17. Anggota Baru, Seorang Succubus!

"Seorang pemburu harus dapat belajar sesuatu yang baru meski itu terkesan mustahil baginya." ~ Alvia Etherancia.

¤¤¤

Alvia, Raven dan Furash memperhatikan Ceanta dari kejauhan. Mereka telah siap dengan senjata masing-masing untuk berjaga-jaga. Melihat sikap ketiganya, Ceanta tak bisa berbuat banyak selain tersenyum canggung.

Giovanni yang telah berbicara dengan Ceanta dan sudah yakin kalau gadis itu tidaklah berbahaya akhirnya berusaha menerangkan pada partynya kalau Ceanta aman untuk didekati.

"Aku tidak mempercayaimu! Bisa jadi kau berada dalam guna-guna banshee jelek itu!" ujar Alvia.

"Kau tidak dihipnotis kan, Giovanni?"

"Kau yakin, Nak?"

Bahkan Furash yang biasanya santai dan tak banyak berwaspada sampai bersiaga penuh di hadapan Ceanta.

Giovanni tak bisa lagi mengatakan hal lain untuk meyakinkan mereka bertiga.

"Maafkan aku, mungkin saja aku menakuti kalian." Ceanta murung. 

Giovanni berdengus lalu melangkah ke samping Ceanta dan duduk di sebelahnya. Dia mencoba menunjukkan pada yang lain kalau tidak akan terjadi apa-apa meski dirinya berdekatan dengan Ceanta.

"Lihat? Aku baik-baik saja. Kalian bisa kemari dan melepaskan kubah pelindung ini."

Furash dan yang lain sempat berdiskusi sejenak, setelah memikirkan keputusan dengan matang mereka pun berani mendekat.

Alvia beranjak ke dekat Ceanta dengan tangan gemetar . Dia kemudian meminta izin untuk menyentuh kulitnya. Gadis itu terkesima setelah mereka bersentuhan, selain karena dia baik-baik saja juga karena kulit Ceanta yang teramat lembut.

"Persis seperti dalam riwayat, succubus memiliki kulit yang halus dan seputih susu," kata Alvia kagum. "Dan matamu ... mengagumkan, warnanya merah dan biru."

"Terima kasih atas pujiannya, Nona." Ceanta membalas sambil menunduk. Cara bicaranya yang amat sopan mengejutkan Alvia.

Warna mata succubus yang berbeda menunjukkan kemampuan mereka. Succubus menggunakan mata kanan untuk memikat dan menggunakan mata kiri untuk mencari manusia yang cocok untuk dijadikan mangsa.

Selain itu, succubus mampu memberikan mimpi indah bagi siapapun yang terlelap di sekitarnya dan menghisap sedikit energi kehidupan mereka sebagai balasannya.

Tentu saja, ada cara tradisional yang jauh lebih efektif untuk menyerap energi kehidupan daripada memberikan mimpi indah tersebut. Succubus juga bisa mendapatkan energi kehidupan dari manusia apabila si manusia berkehendak memberikan.

"Aku tak menyangka telah menyelamatkan seorang succubus. Ini bisa jadi alasan kenapa aku tidur nyenyak saat menuju kemari." Furash berjongkok di hadapan Ceanta.

"Anda juga yang menyelamatkanku, kan? Aku berterima kasih kepada Anda. Tanpa Anda, mungkin aku sudah dijual oleh orang-orang itu," ucap Ceanta.

Furash menggaruk kepalanya karena merasa malu atas sikapnya tadi. Dia pun meminta maaf pada Ceanta dan gadis itu menerima permintaan maafnya.

"Apa yang membuatmu bisa sampai ditangkap?" tanya Giovanni kemudian.

Ceanta lantas bercerita bahwa dia tak mengingat banyak hal. Hal terjauh yang diingatnya adalah dia terbangun di sebuah tempat gelap sebelum kelompok Thiago datang dan membawanya pergi.

"Lalu, bagaimana dengan peliharaanmu itu?" Giovanni menuding Okopu.

"Aku juga tidak tahu sejak kapan Okopu bersama diriku. Dia telah berada di sisiku sejak pertama kali aku terbangun."

Penjelasan Ceanta membuat Giovanni merasa familiar. Dirinya dan Ceanta sama-sama terbangun di sebuah tempat asing tanpa mengetahui apa yang menyebabkan mereka ada di sana. Furash, Alvia dan Raven pun memikirkan hal yang sama.

"Apa kau ingat di mana tempat tinggalmu?" Giliran Furash bertanya.

"Iya, aku ... sedikit mengingatnya. Umm, di Telume, masih di dekat tempatku terbangun. Seingatku ... sebuah kastil yang bernama Karakin."

Furash, Alvia dan Raven tertohok mendengarnya sementara Giovanni malah merasa kebingungan.

Jika mendengar Kastil Karakin maka hanya ada satu hal yang akan langsung dipikirkan oleh para pemburu monster, yaitu kisah tentang monster yang namanya tak boleh disebutkan. Kisah ini telah begitu melegenda tidak hanya di kalangan petualang, namun juga masyarakat Kozia terutama yang tinggal di wilayah barat dan selatan.

"Kau berasal dari Karakin? Tidak mungkin, tempat itu sudah lama ditinggalkan!"

"Bahkan para Fiend saja tidak sanggup lagi menempati kastil itu setelah kedatangannya!"

Giovanni yang tak paham apa yang tengah bicarakan pun bertanya pada Furash. Pria itu kemudian menerangkan kalau Karakin dahulu merupakan salah satu benteng yang dihuni oleh kaum Fiend dan dikuasai oleh 5 bangsawan Fiend kuat, salah satunya merupakan ras succubus dan incubus.

Namun, pada suatu ketika datang sesosok monster yang namanya tak boleh disebutkan itu dan membinasakan seluruh keluarga bangsawan yang ada. Fiend-Fiend yang selamat pun lari dan berakhir hidup di alam, selamanya menjelajah Upper Land tanpa memiliki tempat untuk tinggal.

Hal ini kemudian membuat Furash berspekulasi tentang Ceanta.

Biasanya, Fiend tidak memiliki nama belakang apalagi nama tengah, namun Ceanta memilikinya  dan hanya Fiend bangsawan saja yang dapat mempunyai nama lengkap seperti itu.

Rasa haus akan keingin tahuan kembali menggerogoti relung dada Furash. Dia belum selesai mencaritahu siapa Giovanni sebenarnya, namun sudah muncul satu sosok misterius lagi di hadapannya.

Dengan kondisi Ceanta yang sedikit lupa ingatan, Furash melihat ini sebagai tantangan untuk mencaritahu identitas gadis itu.

"Aku amat berhutang budi pada kalian, kuharap aku bisa membalas perbuatan baik kalian suatu saat nanti. Tetapi, aku harus segera meninggalkan kalian semua," ucap Ceanta tergesa-gesa.

Gadis itu berusaha berdiri, kedua kakinya gemetar karena kondisi tubuhnya yang masih lemas kekurangan tenaga.

"Kau baru tersadar dan kau ingin langsung pergi?" Giovanni mengernyitkan dahi.

Ceanta mengangguk. "Aku tidak tahu harus ke mana lagi setelah ini. Jadi, kupikir kembali ke tempat asalku adalah pilihan yang terbaik."

"Jangan mengada-ada, Nona. Kau baru pulih dan baru saja kami selamatkan. Tapi, kau langsung berpikir untuk kembali ke tempat asalmu begitu saja? Istirahatlah sebentar bersama kami. Untuk rencanamu itu ... bisa kita bahas bersama nanti," kata Furash dengan senyumnya tersungging tipis.

Ceanta seakan baru menyadari kegegabahannya tersebut. Dia pun tersipu lalu meminta maaf pada Giovanni dan yang lain. Setelah itu party Raz Agul mengajaknya untuk sarapan pagi, namun Ceanta malah menolaknya.

Dia mengatakan bahwa succubus hanya butuh asupan energi dari manusia. Yang mengejutkan, Ceanta mengaku kalau dia menyukai energi milik Giovanni.

***

Tidak ada yang lebih aneh bagi Alvia dan Raven daripada melihat succubus menyerap energi seseorang. Dengan hanya berada di dekat Giovanni dan menyentuh punggungnya, Ceanta menyerap energi anak itu. Pemandangan ini terasa sangat janggal bagi Raven dan Alvia.

"Apa ini tidak berbahaya?" Giovanni agak sedikit cemas.

"Tenang saja, kebutuhan energiku sama seperti manusia. Jika diperumpamakan, jumlah energi dari sepotong paha sapi bakar sudah cukup bagiku."

Giovanni merasa kalau sepotong paha sapi sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mati kekenyangan, sementara Ceanta mengatakan hal tersebut seperti dirinya memakan ubi kukus.

"Aku mulai merasa lelah," kata Giovanni. Tubuhnya melemah.

"Begitu kah? Aku sudah cukup kenyang, terima kasih telah mengizinkanku menyerap energimu."

Ceanta mengulas senyum tipis lalu berhenti menempelkan tangannya ke punggung Giovanni.

Setelah itu, Furash memberi Giovanni sarapan dengan porsi lebih banyak guna mengisi ulang energi yang telah Ceanta serap. Ini kemudian menimbulkan permasalahan diantara mereka berempat.

Giovannk menjadi sumber makanan bagi Ceanta, dan karena itu dirinya juga membutuhkan makanan lebih banyak.

Raven memprotes soal seberapa besar biaya yang akan mereka keluarkan untuk urusan pangan nantinya terutama ketika hendak mengisi ulang perbekalan, sementara Alvia merasa tidak etis membiarkan Giovanni dijadikan pakan untuk Ceanta.

Menyadari hal ini, Ceanta merasa tak enak hati pada Giovanni dan yang lain. Namun, Giovanni berkata bahwa dia tak masalah menjadi sumber energi bagi Ceanta.

Pembahasan pun akhirnya beralih ke hal lain, namun perdebatan masih terus terjadi.

Furash dan Giovanni berniat menolong Ceanta dengan mengantarkannya ke Karakin. Di kubu berlawanan, Raven dan Alvia menolak untuk menolong sampai sejauh itu.

Diskusi kembali berjalan dengan alot. Namun, pada akhirnya Raven dan Alvia sepakat mengantar Ceanta hingga ke Karakin. Sekarang, mereka membahas perihal rute yang akan dilewati.

"Itu akan sangat jauh! Tujuan kita juga adalah menyebrangi padang pasir Scorche, jika memutar lewat barat menuju wilayah Telume maka butuh 2 bulan untuk sampai ke sana," ujar Raven saat Furash mengusulkan rute perjalanan.

"Memang jauh, tapi dari Telume kita bisa pergi ke timur laut dan mengitari Scorche. Daripada menyebranginya, kurasa ini lebih baik."

Furash mempertimbangkan rute tersebut karena ingin sekaligus mencari jalan tercepat menuju ke tempat Giovanni berasal.

"Anu, maaf menyela." Ceanta tiba-tiba ikut masuk ke dalam pembicaraan. "Aku tidak tahu ke mana tujuan kalian sebenarnya dengan menyebrangi padang pasir Scorche, tapi jika yang kalian inginkan adalah menyebranginya aku mengingat tentang jalan pintas yang ada di rute menuju Telume. Kebetulan, aku bisa membaca peta dan mengingat jalan pintas yang ada."

Semua anggota party Raz Agul langsung memperhatikan Ceanta. Hal ini cukup mengejutkan mereka namun keempatnya tidak memusingkannya lebih jauh.

Mereka berempat mendengarkan dengan seksama selama Ceanta memberitahu semua jalan pintas yang ada di rute Telume menuju sebrang padang pasir Scorche. Dengan informasi ini, Furash pun akhirnya dapat menentukan rute terbaik yang akan mereka tempuh nanti.

Masalah rute telah selesai, akan tetapi dalam benak Raven dan Alvia masih ada sesuatu yang mengganjal. Mereka tetap mencemaskan hal sama seperti sebelumnya, terutama nanti apabila mereka tiba di Karakin.

Furash mengetahui kekhawatiran kedua anggotanya itu. Dia pun tersenyum dan berkata, "Tenanglah, kalian berdua. Jangan cemaskan hal yang tidak-tidak. Pikirkan apa yang akan kita dapat di akhir perjalanan nanti, terutama di Karakin. Kudengar ada banyak harta tersimpan di ruang emas kastil milik tetua vampir di sana. Bukan benar begitu, Ceanta?"

Succubus itu tak tahu harus mengatakan apa, sebab dia tak mengingat secara persis isi dari kastil Karakin. Dia hanya tahu kalau tempat itu adalah tempat tinggalnya. Jadi, Ceanta hanya memasang senyum pada Furash tanpa menjawab pertanyaannya.

Giovanni pun ikut tersenyum melihat suasana hangat ini, dia benar-benar merasa nyaman.

Beberapa jam kemudian, Giovanni dan rombongan memutuskan berangkat melanjutkan perjalanan. Ditambah satu anggota baru yang merupakan seorang succubus, mereka melangkah pergi dari Shal'e.

Okopu juga ikut bersama mereka berlima.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top