11N : North
Mungkin ikan hasil tangkapan Asa cukup mengenyangkan keduanya. Namun, masalah tidak akan pernah selesai, bahkan ketika Kev baru saja tertidur beberapa menit. Rasa sakit di kakinya mulai terasa, bekas dari gigitan lintah itu terasa perih dan menyiksa.
Terpaksa ia harus bangun, mengecek kembali keadaan sekitar dan membungkus kaki itu dengan kain-kain yang ia sobek dari bajunya. "Benar-benar menyiksa," gumamnya.
Keadaan di luar belum benar-benar sempurna untuknya memulai perjalanan kembali, udara masih terasa sangat dingin dan menusuk. Bahkan hewan-hewan malam belum sepenuhnya kembali tidur.
Namun, karena tidak lagi bisa beristirahat dengan tenang dan damai. Kev akhirnya mengemasi barangnya, mematikan perapian di sebelahnya dan mengamati keadaan sekitar untuk mencari sesosok hewan bersayap yang sampai saat ini belum juga menampakkan dirinya. "Asa!"
Takut sesuatu terjadi, lelaki itu memilih segera menyusuri kembali alam sekitarnya untuk mencari keberadaan burung elang yang entah bagaimana bisa sangat menurut akan perintahnya.
Beberapa wilayah tergelap ia lewati, menyibakkan rumput panjang yang menghalangi dan terus memanggil nama hewan yang berhasil membuatnya khawatir. Kev akhirnya menghentikan pencariannya saat sesuatu terlintas di benaknya.
"Bahkan Asa meninggalkan diriku."
Tidak lelah dengan pencarian, Kev memilih terus mengikuti kompasnya dengan terus meneriaki nama milik si elang. Barangkali ia bisa menemukan Asa yang telah menemukan jalan baru.
Jalanan utara yang kini di lewati Kev memiliki suhu udara lebih dingin dan sebagian besar diselimuti oleh kabut tebal yang katanya banyak dihuni oleh hewan-hewan besar dengan rupa yang aneh, semacam gabungan antar beberapa hewan berbahaya.
Belum juga ada yang mengatakan bahwa wilayah utara yakni perbatasan antara hutan Westnelle dan Kota Crylic dijaga oleh seekor hewan mutan yang sering disebut sebut sebagai pembawa kematian. Tidak ada yang pernah bisa mengalahkan sosok ini kecuali seorang petualang yang tidak pernah diketahui namanya.
Kev sendiri pun tidak memiliki informasi luas, bahkan James hanya sempat memberikan satu informasi bahwa tempat itu sangat berbahaya. Sedangkan Reo? Bahkan Kev tidak mendapatkan informasi apapun dari lelaki itu.
Bagaimana cara Kev bertahan dan bagaimana ia melewatinya, itu hanya tergantung keberanian dan keyakinan kuat untuk bertemu sang ibu.
Kev menghentikan langkahnya saat area yang ia lewati mulai menunjukkan tanda-tanda penuh kewaspadaan. Di setiap bagian kanan dan kirinya tersebar beberapa telur berukuran besar yang ditata dengan cukup rapi. Dan barulah Kev menyadari jika induk dari si telur tidur dengan pulasnya, itu keuntungan untuknya.
Sebisa mungkin lelaki itu memelankan langkahnya, berharap jika kadal berukuran besar itu tetap dalam mimpi indahnya. Namun, manik kelabu itu terbuka lebar kala sesosok objek di depannya bergerak, mengerang dengan suara berat dan menampakkan wujudnya yang hitam mengkilap walaupun di tengah keadaan yang sedikit berkabut.
Bukan, Kev tahu itu bukan induk dari si telur, dalam kata lain hewan itu bukan kadal. Kev mempertajam penglihatannya, hewan itu mirip kalajengking. Saat itu Kev baru sadar bahwa hewan itu tengah menyantap para telur-telur si kadal.
"Pembunuh," gumamnya sembari terus berjalan dengan langkah penuh perhitungan, ia tidak ingin menganggu perkelahian mereka nanti.
Langkah panjang Kev terpaksa harus mengeluarkan suara ketika tanpa sengaja menginjak ranting pohon. "Ah, sudahlah."
Helaan nafasnya terdengar amat sangat putus asa, Kev menoleh untuk memastikan jika hewan itu benar-benar memiliki indera pendengar yang sangat kuat. Kalajengking berukuran besar itu melihat ke arahnya dan mulai mendekat dengan perlahan.
Semakin keduanya dekat, Kev memilih melangkah mundur secara perlahan, menghindari sosok menyeramkan yang biasanya menjaga gurun pasir tersebut. "Aku mohon." Entah karena takut atau apa, suara itu bahkan hampir tidak terdengar sama sekali.
Tangan kanan Kev mulai bergerak mengambil senjatanya saat ekor beracun itu mulai terangkat. Perlahan tapi pasti, ia mengarahkan senapan itu tepat di depan sosok di depannya. "Aku tidak ingin melukaimu ... sebenarnya."
"ARRGGG ...!"
"Shit!" Tubuh itu terlempar kembali hinggap menghantam beberapa telur di sana, tentu saja dengan terpentalnya Kev membuat si induk kadal akhirnya terbangun dari tidur pulasnya.
Lelaki bersurai hitam itu merasakan tubuhnya yang benar-benar remuk dan sakit. Kala itu pikirannya berputar tentang masa lalunya kembali, saat-saat dirinya masih kecil dan saat dirinya menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.
Dan Kev selalu ingat kalimat itu. "Ayo, kau pasti bisa!" Kalimat terakhir yang ia dapatkan dari ibunya, kalimat terakhir yang dari bencana yang sesungguhnya.
Bersamaan dengan kalimat itu yang terus berputar, ia pun membuka mata kembali, baranjak dari tempatnya dan segera mengambil senapan yang terlempar jauh dari tempatnya berada.
Perebutan senjata sempat terjadi saat kalajengking itu kembali mengamuk dan menghancurkan sekitar dengan ekornya yang mengerikan itu. Tidak hanya si kalajengking, induk kadal pun ikut marah dan berkali-kali menyerang hewan jahat itu.
Ketiganya berakhir dengan pertempuran sengit. Kev berusaha membantu si induk kadal untuk memojokkan sang kalajengking, tapi hewan buas tetaplah sama, kadal itu tidak pandang bulu dan tetap saja menyingkirkan Kev dengan ekornya.
Walaupun sebenarnya ia tahu ini tidak berguna, Kev berusaha membantu dengan terus menyerang kalajengking raksasa itu. Karena kubunya sekarang adalah induk kadal.
"Yey!"
Kev terpelanting jatuh ke bagian lain, kadal itu pelakunya. Entah mengapa kadal itu enggan menerima pertolongannya, mengingat betapa terlukanya si kadal karena ulah kalajengking.
"Ah! Tidak ada waktu untuk kalian," ujar Kev yang sadar jika dirinya harus segera memanfaatkan waktu ini untuk pergi. Kev segera berlari dari lingkaran kematian itu dan kembali mencari Asa, walaupun ia tahu jika itu mustahil.
Kev bisa merasakan hawa berbeda di bagian ini, hutan yang biasa ia lewati tidak segelap ini. Bahkan di sini dengan sangat jelas Kev bisa melihat tulang-tulang hewan yang berserakan dan beberapa daging mereka yang membusuk disertai belatung-belatung yang mengerumuninya.
Tidak ingin memikirkan hal negatif lainnya, Kev terus berjalan tanpa henti dengan perasaan sedikit takut. Bagaimana tidak takut jika tanpa disangka-sangka seekor ular besar dengan panjang hampir melebihi bus pariwisata melewatinya begitu saja dengan sangat santai.
"Ya, silakan lewat saja."
Tidak hanya itu di tempat lain pun, Kev menemukan beberapa hewan yang dahulunya menguasai hutan kini tergeletak begitu saja dengan kondisi mengenaskan. "Dunia benar-benar berubah sekarang," ucapnya dengan nada raut penuh kesedihan.
Rasa-rasanya Kev harus kembali bertemu dengan sosok yang telah ia hindari beberapa jam lalu. "Aku bisa tebak jika induk kadal itu telah mati," gumamnya. Lelaki bermanik kelabu itu menyiapkan posisinya, begitu pula dengan si kalajengking berkulit mengkilap itu.
"ARRGGG ...!"
Keduanya sama-sama berlari, Kev dengan siap menembakkan beberapa pelurunya dan menghindar. Ada saat di mana lelaki itu harus kehabisan pelurunya dan mengisinya di tengah rasa panik dan menegangkan yang ia rasakan. "Mengapa kau sangat sulit dibunuh?"
Tembakkan berkali-kali ia lotarkan, tapi tidak ada perkembangan apapun yang ia dapatkan. Kev mengetahui satu hal yang sangat keliru, bukankah kulit dari kalajengking itu sangat keras, dan kemungkinan besar itu membunuhnya harus menggunakan senjata tajam, bukan peluru.
Kev mengeluarkan pisaunya yang sangat berbeda jauh dengan ukuran hewan di depan sana. "Bahkah hanya setengah dari kaki kecilnya?" Kev memutar otaknya kembali, akan lebih baik jika ia bisa menembus kulit itu dan menusuk bagian dalam dari si kalajengking.
"Tombak?" Lelaki itu mengamati sekitarnya untuk menemukan sesuatu yang bisa ia kaitkan dengan sang pisau, hingga manik kelabu itu berhasil menangkap sebuah kayu yang cukup panjang.
"ARRGGG ...!" Ekor itu kembali melemparkannya, menjauhkan Kev dengan kayu incarannya yang semakin jauh dan sulit tergapai.
Untuk saat ini Kev hanya bisa menghindar dan menghindar agar bisa mencapai kembali kayu itu. Di titik tertentu Kev yang berhasil lolos segera berlari mencari tempat untuknya bersembunyi, merancang senjata buatannya dan menunggu waktu yang tepat untuk membunuh sosok mengerikan itu.
Nafas itu seakan tercekat saat suara erangan yang menjadi teror dalam mimpinya terdengar sangat dalam. Keringat dingin mulai menetes, menandakan ketakutan terbesar dalam hidupnya. Suasana mendadak hening kala ekor tajam itu mulai mencari celah keberadaan Kev. Hanya berbatas batu saja, nyawa Kev bisa menghilang detik itu juga.
Posisi penuh kengerian itu perlahan pudar saat si kalajengking mulai mengalihkan sasaranya, Kev menghembuskan nafas lega dan segera mengikat kedua benda itu menggunakan bekas ikatan di kakinya.
Dirasa cukup kuat, lelaki itu tersenyum penuh kemenangan dan melangkah keluar dengan hati-hati. Manik berwarna kelabu yang tajam itu berhasil mengunci targetnya, kaki berbalut boots hitam tersebut mengerti tugasnya untuk tidak salah langkah, kini tangannya bersiap menancapkan tombak itu dengan penuh amarah.
Kev berlari sekuat tenaga, mengarahkan benda itu dan menusuk bagian bawah hewan itu dengan emosi yang benar-benar tersalurkan. Kalajengking itu sempat merasa kesakitan dan berputar tak menentu.
"Aha! Balasan dari induk kadal! Dasar pencuri!"
Merasa cukup puas, Kev berlalu pergi disertai senyum lebarnya. Tidak pernah ia sangka tentang perlawanan penuh kengerian di luar sini.
"Dua hewan," ucapnya sembari mengingat jumlah yang berhasil ia bunuh.
Kakinya mengarah ke bagian yang cukup menanjak, ia secara perlahan demi perlahan menaiki jalanan yang mulai terasa lebih berat.
Nafasnya berkali-kali hampir habis saat ini, mengingat setelah aksinya tadi, sekarang menanjak bagian yang cukup curam. "Ayo, Kev! Kau mampu!"
Akhirnya pagi itu setelah mengalahkan si kalajengking dan perjalanan yang cukup menguras, kini Kev memilih menempatkan diri di pinggiran jurang yang sangat dalam. Pandangan itu terus mengawasi pergerakan lambat dari sosok di bawah sana, mengerikan jika harus membayangkan bertemu secara langsung.
"Sampai jumpa."
~
|| Keyakinan dan keberanian ||
ARCANE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top