21. Keruntuhan Dan Kejatuhan
"Demi kehormatanku!" Gadis berambut coklat.
¤¤¤
"Ini gila! Ini sudah sangat gila!"
Alvia memekik keras sambil berlari, di belakangnya Furash dan yang lain kabur tunggang langgang dari kejaran para Lumiloth.
"Ini semua gara-garamu, Tuan Furash!" Raven menyalahkan pria itu.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja terpeleset!"
Saat sedang memandu beberapa saat lalu, Furash hendak naik ke atas akar pohon yang bertumpuk guna mencari jalur tepat untuk dilewati. Naas, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sisi lain tumpukan akar tersebut.
Sialnya, apa yang ada di sana adalah sarang Lumiloth dan Furash bersama Giovanni di gendongannya jatuh di atas kepala matriak koloni mereka. Alhasil, matriak Lumiloth yang berukuran hampir 15 meter itu pun marah dan mengamuk.
Kini, ada puluhan Lumiloth dan matriak mereka sedang mengejar rombongan Giovanni. Seluruh koloni melakukan pengejaran. Mereka menghancurkan setiap juluran akar yang mereka gunakan untuk bergelantungan dan membuat keseimbangan jembatan menjadi goyah.
Akar-akar jembatan berguncang dan kehilangan kekuatan lilitannya. Beberapa berjatuhan ke bawah jurang. Giovanni dan rombongan semakin mempercepat laju lari melihatnya.
Tetapi, di saat seperti ini, tanpa terduga Ceanta yang berada paling belakang terjatuh saat hendak melompati sebuah akar. Kakinya terkilir. Okopu yang bersamanya pun panik dan memekik pada yang lain untuk meminta pertolongan.
"Aduh, ada-ada saja!" keluh Furash yang langsung berbalik untuk membantu Ceanta.
Furash menurunkan Giovanni lantas menaikkan Ceanta ke atas punggungnya kemudian menyuruh Okopu menjadi kaki Giovanni.
Tiba-tiba, dari belakang seekor Lumiloth melompat ke arah keempatnya dengan rahang lebar menganga.
"Awas, Tuan!"
Beruntung Giovanni melihat datangnya Lumiloth itu dan berhasil memanahnya tepat waktu. Furash hanya memberikan jempol untuk mengapresiasinya dan setelah itu mereka pun kembali berlari.
Furash yang menggendong Ceanta melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan Giovanni.
"H–hei, Tuan, tunggu!" Giovanni panik bukan main melihat pria itu meninggalkannya.
Di saat yang sama para kukang mulai berhasil menyusul. Merasa tak akan mampu untuk kabur, Giovanni pun tidak memiliki pilihan selain melompat ke sebuah akar berongga untuk menyelamatkan diri.
Beberapa Lumiloth berusaha menerkam Giovanni dari luar rongga akar itu, namun mereka terhalang celah masuk yang sempit.
Giovanni pun berusaha melindungi dirinya dengan menembaki para Lumiloth itu dari dalam rongga akar, namun bukan berarti dia aman di sana.
Para Lumiloth menggunakan cakar mereka untuk memperlebar jalan masuk ke dalam rongga akar tersebut, ini membuat Giovanni semakin tersudut tanpa tahu harus melakukan apa selain memanah setiap Lumiloth yang dilihatnya.
"Giovanni! Giovanni! Takut!" Okopu naik ke leher dan meringkuk di bahunya.
"Okopu ... jangan cemas, kita pasti—"
Tiba-tiba guncangan besar menggetarkan rongga akar tempat Giovanni berlindung. Dia melihat kalau ada sebuah cakar besar sedang mengayun ke arahnya.
Merasa panik dan terkejut, Giovanni tanpa sadar tertegun menyaksikan cakar itu datang dan menghancurkan rongga akar yang ditempatinya.
"Uwaaaa!"
Dirinya pun terlempar bersama Okopu ke bawah jembatan. Mereka terpelanting beberapa kali, lalu jatuh ke jurang melalui celah yang ada pada jembatan akar tersebut.
"Giovanni-!"
Teriakan Furash bergaung keras. Pria itu sadar telah meninggalkan Giovanni dan setelah melihatnya jatuh, Furash langsung melesat untuk menolongnya serta Okopu.
Beruntung, Furash berhasil menggapai mereka berdua namun masalahnya belum selesai.
"Tuan Furash, bagaimana kita akan ke atas?!" tanya Giovanni, mereka saat ini masih dalam keadaan jatuh.
"Pegangan erat saja padaku. Bersiaplah!"
Giovanni langsung mematuhi perintah pria itu. Furash pun memutar badannya ke atas lalu mengarahkan tangan ke seberang ngarai. Dia dengan cepat membaca mantra, sebuah sigil pun muncul di depan telapak tangannya yang terbuka.
"Terra Phalanx: Index!"
Jari telunjuk Furash mengeras kemudian perlahan berubah bentuk menjadi batu. Jarinya lalu membesar dan memanjang dengan kecepatan tinggi hingga mencapai ke sisi lain ngarai dan menancap di sana, seketika menghentikannya jatuh.
"Cepat, naiklah dan lari ke seberang!" ujar Furash pada Giovanni.
"Bagaimana dengan Ceanta?"
"Jangan banyak omong dan larilah, Nak!"
Giovanni tanpa pikir panjang lagi memanjat tubuh Furash dan naik ke atas pilar telunjuk batunya yang kini berukuran setara dengan satu batang pohon besar.
Dari atas jembatan, para kukang mendeteksi pergerakan Giovanni melalui cahaya yang menerpanya.
Mereka pun langsung menembakkan duri-duri dari siku mereka ke arah Giovanni. Namun, tak disangka kemudian akar jembatan yang mereka gunakan bergelantungan runtuh ke bawah jurang.
"Ada-ada saja," gerutu Alvia dengan dahi berkeringat. Dia sudah berada di seberang jembatan bersama Raven.
Rupanya, Alvia menggunakan Falldom dengan kekuatan penuh untuk menahan seluruh Lumiloth yang mengejar mereka. Dia juga berniat meruntuhkan jembatan akar bersama para Lumiloth dengan mantra itu.
Tidak lama kemudian, Giovanni sampai di seberang ngarai bersama Okopu. Dia terengah-engah karena gugup, kakinya gemetar lemas. Melihat Giovanni sudah sampai, Furash kemudian menarik dirinya ke seberang ngarai.
Dia menghela lalu menghembuskan nafas lega setelah tiba. Furash melirik pada Giovanni, dia menyunggingkan senyum kecil sebelum mengalihkan pandangan ke arah para Lumiloth di atas jembatan.
"Semuanya sudah ada di sini, ya? Baguslah, aku bisa menghabisi mereka semua sekarang." Alvia mengelap dahi.
Dia kemudian menarik nafas dalam, lantas mengalirkan lebih banyak Mana ke dalam tongkat sihirnya. Seraya memperkuat tekanan mantra Falldom, Alvia berteriak kencang hingga urat-urat di kepalanya timbul.
Tekanan yang luar biasa dahsyat pun membuat jembatan akar runtuh bersama para Lumiloth yang tertahan di atasnya, termasuk sang matriak yang meraung keras kala jatuh ke dalam jurang.
"S–sudah selesai."
Alvia langsung terkulai lemas dan kehilangan kesadaran, dia telah menguras banyak Mana untuk menggunakan mantra Falldom dalam kekuatan penuh. Raven pun segera menghampiri.
Giovanni beserta yang lain juga mendekat, mereka menunjukkan rasa terima kasih pada Alvia.
Dampak dari mantra Falldom Alvia tadi benar-benar luar biasa. Giovanni tidak menyangka kalau Alvia dapat mengakibatkan kerusakan sebesar itu.
Ini menunjukkan bahwa Alvia bukanlah seorang pengguna sihir biasa. Dia jauh berada di atas anak sebayanya.
Sempat merasa lega, Giovanni tiba-tiba menjadi cemas terhadap sesuatu. Dia melihat dengan jelas kalau kawanan Lumiloth yang mengejar mereka telah jatuh ke dalam jurang, namun dirinya seperti masih mendengar sayup-sayup raungan matriak Lumiloth.
"Tuan, apa kau mendengar itu? Aku merasa kalau matriak Lumiloth itu masih terus meraung."
"Huh? Yang benar?" Furash mengarahkan telinganya ke jurang. Dia turut mendengar sayup-sayup erangan itu.
Giovanni merasa gusar, dia pun mendekat ke bibir jurang dan melihat ke bawah. Tidak ada apapun selain kabut pekat di sana, sementara suara erangan terdengar semakin dekat. Keanehan ini tak lama kemudian turut didengar oleh anggota party yang lain.
"Giovanni-re, jangan berada di situ. Kemarilah!" ujar Ceanta dengan nada khawatir.
Dia lantas meminta turun dari gendongan Furash. Kemudian, Ceanta mulai merapal mantra dan menyembuhkan kakinya yang terkilir.
"Giovanni-re!" seru Ceanta sebab Giovanni masih berada di bibir jurang.
"I–iya, baiklah."
Giovanni segera beranjak ke dekat Ceanta. Dia melihat kondisi gadis itu yang sudah pulih dan tersenyum kecil, perasaannya lega.
Namun, kelegaan itu bertahan sebentar saat Giovanni kemudian menoleh ke arah Alvia. Dia mendelik melihat gadis itu.
"Tuan Furash, A–Alvia!"
Pekikan Raven membuat semua orang menoleh. Mereka mendekatinya dan mendapati kalau tubuh Alvia mulai membiru.
"Bagaimana ini?" Raven panik. "Tuan Furash, kau bisa merapalkan mantra pemulihan, kan?"
"Aduh, bagaimana, ya?" Furash kelihatan ragu untuk menjawab.
"Tuan, ayo cepat lakukan!"
Furash sempat terdiam sejenak, dia tak yakin bisa memulihkan Alvia. Tapi, dia pada akhirnya dia tetap mengelun lengan baju dan bersiap merapal mantra. Namun, sebelum dia sempat melakukannya Giovanni tiba-tiba menyela.
"Mungkin Ceanta bisa mengobati Alvia, sama seperti saat dia menyelamatkanku," kata Giovanni.
Ceanta yang mendengar itu merasa gugup. "T–tapi aku ...."
"Jangan mengada-ada!" Raven langsung menolak ide Giovanni tersebut.
Giovanni mengerti alasan di balik penolakan Raven. Namun, dia menganggap kalau tak akan ada hal buruk yang terjadi apabila Ceanta menyembuhkan Alvia.
"Aku tahu apa yang kualami adalah hal janggal. Tapi, bila Ceanta dapat memulihkanku seharusnya dia juga bisa melakukannya pada Alvia. Kami berdua sama-sama manusia, kan?" ujar Giovanni berusaha meyakinkan Raven.
Pemuda itu pun meminta pendapat Furash tentang hal ini. Furash memperhatikan kondisi Alvia sejenak, lalu menghela nafas sebelum mengatakan kalau dia setuju dengan Giovanni.
Mendengar itu, Raven merasa tersudutkan. Keadaan juga memaksanya, hanya Ceanta di rombongan yang mampu menggunakan sihir penyembuhan dengan baik selain Alvia. Akhirnya, Raven pun dengan berat hati memperbolehkan Ceanta.
Gadis succubus itu sebetulnya cukup ragu dan merasa khawatir untuk memulihkan Alvia. Tapi, berkat dorongan Giovanni dia memberanikan diri.
Ceanta lalu merapalkan mantra Mono Sigil Medica ke tubuh Alvia. Beberapa saat kemudian, tubuh gadis itu mulai kembali seperti sedia kala. Warna biru di permukaan kulit Alvia perlahan lenyap. Giovanni dan yang lain langsung merasa lega melihatnya, termasuk Raven.
Meski demikian, dalam benak Raven dan Furash hal ini juga menambah kebingungan mereka terhadap Ceanta.
Tak lama kemudian, Alvia menggerak-gerakkan jari-jemarinya. Dia membuka mata dan tersadar, hal pertama yang dilihatnya adalah Ceanta.
"Kau? Apa kau yang ...." Alvia menyentuh dadanya. Dia menaikkan kedua alis karena merasakan sesuatu yang hangat mengalir di tubuhnya. "Mana ini ... Mana positif?" Alvia terkejut dan bingung bukan kepalang. "Kau memiliki Mana positif?"
Ceanta merasa gugup. "B–begitukah? Aku tidak tahu. Tapi, aku bersyukur karena sihirku bisa menyembuhkanmu—"
"Tidak!" potong Alvia. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa succubus memiliki Mana positif?"
Kontradiksi ini membuat Alvia kehilangan ketenangannya. Dia sampai lupa berterima kasih karena tak mampu menerima fakta kalau Ceanta mempunyai Mana beraura positif.
Di tengah suasana yang penuh kecanggungan tersebut, tiba-tiba saja terjadi hal mengejutkan. Dari bawah jurang, matriak Lumiloth yang beberapa saat lalu Giovanni dan rombongannya telah lupakan meloncat naik.
Furash yang berada paling dekat dengan bibir jurang bereaksi cepat untuk mengelak dari terkaman matriak Lumiloth.
Akan tetapi, justru karena dia menghindari serangan tersebut tanah retak tanah di sekitar rombongan Giovanni berada retak dan runtuh ke jurang. Semua orang berhasil menyelamatkan diri, kecuali Giovanni.
Menyaksikan anak itu jatuh, Ceanta langsung berusaha menolongnya. Namun, dia tak cukup cekatan sehingga ikut terbawa jatuh ke dalam jurang.
===
Nih, si Raven.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top