yang menjadi tujuannya selama ini.
Manik biru itu kini menatap sekitarnya, melihat suasana yang jarang terlihat. Sangat nyaman dan aman, seolah inilah tempat berpulang yang selalu ia dambakan. Namun, tempat ini tidak lagi menjadi bagian teraman karena sesuai kode yang ia terima.
Hingga aksi memandangi itu terpecahkan ketika seorang wanita dengan rambut hitam legamnya datang dengan gaya pakaian khas pemburu.
"Kau orang dalam telepon itu?" tanya si wanita dengan suara yang selalu Kev ingat, suara itu sama persis dengan suara dalam kilasan masa lalunya.
"Ibu?" Tanpa pikir panjang, Kev menghamburkan pelukan kehangatan yang selama ini selalu ia rindukan. Memeluk satu-satunya keluarga yang ia miliki selama 10 tahun dalam penjara.
"Victor, putraku," lirih si wanita dengan air mata yang tidak lagi bisa terbendung kan.
Kedua insan itu saling mengungkapkan perasaan rindu selama ini, mengucapkan hal paling dalam selain kata "aku merindukanmu". Hubungan antara anak dan ibu adalah hubungan paling berharga diantara yang lain.
Kev yang selama ini tidak pernah meneteskan air matanya, sekarang tampak menunjukkan perasaan penuh kasih. Tidak ada yang bisa menganggu mereka, bahkan orang-orang disekitar yang mulai terenyuh akan suasana menggetarkan hati ini.
"Maafkan aku, aku tidak datang bersama pesawat ataupun prajurit."
Wanita itu menggeleng pelan. "Itu tidak menjadi masalah, asal kau tiba tepat waktu dan selamat.
"Maaf."
"Aku bersyukur kau baik-baik saja, itu cukup," ujar wanita dengan nama Claudia itu. Dirinya melepaskan pelukan, menatap putra kecilnya yang telah menjadi sosok dewasa.
"Tidak akan pernah ada luka selama ada doamu," ujar Kev disertai senyum mengembangkannya.
"Aku tahu, aku tahu kau akan sampai." Wanita itu kembali memeluknya sekilas, kemudian pandangannya baru teralihkan pada sosok gadis di belakang sana.
"Kau membawa temanmu?"
"Oh, perkenalkan dia Lada. Bagian dari kelompok Revers yang sempat menolongku," terang Kev.
Claudia tersenyum penuh, ia mendekati gadis itu dan menggenggam kedua tangannya. "Terima kasih, aku sangat berterima kasih atas kehadiranmu."
"Itu bukan apa-apa, kami saling menjaga. Aku yang seharusnya berterima kasih padanya dan pada kalian."
Wanita itu pun membelai lembut puncak kepala Lada dan berjalan ke arah Kev lagi. "Aku tahu kau lelah. Istirahatlah, aku akan menyiapkan keperluan jika kau membutuhkannya."
"Terima kasih banyak," ungkap Kev.
Claudia bersama Kev menuju bagian lain, sedangkan Lada dituntun oleh beberapa orang ke sisi lain sebuah ruang untuk mengobati dan menyembuhkan si gadis dari luka akibat serangan Cenprey.
Di tempat yang Kev singgahi sekarang, dirinya sedikit terkesan dengan keadaan di sini yang terasa kosong dan hampa. Ruangan itu hanya memiliki ranjang, dengan satu bagian di belakang yang digunakan untuk mandi.
Setelah berkutat dengan aktivitas bersih-bersih, kini lelaki dengan manik biru itu tengah bersantai di atas ranjang kamar dengan Asa di pangkuannya.
"Victor." Suara lembut itu menyadarkan dari lamunan kecil. Kev mendongak, menatap Claudia yang datang dengan dua orang lainnya.
"Seharusnya kau tidak perlu membawanya kemari," ujar Kev saat dua orang tadi mulai menyiapkan makanan di meja depannya.
"Tidak masalah, makan malam masih cukup lama. Aku pikir kau akan kelaparan jika menunggunya," terang Claudia.
Dua orang tadi hendak pergi sebelum si wanita kembali menyerukan salah satu nama. "Zura, bisa kau membawanya ke balai pengobatan? Agar segera mendapatkan pertolongan." Wanita itu menunjuk ke arah hewan yang ada di pangkuan Kev.
"Oh, iya. Hati-hati."
Gadis bermata bronze itu mengangguk paham dan segera mengendong nya, kemudian berjalan pergi bersama Asa dan meninggalkan Kev bersama Claudia.
"Kau bisa mengisi stamina, Victor."
Kev yang sedari tadi hanya mendengar nama Victor pun ikut bersuara. "Eummm ... aku tidak ingin membuatmu marah, tapi ada hal baru yang harus kau terima sekarang."
Claudia mengehentikan kegiatannya. "Apa itu?" tanya si wanita yang sedikit dibuat penasaran.
"Namaku," ujar Kev dengan raut wajah yang sedikit tidak enak.
"Oh, begitu ya? Kau mendapatkan nama baru dari pemimpin pasukan itu?"
Kev hanya bisa diam, senyumnya terkesan kaku. Claudia yang melihatnya hanya membalas dengan tatapan kebaikan. Sungguh, di dalam dirinya seolah hanya ada kebaikan yang terpancar.
"Kev? Benar bukan?"
Si pemilik nama menoleh, kemudian mengangguk dengan sedikit canggung. "Hei, itu nama bagus! Dahulunya aku hendak menamaimu dengan nama semirip itu."
"Berhenti membuat raut wajah seperti itu, sekarang fokuslah makan, aku akan menemanimu di sini," ujar Claudia lagi.
Kedua manusia itu sama-sama hening dalam suasana yang kian sunyi. Sampai keheningan keduanya berakhir ketika Kev membuka suara.
"Bagaimana kalian menemukanku di antara hewan itu?" tanyanya yang sedari tadi terus dibuat bingung akan hal satu ini.
"Itu mudah. Cenprey selalu bergerak secara berkelompok, mereka memiliki semacam komunikasi antar satu dengan lain. Istilahnya sinyal," terang si wanita, "Kami dengan mudah mengetahui sinyal itu."
"Apakah mereka juga yang kau katakan mengancam keadaan Crylic?" tanya Kev.
"Benar sekali. Sebelum kedatanganmu kemari, dia sempat hendak menerobos gerbang utama, sebab itulah kami mengikuti pergerakan mereka yang tiba-tiba berubah haluan ke arah kalian berdua."
Kev mengangguk-anggukkan kepalanya paham, kemudian melanjutkan aktivitas makan sembari terus memikirkan si hewan mutan itu. "Hewan apa mereka ini, Bu?"
"Aku tidak tahu pasti. Tapi yang jelas mereka semacam mutasi dari tiga hewan utama, termasuk kecoa, lipan dan lamprey."
Mendengar itu, Kev mengerutkan keningnya semakin heran. "Lamprey? Bukankah dia hewan yang hidup dalam air?"
"Ya, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa bersatu dengan kedua hewan lainnya," ungkap Claudia.
"Apa ini semacam kebocoran dari lab A.S.L?" tanya si lelaki bermanik kelabu itu untuk memastikan.
"Bisa dikatakan benar, sebab gedung itu juga yang menjadi tempat utama bagi mereka datang."
Kev yang telah usai dengan makanannya pun mulai membersihkan sisa dari aktivitasnya dan meneguk segelas air dengan sangat cepat.
Melihat putranya yang tampak kelaparan itu membuat Claudia hanya menatap sendu dengan hati yang sedikit teriris. Setelah 10 tahun lamanya, dirinya baru bisa melihat putra semata wayangnya telah dewasa tanpa bantuannya.
"Aku tidak menyangka kau telah tumbuh dewasa, Kev."
"Bahkan aku sendiri," sahut Kev dengan seulas senyum dan tawa kecilnya.
Tawa itu terdengar menghangatkan jiwa, sampai akhirnya Kev kembali membuka suara. "Aku kira akan kehilanganmu selamanya di malam itu, Bu."
"Itu perjalanan yang berat, ya?"
"Sangat."
Claudia pun berpindah tempat duduk di samping Kev, menyentuh telapak tangan si lelaki dan mulai menunjukkan kisahnya.
"Rasanya berat untuk malam itu, bahkan aku tidak pernah mengira akan berada di sini." Wanita itu mengalihkan pandangan sekilas, "Tenggelam dalam air paling bawah serta reruntuhan jembatan bukanlah hal mudah untuk dilalui."
"Tapi kau hebat dnegan melaluinya."
Claudian tertawa kecil. "Ya, kala itu hujan serta derasnya air membawa tubuhku ke tempat-tempat asing. Aku bahkan sempat tidak mengingat apa pun tentang tempat mana yang disinggahi tubuhku."
Kev terus menyimaknya, enggan untuk menyela pembicaraan yang cukup menarik ini.
"Yang aku ingat hanyalah ketika tubuhku sampai di tepian pantai yang luasnya tiada kira. Aku terbangun di sana, tidak ada siapa pun yang bisa menolongku kecuali diriku sendiri."
"Berhari-hari aku lewati hanya untuk mencari makanan yang pantas, menjadi buronan hewan besar dan berlarian ke sana kemari." Claudia menatap Kev penuh arti.
"Kemudian? Bagaimana kau bergabung dengan anggota di Crylic?" tanya Kev.
"Itu ketika aku bertemu dengan sosok Elmer, pria itu yang menemukanku ketika aku terjebak di antara sekumpulan Sang Maut," balas Claudia, "Ngomong-ngomong, kau pasti bertemu dengannya."
"Siapa? Sang Maut?"
"Oh." Claudia tertawa, "Dia sangat brutal, aku bahkan kewalahan menghadapi satu dari mereka."
"Aku paling membencinya," ungkap Kev.
"Tidak ada cara untuk membunuhnya kecuali api, dia hanya akan binasa dengan tembakan api atau apapun yang bisa membakarnya."
"Oh benar, pantas saja aku selalu melihat kelompok Revers menggunakan api," gumam Kev yang ketika teringat akan usahanya yang selalu sia-sia ketika berhadapan dengan Sang Maut.
Claudia pun yang telah usai dengan kisah miliknya beralih menunggu Kev untuk menceritakan kehidupan yang selama ini dilalui di Haunelle.
"Bagaimana dengan kisah mu? Aku tahu akan lebih ... menarik?"
Kev terkekeh pelan. "Bagaimana aku mengatakannya? Kehidupan sehari-hari dari penggerak sistem di Haunelle? Itu buruk!"
Si wanita bersurai hitam itu mengerutkan keningnya heran. "Buruk? Kenapa? Bukankah itu pekerjaan yang lebih baik?"
"Itu memang cukup menarik, tapi aku sungguh tidak tertarik dengannya," jelas si lelaki, "Tapi untungnya aku bisa melalui masa suram itu dengan bantuan Sam."
"Sam? Siapa dia? Dan di mana dia sekarang?" Pertanyaan dari Ibunya itu semakin membuat Kev merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan selama ini.
"Aku ... aku meninggalkannya di Haunelle," tandas Kev. Mendadak perasaannya berubah, seperti rasa bersalah sekaligus bodoh karena meninggalkan satu-satunya sahabat yang ia miliki.
Hening kembali menyerang. Sampai si ibu menyentuh pundak Kev dengan pelan. "Kita akan menemuinya di kemudian hari, oke?" tawar si wanita.
"Nah, sekarang bersiaplah. Aku akan pergi ke luar sebentar untuk menyiapkan beberapa keperluan," lanjut wanita bersurai hitam itu.
Kev menganggukkan kepalanya menyetujui, si ibu kemudian mengambil langkah untuk pergi sebelum suara panggilan dari Kev kembali terdengar.
"Ada apa, Kev?"
"Kalian telah menyiapkan kepindahan?"
Mendengarnya, Claudia mendekat dan hanya menatap penuh sayang. "Tidak ada cara lain demi melindungi kelompok, beberapa dari kami telah siap."
Ia hendak berjalan pergi, tapi terhenti kembali. "Besok pagi-pagi kita akan pergi ke bagian barat, bagaimana?"
"Aku hanya akan mengikuti setiap langkahmu, itu cukup."
Si wanita menunjukkan senyum indahnya, lengkungan menarik yang selalu menimbulkan lubang di kedua pipinya. "Aku menyayangimu selalu, Kevictor."
"Aku melebihi dari itu," ungkap lelaki bersurai hitam itu yang kemudian membiarkan Ibunya pergi.
~
|| Akhir dari kisah, kau mengharapakan apa? ||
ARCANE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top