27. Pengiriman Cepat Ala Salem

"Aku selalu peduli padamu." ~ Jotaro Kujo.

¤¤¤

Salem membawa Furash, Raven dan Alvia ke atas jurang melalui sebuah jalan setapak yang berundak-undak dan berliku. Jalan ini terletak di utara jurang, tersembunyi di balik reruntuhan batu dan akar yang tumbuh liar. Hanya inilah jalan keluar dari dasar jurang, tidak ada yang mengetahuinya selain Salem.

Untuk sampai ke sana, seseorang harus melewati hadangan ratusan ghoul dengan berbagai macam ukuran dan rupa yang mengerikan.

Bagi manusia, itu adalah hal yang sulit dilakukan. Namun, tidak bagi Salem yang entah kenapa dapat membuat para ghoul tersebut tunduk di hadapannya.

Sesampainya di atas jurang, Salem membawa ketiga pemburu monster itu lebih jauh lagi, tepatnya ke jalur yang seharusnya mereka lewati untuk pergi ke Telume.

Tiba di sana, Salem meletakkan ketiganya begitu saja, lalu merapalkan mantra penyembuhan Three Circle Of Saint Astorias Cradle dan memulihkan luka-luka mereka tapi tidak sampai sepenuhnya.

"Sebaiknya kalian jangan mengganggu lagi." Salem kemudian merapalkan sebuah mantra misterius.

Setelah selesai, Salem segera turun kembali ke dalam jurang, meninggalkan ketiga petualang itu dalam keadaan pingsan di tengah hutan.

***

Di saat bersamaan, Giovanni dan Astria sedang dalam perjalanan kembali ke persembunyian Salem.

Mereka menghadapi beberapa ghoul di tengah jalan, namun berkat kemampuan sihir dan berpedang Astria monster-monster itu tak menjadi masalah yang berarti. Elemen sihir gadis itu adalah api, sama seperti Giovanni.

Setelah melihatnya bertarung, Giovanni merasa terpukau. Dia penasaran pada sihir Imbue yang Astria pakai sehingga bertanya kepada gadis itu.

"Apa kau tidak tahu cara menggunakan sihir sederhana ini? Kukira, semua pengguna peralatan magis mengetahuinya."

"Aku tidak tahu. Apa kau bisa memberitahuku?" pinta Giovanni dengan raut wajah polos.

Astria menggaruk kepalanya heran. Namun  dia tak ambil pusing lebih jauh.

Astria pun memegang bilah pedang dengan satu tangan, lalu memejamkan mata. Sambil merapal mantra, Astria mengalirkan Mana melalui tangan kiri yang dia pakai untuk memegang bilah pedangnya.

Bilah pedang Astria pun seketika terselimuti oleh api, Giovanni merasa kagum dan terpana menyaksikannya.

"Untuk menggunakan mantra ini kau perlu mengendalikan aliran Manamu. Setelah mengalirkan Mana ke tangan, kau juga harus mengalirkannya ke senjatamu. Tepatnya, ke titik di mana seranganmu akan keluar."

Astria lantas mengayunkan pedangnya, sebuah tebasan berapi melesat ke arah sebongkah batu dan menghancurkannya.

"Kau juga perlu mengingat untuk berhenti mengalirkan Mana saat kau selesai membaca mantra. Tempo dan iramamu harus tepat. Jika tidak, maka itu akan mengakibatkan seluruh senjatamu terkena efek Imbue," papar Astria.

"Prinsip kerjanya sama seperti mantra pada umumnya," sahut Giovanni. "Tapi, bagaimana dengan busurku?"

"Busurmu bisa secara otomatis mengumpulkan Mana di satu titik, jadi kau hanya perlu mengalirkan Manamu seperti biasa. Aku akan menuliskan rapalan mantra Imbue ini padamu nanti."

Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan.

Tak butuh waktu lama, mereka keluar dari gua. Di sana, mereka berhenti sejenak agar Astria bisa menuliskan rapalan mantra Imbue.

Giovanni merasa senang mendapat rapalan mantra tersebut, tetapi dia sempat merasa pesimis bisa menggunakannya hingga Giovanni teringat perkataan Alvia untuk terus berusaha.

Berkat kritik gadis itu, tekad untuk mengalahkan kelemahan pun kembali berkobar dalam benak Giovanni.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Giovanni dan Astria akhirnya tiba di pintu masuk persembunyian Salem. Pintu masuk ini tersembunyi di antara celah bebatuan di dinding dasar jurang dan disegel menggunakan beberapa buah sigil.

"Oh, kalian sampai juga."

Salem tiba-tiba menyambut dari atas sebuah batu besar di dekat Giovanni dan Astria. Dia langsung turun dari batu itu dan tidak tampak kaget melihat keduanya datang bersamaan.

"Sepertinya kalian bertemu di dalam gua itu. Aku pikir kalian sudah saling mengenal," kata Salem begitu di depan Giovanni. "Sejujurnya, alasan lain aku mengirimmu ke dalam sana adalah apabila Astria gagal."

"Tapi, nyatanya aku berhasil." Astria bertolak pinggang, lalu mengeluarkan anggrek hitam dari Object Keepernya.

"Bagus, lalu bagaimana denganmu, Giovanni?" Salem melirik anak itu.

"Astria bilang aku tidak perlu mengambil anggrek hitam itu karena dia membawa cukup banyak. Kau bilang hanya perlu satu, kan?" Giovanni mengira akan mendapat masalah.

Salem berganti menatap Astria, dia membawa sebanyak 4 tangkai anggrek hitam, jauh lebih banyak dari apa yang dia butuhkan.

"Baiklah, tidak apa-apa. Karena aku berbaik hati maka kau masih kuanggap telah membantuku mendapatkan anggrek hitam itu."

Mendengar penuturan Salem, Giovanni menghela nafas lega.

"Ayo ikuti aku."

Salem berjalan menuju pintu masuk tempat persembunyiannya, dia lantas membuka akses masuk yang disegel. Ketiganya pun melangkah ke dalam dan pintu masuk kembali tertutup.

***

Di Upper Land, alkimia adalah salah satu ilmu yang paling berharga. Orang yang mendalaminya hanya sedikit, namun perannya begitu vital.

Ramuan-ramuan dari berbagai jenis menjadi komoditas utama yang diperdagangkan oleh Kerajaan Kozia. Para alkemis handal banyak yang berasal dari kerajaan ini. Bahkan, ada sebuah akademi khusus para alkemis yang hanya menerima 50 murid setiap tahunnya berdiri di wilayah baratnya.

Alkemis adalah pihak yang paling dicari oleh masyarakat, para pedagang, hingga ke pihak kerajaan. Mereka biasa diminta menyediakan berbagai macam ramuan dari yang berfungsi sebagai obat, peningkat kekuatan tubuh, Mana, stamina, atau racun sekalipun.

Para alkemis bahkan mampu menciptakan emas, meski kini praktik itu sudah dilarang oleh kerajaan melalui undang-undang yang diberlakukan.

Bisa dibilang, kehidupan seseorang akan terjamin apabila menguasai ilmu alkimia dan menjadi seorang alkemis. Kebanyakan memilih menjadi produsen ramuan, sementara beberapa lainnya juga menjadi pedagang dan menjual ramuan mereka sendiri.

Namun, untuk menguasai ilmu alkimia diperlukan ketekunan khusus serta konsistensi yang luar biasa. Butuh waktu lama untuk mempelajari ilmu alkimia.

Selain itu, perkumpulan alkemis juga melarang penyebaran ilmu alkimia ke muka publik. Hampir seluruh pengetahuan tentang alkimia disimpan oleh satu-satunya akademi alkemis yang ada di Kozia.

Namun, bagi seekor wisdom beast seperti Salem, mempelajari ilmu alkimia bukanlah hal sulit. Wisdom beast terkenal memiliki masa hidup yang panjang dan Salem mempunyai waktu ratusan tahun untuk mencari pengetahuan yang dia butuhkan.

Setelah mendapatkan bahan terakhir untuk ramuannya, Salem menyelesaikan ramuan tersebut dan menuangkannya pada beberapa botol kaca.

Dia menyisakan satu untuk Ceanta. Dengan penuh kehati-hatian, Salem pun meminumkannya pada gadis succubus itu. Giovanni harap-harap cemas menyaksikan.

Tak lama setelah meminum ramuan buatan Salem tersebut, Ceanta perlahan membuka mata dan sadar. Okopu yang berada di pundak Giovanni berjingkrak kegirangan melihat majikannya siuman. Dia tidak bisa menahan kebahagiaan lalu langsung memeluk sang majikan.

"Syukurlah, kau sudah sadar." Giovanni mendekati Ceanta.

"Apa yang terjadi? Di mana kita?"

Ceanta melihat ke belakang Giovanni dan mendapati Salem serta Astria. Keduanya menyunggingkan senyum, namun perasaan mereka berbeda.

Astria sedikit kecewa karena ternyata teman yang Giovanni maksud bukanlah Alvia. Dia masih harus mencari gadis itu lagi dan dirinya berniat memanfaatkan Giovanni.

"Tuan Salem yang menyelamatkanmu, dia membawa kita berdua saat pingsan tadi," ujar Giovanni.

Dia pun menjelaskan semua kejadian yang menimpa mereka berdua. Ceanta itu sedikit kaget ketika mengetahui Salem adalah seekor wisdom beast. Namun, Ceanta segera memahami keadaan yang ada sehingga keterkejutannya tak berlangsung lama.

"Kalau begitu aku mau berterima kasih padamu, Tuan Salem. Terima kasih telah menyelamatkanku dan Giovanni. Sungguh suatu kesempatan tak ternilai untuk dapat bertemu dengan wisdom beast sepertimu, aku banyak mendengar tentang kehebatan bangsamu dalam legenda-legenda yang ...."

Ceanta tiba-tiba berhenti berbicara, dia menyadari sesuatu. Kepalanya jadi terasa sedikit sakit.

"Ada apa Ceanta?" tanya Giovanni khawatir.

"T–tidak, bukan apa-apa."

Ceanta berusaha mengabaikan kepalanya yang berdenyut. Dia lantas kembali berkata pada Salem.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku berterima kasih padamu. Tuan Salem."

Kucing itu tersipu. "Ah, tidak-tidak. Jangan seperti itu, aku hanya berusaha melakukan apa yang perlu untuk membantu kalian."

"Kalau begitu, aku akan lebih berterima kasih atas kerendahan hatimu, Tuan Salem."

Dengan sadarnya Ceanta, Giovanni siap untuk kembali melanjutkan perjalanan. Dia tak bisa membayangkan seberapa gundahnya rekan-rekannya selama dia dan Ceanta pergi. Giovanni bahkan berpikir, kalau mereka sudah mungkin mengira dirinya dan Ceanta tewas.

Apapun reaksi Furash dan yang lain nanti, Giovanni enggan memikirkannya lebih jauh.

Giovanni segera meminta Salem untuk menunjukkan jalan ke atas jurang, Astria juga berencana mengikutinya. Tapi, alih-alih menunjukkan jalan keluar, Salem malah mengatakan untuk mengirim anak-anak itu menggunakan sihir teleportasi.

Sihir ini merupakan sihir yang hanya mampu digunakan pengguna sihir berkaliber tinggi karena jumlah Mana yang dibutuhkan untuk merapalkannya sangat banyak.

Kesempatan untuk menyaksikan perapalan sihir teleportasi serta menjadi subjek perapalannya adalah hal mengagumkan bagi Giovanni. Namun, di satu sisi, dirinya merasa janggal. Begitupun dengan apa yang Astria rasakan.

"Kenapa tidak kau tunjukkan saja? Apa susahnya mengantarkan kami?" protes Astria.

"Hei, aku sudah cukup banyak membantu kalian. Masih mau mengeluh lagi? Lagipula, memakai sihir jauh lebih cepat daripada dengan berjalan kaki."

Astria ingin menyangkal ucapan Salem, namun kucing itu segera merapalkan mantra teleportasi yang membuat Astria tercekat.

"Tunggu-!"

Tubuh Astria langsung berubah menjadi butiran cahaya kecil yang dengan cepat terbang menembus langit-langit ruangan, lalu menghilang.

Menyaksikan itu, Giovanni berwaspada terhadap Salem. Dia merasa ada yang tidak beres dengan tindakan kucing itu barusan.

"Kenapa kau melakukannya?" Giovanni memegang erat busurnya. "Kenapa kau tidak mau menunjukkan jalan keluar pada kami dan malah menggunakan sihir teleportasi?"

"Ya, karena buang-buang waktu. Aku bisa mengirim kalian, kenapa tidak kulakukan? Lagipula, di luar sana ada banyak ghoul. Hari semakin malam dan ghoul yang muncul semakin kuat. Aku tidak mau membahayakan kalian." Salem membalas sambil sedikit menyeringai, perasaan Giovanni bertambah buruk.

Itu membuat Giovanni semakin erat memegangi busurnya. Melihat tatapan curiga Giovanni, Salem merasa tersinggung.

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Hmm, baiklah, jika berjalan adalah yang kalian mau maka tidak masalah. Tetapi, Astria tidak ada bersama kalian sekarang. Tanpa gadis itu, aku yakin kau sendiri tak sanggup menghadapi serbuan ghoul 'kan, Giovanni?"

"Aku akan berusaha sebisaku, tapi ...."

Atmosfer di ruangan tiba-tiba menjadi canggung ketika Salem selesai bicara. Prasangka buruk Giovanni menjadi semakin kuat.

"Ah, sudahlah, lupakan apa yang kukatakan. Sampai jumpa."

Tanpa aba-aba, kucing itu pun merapal mantra teleportasi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top