27C : Converge

Pertarungan sengit antara Nex dengan sosok itu berhasil membuat Kev tertarik. Namun, lelaki itu memilih melupakannya, karena yang ada dalam pikirannya hanyalah nyawa Asa. Walaupun Kev tahu burung itu tidak akan selamat karena pendarahan sekaligus kondisi yang tidak bisa dikatakan baik.

Di sisi lain, Nex masih dibuat kesulitan akan kemahiran bela diri dari sosok di depannya. Walau dirinya jauh lebih besar dan kuat. Namun, sosok ini jauh lebih gesit serta pintar dalam memilih langkahnya.

"Siapa kau?" tanya Nex kala keduanya berhadapan, manik cokelat itu berhadapan langsung dengan senyum miring sang bertudung.

"Tidak perlu kau ketahui siapa aku, Nex." Pria berbandan besar itu mengernyit, tidak pernah ia tahu tentang suara serta tubuh ramping sang lawan. Namun, Nex mencoba menebak jika lawannya bukanlah sosok laki-laki.

"Aku tidak memiliki urusan denganmu, gadis manis. Aku hanya membutuhkan lelaki lembek itu!" tegas Nex yang tidak ingin membuang waktu saat maniknya menangkap pergerakan lambat dari Kev yang mulai bangkit.

Gadis bertudung itu menghadang lawannya dengan senjata panjang yang selalu ia gunakan, menodongkan ujung runcing tersebut agar si lawan mundur. "Oke, kau berniat ikut campur."

"Biarkan kami pergi atau kau akan merasakan rasanya ditusuk hingga menembus bagian belakang tubuh," bisik si gadis kemudian. Nex menggeleng pelan, bersamaan dengan itu si gadis mendekatkan ujung tombaknya.

Tanda menyerah ia tunjukkan dengan hanya mengangkat tangan, kini Nex membiarkan sosok bertudung itu untuk membawa Kev pergi. "Aku akan berjumpa dengan kalian di lain waktu," ucap Nex disertai smirk, si gadis mengambil langkah untuk pergi.

"Pasti," lirihnya.

Sekarang barulah gadis itu menghampiri Kev, memberikan bantuan berupa uluran tangan. Lelaki bermanik kelabu itu hanya bisa tersenyum dan bangkit. "Terima kasih atas bantuanmu," ujarnya seraya mengendong Asa.

"Ah, kau belum meminta maaf karena meningalkanku?" Pertanyaan itu membuat kening Kev seketika berkerut, dirinya seakan bisa mengenali suara itu. Namun, ketika Kev hendak membuka suaranya kembali, sosok berjubah tersebut membuka tudung dari kepalanya, "Hallo, Kev."

Sungguh, Kev tidak pernah menyangka akan pertemuan kedua dengan sosok yang selama ini selalu ia khawatirkan. Dengan perasaan rindu yang ketara jelas dirinya memeluk erat gadis bermanik biru tersebut. "Lada."

Si gadis yang paham hanya mengangguk karena rasa cemasnya selama perjalanan panjang yang cukup mendebarkan. Mungkin rasanya lebih sulit karena harus berjuang melawan segala rintangan dengan sediri.

Kedua manusia itu saling berhadapan, Kev tidak bisa mengucapkan apapun kecuali rasa bahagia akan pertemuan mereka kembali. Bahkan Lada demikian, dirinya telah mengarungi sungai serta hutan dan tebing terjal hanya untuk menemukan Kev lagi.

"Aku pikir kita tidak pernah bertemu," lirih Kev.

Lada menggelengkan kepalanya, tidak menyetujui apa yang terungkap dalam ucapan si lelaki. "Kita tahu bagaimana takdir membawa diri kita," ucap si gadis disertai lekungan senyum indah. Dalam sekejap Kev terdiam, dirinya seakan pernah mendengar ucapan itu dari kilasan masa lalu.

"Baiklah, sekarang bungkus dia dan kita istirahatkan di tempat yang cukup aman." Lada memberikan sebuah kain, membukanya lebar dan menutupi hewan bersayap itu dengan penuh hati-hati, "Aku sangat berduka atas dirinya."

Dengan senyum paksa Kev mengangguk, mereka berdua berjalan menyusuri hutan kembali dengan Asa yang berada dalam gendongan Kev. Kini langkah keduanya mulai meninggalkan sosok Nex yang masih berdiri di tempatnya.

"Aku tidak akan membiarkan dirimu lolos."

Jauh dari jangkauan Nex lagi, kedua manusia itu kini masih mencari tempat yang sekiranya cocok dijadikan beristirahat. Perjalanan itu dilalui dengan keheningan di antara keduanya.

"Kev, maafkan aku pasal hari itu," ujar Lada di tengah perasaan gundahnya, "Sungguh, aku tidak bermaksud akan hal itu."

"Itu bukan masalah besar, lagi pula tidak sepenuhnya salah."

Lada menghentikan langkah. "Apa? Tidak sepenuhnya salah? Jadi sebagai kata itu benar?"

"Tidak, bukan itu maksudku. Aku berpikir semua hal yang kau katakan memang tidak sepenuhnya salah, ketika kau berkata perjalanan ini demi ibuku, itu memang benar." Penjelasan dari Kev dibalas anggukan samar oleh Lada.

"Kemudian?"

"Ya, sebagian lagi salah saat kau mengatakan aku tidak mempedulikan Tey," balas Kev.

Keduanya melanjutkan langkah yang sempat tertunda tadi. Lada juga membantu langkah Kev yang terlihat kesulitan sebab lukanya. Bahkan si gadis sempat prihatin dengan luka yang terus mengeluarkan darah itu.

"Kita berhenti di sini sebentar," ujar Lada. Dua manusia itu berdiri tepat di samping sebuah pohon besar dengan telaga kecil yang berada tak jauh dari tempatnya.

Setelah membantu Kev untuk duduk di sana, si gadis segera membuka tasnya, berharap menemukan apa pun yang bisa digunakan untuk mengobati luka Kev.

"Aku baik-baik saja, sungguh." Lada mengangkat kepalanya lagi, menatap manik kelabu itu dengan pandangan malas.

"Sungguh? Baik-baik saja? Lalu kenapa harus berjalan seperti itu?"

"Ya, itu hanya ...."

"Cukup, aku tidak ingin mendengar ucapan membosankan itu," potong Lada yang kini bangkit dari duduknya untuk berjalan pergi ke arah lain.

Dirinya menyibukkan diri dengan mengambil sebuah daun besar untuk wadah air dan beberapa dedaunan lain yang ia ketahui bisa menyembuhkan. Setelah cukup, kemudian barulah si gadis kembali mendudukkan diri di hadapan Kev.

"Aku akan membasuhnya," ujar Lada. Lelaki bermanik kelabu itu menggeleng pelan.

"Itu akan menyakitkan."

Lada yang mendengar itu berhenti sejenak dari kegiatannya. "Oh, dasar lembek!" sindir si gadis.

"Hei, itu ungkapan paling aku benci. Terutama dari pria itu!" Lada menggelengkan kepalanya seraya menunjukkan senyum tipis.

"Harus aku katakan jika dia memang benar," ungkap si gadis dengan nada bercanda. Kev menatap dengan malas, sesekali lelaki itu meringis kesakitan saat tangan Lada mulai bergerak mengobati lukanya.

"Aku tidak sepenuhnya lembek, lagi pula aku masih bisa hidup di luar sini tanpa siapa pun."

Tangannya kembali pada posisi semula, luka itu telah tertutup walaupun tidak sempurna. "Itu bentuk keberuntungan," ucap Lada.

"Keyakinan dan keberanian," imbuh lelaki bersurai hitam seraya menatap sosok yang masih ada di sebelahnya.

Lada mengikuti arah pandangannya. "Astaga, kita harus mengobatinya sebelum kehilangan nafas terakhir."

"Kita terlambat, Lada."

Si gadis menggeleng dan langsung mengambil beberapa kebutuhan pengobatan. Meracik apa pun yang menjadi keahliannya. "Mungkin ini bisa menyembuhkan lukanya."

Keheningan menyergap. Kedua insan itu masih dibuat cemas sekaligus berharap lebih agar Asa mampu bertahan. Memang luka itu terkesan dalam, tapi masih ada kemungkinan—walau kecil—untuk Asa kembali.

"Aku tidak bisa berharap lebih," gumam Kev yang terasa lebih sakit ketika melihat keadaan burung milik sosok yang menyelamatkannya.

"Kita biarkan dia istirahat, siapa tahu beberapa jam lagi ada kemungkinan untuknya." Gadis itu menepuk pundak Kev sebagai bentuk ungkapan semangat.

Tanpa berucap apa pun dirinya mulai bangkit, beranjak dari tempatnya duduknya dan berjalan ke arah telaga yang tidak terlalu besar. Namun, cukup menenangkan.

Si gadis menoleh kala kakinya hampir mendekati bagian tepi dari telaga yang menenangkan itu. "Baik-baik saja, huh?! Sekarang kemari lah tanpa bantuan ku," ujar Lada disertai tawa kecil.

Kev di tempatnya berada hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya, senyum yang jarang sekali terlihat lebar itu entah kenapa mulai kembali ia tunjukkan.

Melihat akan raut Kev yang hanya tersenyum membuat Lada ikut menunjukkan wajah bahagianya. Si gadis pun kembali ke tempat Kev berada dan membereskan sebagian peralatan serta isi dari tas yang ia bawa.

"Ayo, kita harus beranjak pergi sebelum petang tiba. Aku rasa beberapa kilometer lagi kita sampai," ucap si gadis sembari memasangkan kembali jubahnya.

"Aku mengetahui akan hal itu, dia bilang hanya tinggal menemui perbatasan antara hutan ini dengan Crylic," ungkap Kev.

"Dia? Siapa?" tanya Lada. Tangan si gadis terulur, membantu Kev untuk berdiri dengan sedikit kesusahan.

Pertanyaan dari Lada sempat terabaikan sebelum si gadis kembali menatap Kev dengan isyarat menuntut akan jawaban dari Kev. "Oh, itu. Aku mengenal seorang lelaki yang sangat baik dan ramah."

"Lelaki? Di tengah hutan seperti ini? Lalu ke mana dia?"

"Ya. Benar sekali, dia tinggal di sebuah rumah yang lebih dikatakan goa dengan pintu uniknya," Kev menghela nafas, "Sayangnya, dia menolak tawaranku untuk pergi ke Crylic bersama."

Lada mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bagaimana bisa kalian bertemu?"

"Entahlah, itu karena ulah Cacing Hijau yang terus-menerus mengejar ku, bahkan sampai terjatuh dari tebing."

Sejenak Lada dibuat terdiam, ia menatap Kev dengan penuh kebingungan. "Kev? Sungguh? Kau jatuh dari tebing setinggi itu?"

Raut bingung dari Lada itu hanya dibalas anggukan tidak bermakna dari si lelaki. "Itu aksi yang dapat berkesan, jika bukan karena hewan itu aku tidak akan melompat secara percuma."

"Bukankah itu menegangkan, Kev? Di kejar sosok mengerikan dari dalam tanah dan melompat turun bersamanya."

"Jujur saja, itu benar-benar bisa membuatku terasa menuju kematian."

Lada tertawa. "Lanjutkan bagaimana kisah mu tanpa diriku," ujar Lada sembari mengarahkan tombak di tangannya untuk menyingkirkan seekor ular terbang.

"Dia datang, entah dengan senjata apa, tapi aku pikir sebuah panah. Aku tidak melihatnya karena menutup mata," ujar Kev, "Yang pasti, ketika mata terbuka, hewan itu telah mati."

Sebagai pendengar yang baik, si gadis mengangguk dan mempersilahkan Kev untuk melanjutkan kembali kisahnya. "Aku pergi bersamanya, melewati semak belukar dan tiba di rumah yang aku ceritakan tadi."

"Oke, jadi siapa nama lelaki yang menyelamatkan nyawamu itu?"

"Aliferous, tapi dia lebih memilih dipanggil dengan nama Al. Mungkin karena namanya yang panjang," ucap Kev.

Lada menghentikan langkahnya, menatap Kev dengan raut yang sangat shock. "Al?"

"Ya," ujar Kev yang tidak mengerti akan reaksi tak terduga dari Lada.

Lain hal, gadis itu merasa sangat terkejut sekaligus bahagia saat mendengar nama yang ia kenal. "Kau ingat saat aku berkata ada seseorang yang membantuku dari serangan meteor itu?"

"Ingat."

"Tebak siapa orang itu? Dia orang yang sama, Kev. Aliferous, dia adalah sosok penyelamat dalam hidupku," terang Lada dengan senyum lebarnya yang menandakan kebahagiaan bahwa dirinya masih memiliki kesempatan bertemu dengan Al.

"Sungguh?" Namun, Kev mengerutkan kening, "Tapi, mengapa dia tidak menua sama sekali? Jikalau 10 tahun berlalu, seharusnya dia menjadi seorang pria dewasa atau bahkan kakek tua."

Lada tertawa kecil, tapi baru ia sadari akan keanehan itu di tengah tawanya. "Kau melihat dia di usia mudanya?"

Mereka melanjutkan langkah secara perlahan sekaligus bercerita kecil tentang sosok yang berhasil membuat siapa pun mengerutkan dahi, karena keanehan yang ada.

"Ya, dia seperti seusia diriku, atau bahkan seperti Tey. Segar, optimis dan memiliki jiwa muda yang baik."

"Aku rasa itu tidak mungkin, dia menolongku 10 tahun lalu, bahkan dia sempat mengatakan usianya yang ke-28 tahun ...."

"Mungkin memiliki ramuan penunda tua," potong Kev.

"Itu konyol! Tidak ada ...."

Kev mengangkat telunjuknya, mengisyaratkan Lada untuk diam sejenak. "Hentikan tentang dia, Lada. Karena kita memiliki sesuatu yang lebih menarik darinya," ujar Kev.

"Apa?" tanya si gadis. Karena tidak ada jawaban, si gadis mengikuti arah pandangan Kev, menatap sebuah jembatan dengan lebar yang sangat tidak terduga.

"Kev ...?" Mulut itu seakan terbungkam, tidak ada ucapan apapun yang bisa tersampaikan ketika melihat sesuatu yang tersuguh di depan mereka.

Tidak hanya Lada, Kev yang dalam keadaan terluka seketika melenyapkan rasa sakit itu dengan tatapan yang terpaku. "Aku tdiak pernah menyangka," lirihnya.

Lada mengangguk, tersenyum penuh arti dan menoleh menatap sosok di sampingnya. "Kita mencapainya. Kita berhasil, Kev."

"Ya, kita memang telah sampai."

Kedua manusia dengan perasaan tidak menentu tersebut mulai berjalan kembali. Mereka melewati jembatan berlapis tumbuhan yang lebarnya kira-kira 18 meter dengan panjang 250 meter tersebut.

Tidak ada yang bisa mendeskripsikan apa yang ada dalam benak Kev saat ini. Dirinya tidak pernah menyangka akan perjuangan bertahan hidup demi mencapai kebebasan sekaligus bertemu dengan satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Begitu pula dengan Lada, gadis itu memang tidak memiliki siapa pun di Crylic. Namun, setidaknya ada rumah baru untuk dirinya menetap dan ... membangun keluarga.

~

|| Pertemuan atau justru perpisahan? ||

ARCANE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top