36. Hari-Hari Menyebalkan Astria

"Dasar manusia, selalu saja terbelenggu oleh perasaan." ~ Salem

¤¤¤

Rombongan biarawati yang ditumpangi Astria telah tiba di Mugworth lebih dari seminggu yang lalu. Mereka sebenarnya mau membawa Astria ke biara Mugworth dan memberinya tempat tinggal sementara di sana. Namun, Astria menolak kebaikan hati mereka itu dengan alasan dirinya sudah cukup banyak merepotkan. Selain karena itu, Astria merasa tidak nyaman apabila harus tinggal di lingkungan biara.

Walau Astria sudah mengatakan apa rencananya setelah pergi, namun para biarawati itu tetap saja mengkhawatirkannya. Pada akhirnya, Astria tetap meninggalkan Salire, Millia dan rekan-rekannya meski mereka tak bisa sepenuhnya merelakan kepergiannya.

Bagaimanapun juga, di mata orang lain Astria hanyalah seorang anak 12 tahun. Tidak akan ada yang menduga kalau dirinya sudah berkelana sendirian sepanjang tahun ini.

Mereka tidak tahu kalau gadis itu adalah gadis istimewa yang lahir dengan bakat dan kemampuan berpikir lebih dari anak seusianya.

Semenjak 5 tahun, Astria sudah menunjukkan kelebihannya itu. Dia rajin membaca, dapat dengan cepat mempelajari hal-hal baru, dan mampu membuat keputusan dengan baik.

Dibanding anak seusianya, Astria jauh lebih dewasa. Tapi, di satu sisi, itu juga membuatnya merasa terasing dan kadang hal tersebut pula membuat Astria mudah merasa gusar.

"Empat ... lima ...."

Astria terus menghitung keping demi keping shilling yang dimilikinya. Kerutan di antara kedua dahinya semakin banyak saat hitungannya berhenti di angka dua puluh.

"Sudah seminggu aku hanya memakan roti ...."

Di dalam object keepernya yang hilang, tidak hanya perbekalan dan obat-obatan yang tersimpan di dalamnya melainkan juga sejumlah uang pun turut hilang. Itu adalah modal yang diberikan paman Astria kepadanya.

Selama ini, Astria tak perlu mengkhawatirkan soal uang karena modal yang diberikan pamannya itu berjumlah sangat banyak–terlalu banyak bahkan menurutnya.

Namun kini karena kehilangan uangnya itu, Astria harus memutar otak untuk bertahan hidup. Sudah seminggu ini dirinya menjadi tukang bersih-bersih di sebuah bar. Upahnya memang kecil, tetapi setidaknya Astria mendapat tempat tinggal di sana.

Astria beruntung karena si pemilik bar mengizinkannya tidur di gudang. Tapi, bukan berarti itu lantas membuat Astria berterima kasih kepadanya.

"Frishtava."

Suara seorang pria membuat Astria segera memasukkan uangnya ke dalam kantung di balik kerah bajunya.

"Iya, Tuan."

Astria berbalik badan dan mendapati pemilik bar berdiri di depan pintu gudang. Dia masuk saat Astria sudah melihatnya.

"Apa kau lelah?" Pemilik bar yang juga merupakan bartender itu berjongkok di depan Astria.

"Tidak, Tuan."

"Baguslah kalau begitu."

Pemilik bar tersenyum mendengar jawaban Astria. Dia lalu berdiri dan melangkah ke luar gudang, namun dirinya berhenti sejenak dan mengatakan suatu hal pada Astria.

"Besok kita akan melakukannya lagi. Jangan sampai telat bangun."

"Iya, Tuan."

"Kalau begitu, selamat malam."

Pemilik bar mempertahankan senyumnya saat menutup pintu dan meninggalkan Astria. Sesudah pria botak berkumis kotak itu pergi, Astria menghela nafas sembari membaringkan tubuhnya ke atas lantai kayu gudang.

"Dingin ... Dia bahkan tidak memberiku alas."

Astria memejamkan mata, dia meraba dengan tangan kiri dan meraih kain tipis yang biasa digunakannya sebagai selimut.

"Aku harap Tuan Dores tidak melakukan hal-hal aneh padaku lagi besok."

Kedua alis Astria bertaut, dia meringis ngilu mengingat apa yang dialaminya bersama pemilik bar semenjak 3 hari terakhir. Astria mengalami mimpi buruk karena pria itu.

***

Selain demi uang, bekerja di bar milik Dores juga demi tujuan Astria untuk menemukan Alvia. Dia sadar kalau bar Dores terletak di dekat gilda Mugworth dan Astria berpikir kalau tidak ada tempat yang lebih strategis lagi untuk melakukan pengamatan.

Tapi, misinya itu selama dua hari terakhir harus mengalami kendala karena Dores.

Dores sendiri merupakan seorang pemburu. Namun, dirinya hanya menjadikan profesi tersebut sebagai pekerjaan sampingan yang dikerjakannya hanya pada siang hari. Misi yang diambil Dores pun merupakan misi level 2 - 3 yang berada di dekat Mugworth.

Pria itu memaksa Astria untuk membantunya mengerjakan misi perburuan setelah menyaksikan kemampuan berpedang gadis itu saat melihatnya terlibat keributan di bar tiga hari lalu. Jika saja Dores tidak menjanjikan upah tambahan, sudah pasti Astria tidak akan sudi membantu pria itu.

Hari ini, mereka berdua sekarang tengah berada di hutan yang ada di sebelah utara kota, dekat dengan bukit tempat keberadaan rubanah Mugworth.

"Frishtava, lihatlah, ada ground lurker. Itulah target kita."

Dores menuding ke seekor tikus raksasa yang sedang menggerogoti batang pohon di kejauhan. Astria melenguh pelan ketika Dores menuding pada ground lurker itu. Dirinya tahu kalau tudingan tersebut merupakan sebuah perintah baginya.

"Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin," ujar Astria sambil menarik keluar pedang yang tersarung di pinggangnya.

Dia berjalan mendekati ground lurker dengan tenang. Dores tersenyum menyaksikannya pergi, pria itu amat senang dapat mempekerjakan Astria sesuka hati. Dalam benaknya dia merasa sangat beruntung kalau ada gadis kecil polos yang memiliki bakat berpedang mematuhinya tanpa basa-basi.

"Hei, tikus, lihatlah kemari!" seru Astria keras.

Si ground lurker menoleh kepadanya. Menyadari ada manusia mendekat, tikus itupun berusaha kabur dengan menggali tanah. Namun, Astria dengan cepat bergerak seraya melakukan gerakan tebasan ke kepala tikus itu.

Alih-alih memenggal si ground lurker, Astria malah dibuat terkejut karena tebasannya hanya mampu melukai sedikit ground lurker itu.

"Pedangku tumpul?" Astria kaget.

Selagi Astria kehilangan fokus, ground lurker berhasil masuk ke dalam tanah meski terluka di bagian punuknya.

Melihat itu, Dores berdecak kesal dan berniat menghampiri Astria. Akan tetapi, gadis itu tiba-tiba mengisyaratkan padanya untuk jangan mendekat.

Astria pun merapalkan mantra pada saat itu juga. Dia langsung mengejutkan Dores saat dirinya menyemburkan kobaran api besar ke dalam liang galian ground lurker. Tanah di sekitar tempat Astria berdiri pecah, asap keluar dari sela retakan, kemudian dilanjutkan bumbungan api besar yang disertai suara dentuman keras.

Ledakan besar pun terjadi, menciptakan hujan tanah dan kepulan debu selama beberapa saat.

Dores melindungi dirinya dengan kedua tangan dari ledakan itu. Dia perlahan membuka mata setelah hujan tanah berhenti. Asap yang mengepul perlahan sirna dan memperlihatkan Astria serta ground lurker yang sudah mati gosong kini tergeletak di dekatnya.

"Hebat," gumam Dores. Dia lalu menyeru, "Frishtava, kerja bagus! Upahmu akan kunaikkan setelah kita kembali dari misi ini, 70% untukku dan 30% untukmu."

Astria mendecih pelan mendengar ucapan Dores. Dia jijik pada sikap pria itu.

Akibat kekesalannya pada Dores, Astria sempat tak memperhatikan apa yang telah diperbuatnya. Dia baru menyadari kalau sudah menggunakan kekuatan sihir berlebihan saat hendak berjalan menuju Dores.

Melihat kerusakan yang diakibatkannya, Astria tiba-tiba meneguk ludah sendiri. Tatapannya yang beberapa saat lalu tajam seketika berubah cemas.

"Frishtava, apa yang kau tunggu? Ayo kembali!" seru Dores sembari berpaling pergi.

Astria menatap kosong punggung pria itu selama beberapa detik. Dia lalu menyahut Dores dengan nada datar, "Iya, aku akan segera ke sana."

Astria melangkahkan kaki mengikuti Dores, dia tidak menyarungkan kembali pedangnya.

***

Kembali ke gilda, Dores dan Astria melaporkan hasil pekerjaan mereka pada petugas. Kinerja keduanya membuat petugas terkagum-kagum karena mereka berhasil menyelesaikan beberapa misi sekaligus yang dua diantaranya merupakan misi level 3.

"Anda hebat, Tuan Dores. Sebagai pemburu level 3 menyelesaikan 7 misi sekaligus dalam sehari adalah hal yang mengejutkan. Meskipun misi-misi yang Anda ambil hanya berada di sekitar Mugworth, itu tetap sesuatu yang patut diapresiasi," ujar petugas gilda.

"Terima kasih, Nona. Bagi saya, itu hanya tugas sehari-hari."

Sebagai pemilik bar yang sering disinggahi oleh para pemburu serta sebagai seorang pemburu sendiri, Dores memiliki reputasi yang baik di lingkungan gilda dan kalangan pemburu.

Dores menjadi salah satu dari sekian pemburu yang tidak dipandang sebagai pembuat onar oleh Shaon. Salah satu dari segelintir yang lainnya adalah Kilman, si ahli pedang terbaik di wilayah selatan.

Seusai memberikan laporan penyelesaian misi dan mendapatkan kompensasinya, Dores keluar dari gedung gilda dan menemui Astria yang tengah menunggu di teras depan.

Tampak ada beberapa orang di sekitar Astria telah terkapar tak sadarkan diri dengan lebam di sekitar wajah, sementara sejumlah pejalan kaki memperhatikannya dari jauh.

"Ada apa ini?" tanya Dores.

Astria melirik pria itu. "Mereka menggangguku. Mereka meremehkanku dengan mengatakan kalau aku ini anak kecil yang sedang bermain jadi pemburu."

Dores bisa merasakan kekesalan luar biasa dari nada bicara Astria.

"Kalau begitu ayo pergi, aku sudah selesai. Akan kuberikan bayaranmu saat kita di bar."

Astria mendesah lalu berjalan mengikuti Dores yang mendahuluinya pergi. Namun, ketika baru meninggalkan gilda sejauh 6 meter, tiba-tiba saja Astria merasa kalau pundaknya dipegang oleh tangan seseorang.

Secara reflek Astria berusaha menepis tangan itu dengan berbalik badan sekaligus menarik keluar pedangnya. Dia langsung menghunus pedang miliknya pada leher orang yang sudah berani mencengkramnya dari belakang tersebut.

Astriapun mendapati kalau orang yang mencengkramnya dan saat ini sedang dia todong adalah seorang pria bertubuh kekar berambut cepak.

"Kewaspadaanmu kurang, gadis kecil. Tapi, aku bisa menebak kalau kau tidak akan sedikitpun ragu untuk menggunakan pedangmu itu padaku."

"Siapa kau? Jika kau mau menghinaku, maka aku akan membuatmu seperti mereka!"

Kilman melirik ke belakangnya, dia tahu yang dimaksud Astria adalah sekelompok pemburu yang dibuatnya pingsan tadi. Selepas itu, dia memperkenalkan diri.

"Aku Kilman. Aku adalah pemburu level 7 di sini, dan aku adalah yang menegakkan hukum di kalangan pemburu Mugworth."

Pria itu tiba-tiba mengeluarkan aura hitam tipis dari sekujur tubuhnya. Astria mendelik melihat aura samar itu, dia pun langsung menurunkan pedangnya.

Dores di kejauhan menyadari kalau Astria berhenti mengikuti. Dia mencari-cari keberadaan gadis itu dan mendapatinya tengah berhadapan dengan Kilman. Merasa cemas kalau Astria tengah terlibat masalah, Dores bergegas mendekati keduanya.

Melihat Dores datang, Kilman tersenyum. Dia menyambut Dores dengan sapaan hangat. Sikap Kilman tersebut hanya membuat Dores semakin khawatir. Beruntung, Kilman hanya meminta penjelasan Astria atas para pemburu yang dihajarnya. Pria berambut cepak itu memahami alasan yang Astria berikan, jadi, dia tak mempermasalahkannya lebih jauh.

Setelah itu, Kilman pergi meninggalkan Astria dan Dores. Sebelumnya, Kilman sempat memuji kemampuan Astria. Dores pun langsung menarik Astria pergi menuju bar, tetapi ketika dalam perjalanan, gadis itu melihat seseorang yang membuatnya menahan nafas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top