24E : Ever Come

Beberapa pepohonan seperti biasa ia temui, melewati rindangnya pohon dan semakin menjauh dari letak rumah Al berada. Kev sebenarnya tidak pernah menyangka tentang keberadaan manusia yang tidak terlalu ia kenal itu, bahkan Kev merasa ada sesuatu yang aneh tentang Al.

Bagaimana tidak? Ada seorang manusia tinggal di tengah-tengah hutan? Terlebih lelaki itu tidak memiliki informasi yang jelas, dari mana asalnya pun Al menyembunyikannya. Yang aneh lagi adalah kenapa Al bisa bertahan di sana tanpa bantuan apa pun, ikut bersamanya adalah sebuah pertolongan kecil untuk memulai hidup normal.

"Lupakan!" kesalnya sembari menggeleng tidak jelas. Kini Kev harus benar-benar fokus pada tujuannya mencapai Crylic, agar ia bisa dengan segera menemukan bantuan untuk menemukan Lada sekaligus bertemu dengan wanita yang ia labeli sebagai ibunya.

"Asa, bagaimana kau bisa kembali pada tuanmu?" tanya Kev kemudian. Keheningan di siang itu membuat si lelaki sadar akan tindakan bodohnya. "Apa kau makhluk jadi-jadian?"

Kev kembali menggeleng, mencoba menghilangkan pikiran aneh yang selalu menguasai otaknya. "Apa yang aku bicarakan?!" 

Kemudian langkahnya yang santai itu terus berlanjut, menyisakan jejak kaki dari sepatunya dan aroma khas yang selalu ia hasilkan. Kev mungkin harus bersyukur karena cuaca siang ini cukup mendukung, terlebih ada teman baru yang bisa menjaga sekaligus memberikan tanda kepadanya.

"Aku lupa menanyakan informasi di tanah ini," ujar Kev seraya menepuk kepalanya dengan sedikit kesal. Mengapa hal semacam ini selalu ia lewatkan, harusnya tentang monster serta apa saja yang ada di depan sana harus ia tanyakan dahulu.

Lelaki berambut hitam itu pun menghentikan langkahnya untuk sekadar melihat kompas serta petanya yang sebagian telah rusak. Helaan napas terdengar dari mulutnya, arah timur masih berada di depan sana, untuk sampai ke Crylic membutuhkan waktu yang cukup lama. Ia harus melewati Craven terlebih dahulu dan jembatan penghubung.

"Craven dan Amory, aku dengar banyak para mutan ingin tinggal di sana," gumam lelaki bermanik kelabu itu, ia melanjutkan langkahnya yang terhenti dan menatap ke arah Asa yang terbang di belakangnya.

Perasaan Kev lebih tenang dari sebelumnya, perjalanan panjang yang selalu ia lewati memiliki hawa tersendiri. Namun, kali ini ada perbedaan yang lebih baik ketika tempat jalan yang dilalui Kev terkesan lebih mulus, rapi dan juga indah di pandang. Bagaimana tidak, karena jalanan itu termasuk bekas jalanan beraspal yang kini tertutup pohon dan rumput liar.

Kev tidak menampik fakta mengerikan tentang hewan seperti Cacing Gila, tapi untuk pemandangan kali ini saja ia sangat menganguminya.

Di sebuah tempat yang indahnya tidak pernah ia bayangkan, Kev dengan manik kelabu yang berbinar itu menghentikan langkah kembali hanya untuk melihat keaslian yang ia pandang. Dengan perlahan, lelaki itu mendekati area air terjun yang dikelilingi pepohonan berwarna hijau dengan batangnya yang kokoh. 

"Mengapa aku merasakah pernah mengunjunginya?"

Kev menatap sekitarnya yang terkesan menarik, mulai dari jembatan beton dengan ketinggian di atas sana serta pilar-pilar besar yang sebagian sisinya telah dimakan tanaman rambat. "Apakah ini bekas istana? Atau museum? Atau ... sebuah tempat suci?"

"Apa pun itu, tempat ini benar-benar menakjubkan." Kev memilih mendekati area tepian danau dengan perlahan, ia hanya sekadar memandanginya. Bagaimana lagi? Memotret pun dirinya tidak memiliki kamera. Melukis? Ah, dirinya tidak memiliki kanvas maupun kertas.

Senyumnya memenuhi kebahagiaan di siang itu. "Yang pasti, aku memiliki kamera yang tidak akan pernah rusak jika bukan karena kematian," gumam si lelaki.

Beberapa menit Kev habiskan untuk berdiam di atas bebatuan di pinggir danau, pikirannya ia biarkan mengelana jauh walau hanya satu pasti yang ada di dalam otaknya, tentang bagaimana akhir kisahnya dan bagaimana keadaan wilayah yang akan didatangi Kev nanti.

"Cukup sudah." Lelaki itu bangkit. "Asa, aku tahu kau telah menghabiskan banyak ikan," lanjutnya saat burung itu hendak memangsa beberapa ikan hasil tangkapan mereka.

Kev mengangkat tangan, meniru apa yang dilakukan Al. "Ayo!" serunya bersamaan dengan Asa yang terbang ke arahnya. "Kerja bagus teman kecil."

Tas cokelat itu kembali ia angkat, menyampirkannya di kedua pundak dan mmenetapkan tujuan kembali. Langkah demi langkah diambil Kev, melewati jalanan yang tercipta dan bertemu dengan para hewan aneh lainnya.

Entah mengapa manik Kev secara tidak sengaja menangkap hal aneh dari sisi kirinya. "Apa itu?" tanya si lelaki sembari melihat sesosok hewan berbentuk bulat-bulat yang lebih mirip gelembung dengan keadaan menyatu.

"Aku yakin inilah Bubblefes," ucap Kev kemudian, tangan kanan itu meraih ranting pohon yang ada di sekitarnya untuk ia pergunakan menyentuh hewan berwarna magenta tersebut. "Kau Bubblefes?"

Suara yang mirip seperti tikus itu membuat Kev mengernyit aneh. "Sebenarnya hewan apa kau ini? Lihat, rupa yang sangat mirip gelembung dengan suara tikus, kau mutasi dari apa?"

Pertanyaan-pertanyaan aneh selalu hinggap di kepalanya, rasa penasaran itu lebih mendominasi dibanding rasa takutnya. Hanya membutuhkan beberapa menit untuk Kev mengamatinya, berharap jika suatu hari ini dirinya bisa meneliti lebih lanjut sosok apa mereka ini.

Kelanjutan langkahnya mendadak terhentikan dengan hadirnya ular berukuran raksasa yang melewatinya begitu saja. Napasnya sempat tercekat, tubuh membeku di tempat dengan manik yang terus mengamati pergerakan lambat dari hewan melata itu. "Apa?! Apakah dia saudara Titanoboa?"

Kev mungkin harus lebih bersyukur karena hewan besar itu tidak mencium bau atau keberadaannya, atau jangan-jangan hewan itu memang masih kenyang menyantap sesuatu yang lain? Entahlah, Kev tidak akan peduli.

Spesies yang dikabarkan telah punah berjuta-juta tahun, bahkan milliaran tahun lalu, Kev bisa dengan jelas melihatnya di masa sekarang. Banyak sekali hewan aneh sekaligus menakjubkan di area Frenilic. 

Sejenis hewan mamalia seperti Solenodon bisa dijumpainya dengan leluasa. Bahkan hewan yang telah dikatakan langka seperti orang utan pun sekarang masih bisa bergelantung bebas di atas sana bersama kawan-kawannya.

Kev memiliki perasaan lebih ketika melihat mereka, benaknya terdalam selalu ingin menjauhkan hewan-hewan tanpa dosa ini dari manusia yang tidak bertanggung jawab. Namun, sisi lainnya adalah hewan yang memiliki dendam seperti para mutasi kelajengking serta laba-laba juga menjadi ancaman akan kepunahan manusia.

"Sebuah pilihan yang memberatkan, kan?"

Melupakan itu untuk sejenak, ia kembali menggerakkan kakinya, meninggalkan tatapan penuh kewaspadaan dari para hewan yang berada di sana. Mengerikan memang jika salah satu dari mereka menyerukan alarm tanda bahaya, otomatis Kev dalam sekejap bisa menjadi tulang bahkan tanpa menyisakan apa pun.

Sekian lama lelaki itu berjalan, dirinya kini mencapai setengah dari jalan menuju perbatasan. Kev harap tidak ada satu pun penjaga yang menahannya memasuki kota selanjutya. Pekiraan positif tersebut terpaksa terkubur akan kenyataan yang ada. Karena dengan siapnya, sosok tanpa ia duga telah melingkar penuh kenyamanan di depan sana.

"Siapa kau?" bisiknya dengan raut yang tidak bisa terungkapkan lagi. Perlahan kakinya ia geraknya, menahan suara kasar yang kapan saja tertimbul dan memasuki sebagian wilayah yang telah dihuni para hewan berwarna merah dengan ukuran yang bisa dibandingkan dengan bus.

"Oh, shit!"

~

Note

Titanoboa cerrejonensis, ular raksasa yang bisa tumbuh hingga 12,8-14,3 meter dengan berat sekitar 1,25 ton.

Solenodon adalah mamalia berbisa. Spesies nokturnal yang penggali lubang ini terancam punah dan sering disebut "fosil hidup". Solenodon telah hidup di planet ini hampir tidak berubah selama 76 juta tahun. Solenodon mempertahankan sebagian besar fitur mamalia primitif yang dimiliki nenek moyangnya dari zaman prasejarah.

[[ sumber idntimes ]]

***

|| "Jangan terlalu banyak teori karena satu ons aksi harganya sama dengan satu ton teori." ||

ARCANE






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top