26R : Run Away

"Good die day."

Sebuah benda runcing nan panjang melesat jauh dan menancap tepat di samping lelaki yang hendak meninggalkan tempatnya. "Shit! Apa-apaan?!" umpat Kev karena terkejut. Lelaki bermanik kelabu itu dengan tatapan tajam menoleh ke arah sumber dari senjata. Tetap saja benda itu berasal dari rival utamanya.

Pria berbadan kekar itu kembali muncul dengan tampang tanpa dosa. "Kita lihat untuk siapa ucapan itu," ujar Nex yang sempat mendengar apa yang dikatakan Kev tentang 'Good die day'.

"Bagaimana dia masih hidup," gumam Kev yang diselimuti perasaan aneh. Kev tidak pernah menyangka jika pria itu mampu membunuh kelabang purba hanya dengan bermodalkan senjata crossbow.

"Pikirmu aku akan mati di tangan hewan raksasa itu?" Senyum sombongnya ia perlihatkan. "Tidak akan."

Kev memandang kesal sosok Nex dengan sifat sombong serta narsistik-nya. "Apa tujuanmu datang kemari?" tanyanya kemudian.

"Aku ingin area duel yang nyata," ucap Nex lengkap dengan senyum miring yang selalu membuat Kev membencinya.

Helaan napas terdengar dari mulut Kev, lelaki bermanik kelabu itu hanya memandang malas sosok yang kira-kira 3 meter dari tempatnya berada. "Jika pun aku jadi dirimu, aku tidak akan pernah repot-repot menyusul hingga tempat seperti ini," ungkap Kev.

Nex tertawa sarkas. "Aku bukan dirimu, jika diingat pun kau hanya lelaki bodoh tanpa kekuatan."

Mendengar hal itu, Kev menyipitkan mata kesal. Karena hanya ingin membuktikan bahwa dirinya bisa, Kev pada akhirnya mengenggam erat belati di tangan kanannya serta mengambil pisau lain dari tas cokelatnya. "Mari kita lihat sekarang," ujar Kev seraya melemparkan tasnya ke sisi lain.

Nex yang merasa berhasil menyulut emosi musuhnya pun mulai menyiapkan posisi terbaik untuk mengalahkan sosok Kev yang sekian lama ia tetapkan sebagai rivalnya. Begitu pula dengan Kev yang kini menyiapkan dua belati di masing-masing tangannya.

"Aku selalu menunggu saat ini," gumam Nex. Pria itu mengambil anak panahnya, menyiapkan persenjataan dan siap membidik sang lawan yang kini justru berlari ke arah dirinya.

Lelaki bermanik kelabu itu mempererat tangannya, berlari sekuat tenaga dan menghindar kala anak panah milik Nex mulai melesat bebas segaris lurus dengan kepalanya. Kev berhadapan langsung dengannya, memainkan kedua belati di tangannya dan terus menyerang Nex tanpa ampun.

Nex tidak hanya diam, tangannya terus mengambil anak panah, kaki ia gerakkan menjauh dan menghindar dari serangan bruntal Kev. Namun, mungkin untuk kali ini saja pria itu harus melupakan senjata jarak jauh miliknya dan melawan Kev dengan tangan kosong, mengandalkan tinjuan mautnya.

Pria berbadan besar itu tertawa. "Hutan memberimu pelajaran bela diri, Lembek?"

"Diamlah, sialan!"

Tangannya berayun menggerakkan kedua belati, mencoba menggoreskan benda tajam itu ke kanan dan kiri dengan lebih cepat. Berharap jika dirinya mampu mengukir goresan di tubuh sang lawan.

Namun, jika dipikirkan lagi, Nex lebih pintar dalam menangkis setiap gerakan Kev. Pria itu bahkan lebih gesit dan mudah menebak apa saja yang akan dilakukan lawan kecilnya.

"Ahhh ...." erang Kev. Tubuhnya harus terjatuh untuk kesekian kali di hadapan Nex. Lelaki dengan rambut hitam itu seketika melotot kaget ketika lawannya mengangkat tinggi-tinggi senjata crossbow tersebut dan hendak memukulkan pada dirinya. "Tunggu, tunggu, apa yang kau lakukan?!"

Kev menghindar sejauh mungkin. Nex pun mulai menunjukkan kemampuannya, dirinya mengisikan kembali senjatanya dengan anak panah berujung runcing yang mengkilap tertimpa sinar matahari.

"Kematianmu ditakdirkan di tanganku," ujarnya.

Tidak mempedulikan celotehan memuakkan dari Nex, Kev hanya akan fokus pada perlindungan diri, dirinya pun segera bangkit dari aksi guling-guling itu. Namun, sayangnya Kev harus merasakan sesuatu yang berhasil menggores telinganya hanya dalam hitungan detik.

"Ah ...." Lelaki itu menyentuh bagian yang mengeluarkan darah, tatapan tajam kini tertuju langsung pada sosok lawan utamanya.

"Itu baru pemula, Lembek." Nex telah siap dengan senjatanya, diarahkannya benda itu, membidik bagian paling pas dan siap melepaskan anak panah kembali.

Sekarang kecepatan dibutuhkan Kev, lelaki itu melesat ke sana kemari guna menghindar dari sekumpulan serangan anak panah berukuran 35 cm itu. Kev melesat jauh, menunjukkan perlawanan dengan melayangkan pukulan keras di kaki Nex dan berhasil menggoreskan belati yang ia bawa.

Tanpa sadar lengan Nex memunculkan bekas luka gores yang panjangnya kira-kira satu jengkal. Senyum di wajah Kev terlihat jelas karena berhasil membuat satu luka membekas di salah satu bagian tubuh lawannya.

"Oh, ayolah! Kau melakukanya dengan curang, Lembek!" gerutu Nex disertai tawanya.

Kev mengerutkan keningnya. "Tidak ada yang curang selama itu menyakiti musuhmu, Nex."

"Enyahlah!" Nex mengambil kembali anak panahnya, menutup satu mata untuk membidik lawan yang masih berusaha menghindar.

Entah karena apa, malang nasib Kev karena harus menerima rasa sakit akibat anak panah yang menancap persis di pahanya. Kev membulatkan matanya, tangan kanan itu bergetar untuk mengambil benda yang kini menjadi hal utama akan rasa sakit.

Tubuhnya perlahan merosot, kemudian mendudukkan diri di samping pohon besar. Lelaki itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang, kecuali mencoba melepaskan benda yang masih menancap di pahanya itu.

"Oh, Lembek! Itu masih awal dan kau kesulitan untuk melepaskannya?" Tawanya terdengar. "Aku sangat prihatin akan kondisimu."

Nex mulai melangkah, mendekati lelaki bermanik kelabu yang masih menahan rasa sakit setelah anak panah itu berhasil ia cabut.

Sepatu yang ia pijakkan di atas tanah itu terdengar samar-samar, senyum miring sebagai bentuk tanpa belas kasih selalu ia tunjukkan, berharap agar orang-orang di sekitarnya mampu tunduk dan takut hanya padanya. "Sayangnya, aku tidak boleh membunuhmu untuk saat ini," ucap pria itu tepat di depan Kev.

"Kau di bawah perintah James, hah?" tanya Kev di tengah kondisinya. Tanpa disadari Nex, tangan lelaki itu telah bergerak menarik belati yang ada di sebelahnya, siap-siap untuk ia gunakan menumbangkan si musuh.

"Aku tidak bekerja untuk pria bodoh itu! Bahkan dia lebih bodoh dari yang aku kira," ungkap Nex.

"Jadi kau mesin dari wanita kejam itu?" tanya lelaki berambut hitam. Kev mencoba membuat sosok yang tengah melipat kedua lututnya itu untuk tetap bicara, agar jikalau ada kesempatan ia mampu menyerang balik, walau itu hanya kemungkinan kecil.

"Walau bagaimanapun yang dia berikan lebih menjajikan, terlebih aku sangat membenci orang yang menjadi incarannya," jelas pria bertubuh besar dan kekar itu.

Kev sudah menebak, itu benar. Gya telah menemukan posisinya dan mungkin saja dia dengan mudah akan membawanya kembali ke Haunelle dengan bantuan pria di depannya ini.

Pria dengan rambut yang hampir hilang itu mengalihkan pandangan, tidak ada jawaban dari mulutnya kecuali tetap dengan raut wajah membosankan. Nex tampak mengambil sesuatu dari sakunya. "Cukup omong kosong tak bermakna, sekarang kau harus menemui ajalmu, Lembek!" Ia mendekatkan diri untuk mengikat Kev yang saat itu sudah bersiap dengan belatinya.

Tanpa pikir panjang, Kev yang telah bersiap pun menancapkan belati itu dengan kekuatan serta emosinya.

"Ah! Sial!"

Kev menyeret tubuhnya untuk mudur secara perlahan, belati miliknya itu ia biarkan menancap di bagian perut Nex. Kini dirinya berusaha bangkit, menutup luka yang terus mengeluarkan darah dan mengambil tas seraya berjalan sempoyongan.

Di sisi Nex, pria berbandan besar itu hanya meringis kesakitan, sampai akhirnya benda tajam nan runcing tersebut ia cabut secara kasar. Erangan kesakitan ia keluarkan, kini saatnya pria itu membalaskan lukanya dengan membawa belati tersebut sembari berjalan mencari sosok Kev yang termakan pepohonan serta rumput-rumput panjang.

"Lembek!" Kakinya terus melangkah, menyibakkan rerumputan yang menghalangi dengan kasar. Tangan kanannya mengenggam erat belati itu, sedang tangan kiri membawa crossbow. Bahkan luka yang terus mengeluarkan darah itu ia biarkan begitu saja tanpa penutup satu pun.

"Jangan lari dariku!" teriak Nex, "Kematianmu tetap berada di tanganku, Lembek!"

Kev yang saat ini memilih hanya bersembunyi dibuat cemas karena ketidakmampuannya untuk berlari kencang, terlebih hal yang mengancam adalah senjata jarak jauh milik Nex. "Sial!" umpatnya kala rumput di sekitarnya mulai bergerak serta suara derap langkah yang terasa memberat.

Merasa posisinya tidak aman lagi, lelaki bermanik kelabu itu segera bergeser perlahan, berjalan sempoyongan akibat lukanya dan sesekali menatap ke belakang untuk memastikan Nex tidak melihatnya.

"Jangan kabur kau, sialan!"

Jantung Kev rasanya berhenti sejenak saat suara berat itu seakan tertuju padanya. Ia menoleh, dan benar saja dugaan Kev bahwa Nex benar-benar melihat ke arahnya.

"Sial! Sial! Sial!" Dengan kondisi berjalan yang tidak stabil, lelaki bermanik kelabu itu berusaha melarikan diri dari pria yang bisa disebut sebagai monster dengan kedua senjata berbahaya. Bisa dirasa Nex lebih mirip psikopat pemburu kanibal, bayangkan saja.

Pelarian menegangkan itu terasa lebih mencekam ketika Nex masih memiliki tenaga untuk mengejar Kev. Bahkan pria itu sesekali menembakkan anak panahnya ke arah Kev yang tertatih-tatih.

"Lebih baik mati di tanganku daripada wanita itu."

Kev menghentikkan langkah itu ketika maniknya menangkap sosok Asa yang berada tak jauh dari tempatnya berada. "Syukurlah kau masih hidup," lirihnya.

Kepala kembali menoleh, melihat Nex yang kini bersiap meluncurkan kembali anak panah itu. "Pria itu!" kesalnya yang kini kembali berlari semampu yang ia bisa. Namun, langkahnya yang terkesan berat itu mulai melambat ketika rasa sakitnya bertambah.

Kev yang tidak sanggup lagi memilih berhenti dibalik pohon besar yang ia harap bisa menyembunyikan tubuhnya dari kejaran Nex. Napasnya ia stabilkan, kemudian tangannya yang masih bergetar mengambil belati satunya untuk berjaga-jaga jikalau Nex berhasil menemukannya.

Detik-detik menengangkan itu ia lalui dalam keheningan, Kev seolah tidak merasakan kehadiran Nex di sekitarnya. Namun, hal inilah yang semakin membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Lelaki bermanik kelabu itu menatap sekitar, menoleh ke kanan dan kiri, hingga sesuatu terasa janggal dari bagian kanannya. "Kau tidak bisa pergi dari maut, Lembek. Sejauh apa pun kau mencobanya," ucap Nex yang tengah menodongkan senjatanya.

Kev menatap tak percaya akan apa yang ada di depannya. Dengan keadaan yang terpojokkan lelaki itu akhirnya memilih pasrah. "Oke, maafkan aku."

Tawa Nex terdengar sangat jelas, menandakan jika pria itu benar-benar tidak mengerti lagi akan apa yang ada di pikiran Kev. "Manusia selalu bodoh untuk meminta maaf di ujung kematian," ujarnya.

Mendengar hal itu Kev menendang kaki Nex dengan sekuat tenaga, kemudian dirinya segera bangkit walau dengan susah payah. Nex yang tidak terima karena mangsanya melarikan diri pun mulai mengangkat crossbow nya dan mengarahkan tepat pada tubuh Kev.

Nex tersenyum penuh arti. Anak panah itu melesat jauh, membelah jalur angin dan menuju sasaran yang ada di depannya.

Hening.

Kev membulatkan mata kala benda itu tepat mengenai sosok yang tidak pernah ia kira. Dengan perasaan kacau lelaki bermanik abu itu berlari, mendekati sosok burung yang selalu menemaninya, mencoba memeluk erat Asa dalam keadaan terluka dan meneteskan air mata paling dalam.

"Tidak, tidak. Jangan tinggalkan aku, Asa." Kev menyentuh tubuhnya yang dalam keadaan sekarat, bahkan tangan itu kembali bergetar saat melihat kondisi mengenaskan dari hewan yang telah ia anggap sebagai teman, bahkan sahabat.

Asa bahkan seolah merasakan sakit itu, matanya berair, entah itu hanya perasaan Kev atau memang benar. "Tolong, untuk saat ini saja," lirihnya disertai permintaan paling dalam.

Tanpa sadar, Nex yang ada di belakang sana telah siap dengan panah yang siap ia luncurkan. Mungkin dalam hitungan ketiga pria itu bisa saja membunuh Kev jika bukan seseorang menahannya secara tiba-tiba. Orang misterius itu menurunkan senjata Nex, kepalanya menggeleng untuk memberikan kode. "Jangan."

"Jangan ikut campur!"

"Kau mencuri sesuatu berharga dari hidupku," ucapnya dengan tajam. Nex seketika mengerutkan kening tidak mengerti dan mendorong keras sosok misterius tersebut.

Bukannya menyerah, orang itu justru menarik tangan Nex dan memutarnya hingga si pria berteriak kesakitan. Hal ini juga yang berhasil menarik perhatian Kev untuk menoleh, melihat siapa yang ada di sana. Namun, rasa penasarannya terhalang oleh tudung yang dipakai orang tak dikenal itu.

"Siapa kau?"

~

|| Siapa yang kuat? Dia yang bisa menaklukkan rasa takutnya. ||

ARCANE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top