11. Misi Pertama-! ... Tak Sesuai Ekspetasi ....
"Aku adalah gema dalam setiap jeritmu, aku adalah angin yang berdesir mengikuti kau berlari, aku adalah kasih yang selalu engkau dambakan dalam tiap rangkai pilumu." ~ Regista Valori
***
Giovanni sedikit keberatan dengan perbuatan Furash yang menyuap si Petugas pendaftaran tetapi Giovanni memilih tidak berkomentar apapun.
"Tolong baca dulu peraturan dan ketentuan yang ada dalam kertas perjanjian sebelum kau mengikat kontrak. Kumohon, baca dengan seksama."
Sesuai perkataan petugas itu, Giovanni pun membaca isi kertas perjanjian tersebut. Dalam kertas perjanjian itu tertulis beberapa peraturan serta ketentuan yang diantaranya adalah:
1. Pemburu dilarang melakukan barter misi.
2. Pemburu hanya diperbolehkan mengambil misi yang berada setara atau lebih satu tingkat di atas levelnya saat ini dengan pengecualian apabila pemburu menjalankan misi bersama party yang memiliki satu / lebih anggota berlevel di atas 5.
3. Misi harus diselesaikan sesuai tenggat waktu yang berlaku atau pemburu akan dikenakan denda jika terlambat menyelesaikan misi.
4. Inti mana yang didapat dari misi harus ditukarkan di gilda tempat pemburu mengambil misi tersebut atau pemburu akan mendapat denda apabila menukarkannya di tempat / gilda lain.
5. Pemburu di bawah level 5 harus memiliki party untuk menyelesaikan misi.
Masih ada banyak lagi aturan dan ketentuan ini.
Level pemburu adalah indikator kesuksesan seorang pemburu dalam menyelesaikan misi. Level pemburu dibagi menjadi 10 dan seorang pemburu diharuskan mengenakan lencana penanda level di dada kanan mereka.
Alvia dan Raven memakai lencana berangka tiga sementara Furash berangka enam.
Misi sendiri dibagi menjadi 10 tingkat sesuai sepuluh level pemburu yang ada dan 5 kategori yang masing-masing terdiri dari dua tingkatan misi.
Untuk naik level, seorang pemburu perlu menyelesaikan misi dalam jumlah tertentu sesuai ketentuan promosi level yang berlaku. Seorang pemburu akan turun level apabila beberapa kali gagal menjalankan misi.
Aturan dan ketentuan ini perlu diingat baik-baik oleh setiap pemburu monster yang ada. Sebab, seringkali ada pemburu yang mengabaikan lalu dikenai sanksi cukup berat oleh gilda dan berakhir terjadi perselisihan antara kedua belah pihak.
Beberapa saat kemudian, Giovanni selesai membaca isi kertas perjanjian dan memantapkan diri untuk mendaftar. Si Petugas pun memberinya sebuah jarum.
Giovanni mengambil jarum itu lalu menusuk telunjuk dan meneteskan darahnya ke atas kolom kontrak dalam kertas perjanjian.
Setelah itu, si Petugas mengambil kertas perjanjian dan memasukkannya ke sebuah tungku kecil berisi cairan biru berkilauan.
Sesaat setelahnya, si Petugas menggunakan pinset besar untuk mengambil selembar kartu berwarna coklat pudar yang tiba-tiba saja muncul di dalam tungku tersebut.
"Ini kartu keanggotaanmu, dengan ini kau resmi terikat dengan gilda dan akan mematuhi semua aturan serta ketentuan yang ada dalam melaksanakan misi," ujar si Petugas.
Giovanni tak mendengarkan perkataan petugas itu. Dia sibuk mengamati kartu keanggotaannya yang selain menyimpan data diri juga mengandung statistik fisik dan sihir.
"Woah, keren! Tungku itu membuat kartu ini berdasarkan informasi yang ada dalam setetes darahku dalam kertas perjanjian itu, kan?"
Si Petugas mengangguk-angguk. "Kartu itu menilai kekuatan fisik dan sihirmu, kemudian mengategorikannya ke dalam peringkat. Statusmu akan berganti seiring perkembangan atau penurunan kemampuan fisik dan sihirmu."
"Hmm, sayang ini tak berbentuk statistik. Padahal, aku suka angka-angka. Tapi, kupikir peringkat memakai huruf pun tidak masalah." Giovanni tersenyum puas.
"Jagalah kartu itu baik-baik. Kalau sampai hilang atau rusak, kau harus datang ke gilda ini dan meminta kartu yang baru," papar si Petugas lagi.
Peringkat fisik Giovanni ada pada peringkat E, terendah kedua setelah F. Sementara peringkat yang tertinggi adalah S+.
Sistem pengategorian ini pun berlaku pada peringkat kekuatan sihir yang menunjukkan seberapa banyak jumlah Mana dalam tubuh seseorang. Peringkat sihir Giovanni sama dengan peringkat fisiknya.
"Sekarang, karena kau sudah resmi menjadi pemburu kau bisa menjalankan misi pertamamu. Tapi, sesuai regulasi yang berlaku saat ini kau harus memiliki party untuk melakukannya. Apakah ...." Petugas itu melirik Furash.
Furash pun mengonfirmasi, "Ya, dia bersama kami."
"Baiklah kalau begitu, kau tinggal menulis nama party dalam kolom party di kartu keanggotaanmu," ucap si Petugas pada Giovanni.
Dia kemudian memberi Giovanni sebuah pena. Begitu selesai menuliskan nama party Furash yaitu Raz Agul, kartu keanggotaan Giovanni bercahaya dan muncul lambang party Raz Agul pada bagian belakang kartu tersebut yang berbentuk dua bilah belati.
"Dengan ini aku sudah bisa mengambil misi bersama partyku, kan? Kalau begitu ayo kita ambil satu misi," kata Giovanni pada Furash.
"Kau cukup bersemangat." Furash tersenyum lalu memanggil Raven dan Alvia.
Keduanya pun langsung beranjak dari pojok gilda ke depan meja resepsionis.
Melihat Giovanni telah resmi menjadi pemburu, Alvia menyeringai pada Furash karena tahu usaha apa yang dilakukan pria itu sebelumnya. Sementara Raven kelihatan sedikit kesal karena banyak uang mereka yang melayang untuk digunakan sebagai suap.
"Sebaiknya sekarang kita ambil satu misi untuk menutup pengeluaran barusan." Raven berkata ketus, dia kemudian melangkah pergi.
Giovanni dan yang lain pun mengikuti pemuda itu yang mendahului mereka menuju ke papan misi di sebelah meja resepsionis.
***
Ini adalah misi pertama Giovanni sebagai pemburu monster. Dia berharap akan membunuh monster pertamanya dalan misi ini apalagi misi yang diambil oleh partynya adalah misi level 2, mereka hanya diharuskan membunuh beberapa ekor slime di perbatasan kota.
Namun, apa yang terjadi sungguh berada di luar ekspektasi Giovanni.
Secara tak terduga, kawanan slime yang dilawan oleh mereka bergabung menjadi satu dan berubah menjadi seekor slime raksasa dengan kekuatan berkali-kali lipat lebih besar kala party Giovanni mendekat.
Furash menduga bahwa atas sebab itulah belum ada orang mau mengambil misi ini. Slime–apalagi yang berada dalam kawanan besar–dapat bergabung menjadi satu apabila merasa terancam.
Misi level 2 yang Giovanni dan partynya ambil pun seketika terasa jadi misi level 5 ke atas. Terkadang, hal tak terduga semacam ini terjadi ketika pemburu monster menjalankan misi. Oleh karena itu, ketika memilih misi biasanya yang menjadi patokan adalah rincian misi tersebut.
Giovanni yang belum melepas satu anak panah pun terpaksa duduk di garis tepi lapangan pertarungan bersama Alvia atas perintah Furash. Tentu saja, keputusannya membuat Alvia muak.
Gadis itu tiba-tiba menggeram, "Grrrgh! Ada-ada saja, berada di sini bukan tugasku!"
Alvia berdiri dan berniat ikut bertarung bersama yang lain. Giovanni juga berdiri untuk mengikutinya. Menyadari ini, Alvia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Giovanni.
"Mau ke mana kau?" tanyanya kemudian.
"Mengikutimu, aku juga ingin bertarung."
Jawaban Giovanni membuat Alvia mengerutkan dahi. "Slime itu bukan slime biasa, kau tidak akan bisa berbuat apa-apa bahkan dengan busur magismu. Yah, untuk sekarang itu pun tidak akan berguna juga sih di tanganmu."
Perkataan Alvia menyinggung Giovanni. Merasa diremehkan, dia menarik tali busur dan mengalirkan Mananya. Sebuah anak panah pun tercipta, dengan ini Giovanni berusaha menunjukkan bahwa dia siap membuktikan diri pada Alvia.
"Oh, ayolah." Alvia mendesah seraya memutar bola mata.
Dia memutar otak untuk menghentikan kekeras kepalaan Giovanni. Alvia tahu kalau Giovanni sampai melepaskan anak panahnya dan mengenai si slime raksasa maka keadaan akan jadi sangat kacau.
Sesaat berlalu, Alvia kemudian kembali ke dekat Giovanni dan memintanya untuk berhenti membidik.
"Sekarang bukan waktunya untuk latihan memanah, lakukan itu nanti bersama Tuan Furash setelah kita selesai dengan misi ini."
"Aku ingin mencoba, kumohon biarkan aku ikut denganmu."
"Bukan itu masalahnya, apa kau tidak melihat situasi saat ini? Daripada melatih keahlian memanahmu, akan kuajari kau tentang sihir. Sekalian saja kulakukan sekarang beserta contoh prakteknya. Perhatikan baik-baik!"
Alvia mengacungkan tongkat sihirnya. Ujung tongkat sihir tersebut bercahaya saat Alvia mulai mengisi Mana ke dalamnya.
"Mantra adalah rangkaian kalimat unik yang memiliki kegunaan spesial untuk merealisasikan imajinasi ke dalam bentuk nyata menggunakan energi Mana sebagai sumber tenaga dan tubuh atau alat bantu lain sebagai media mewujudkannya."
Giovanni menurunkan bidikannya mendengar Alvia mulai menjelaskan. Kata-kata dan ketegasan dalam nada bicaranya menyiratkan pengetahuan yang luas.
"Rapalan mantra tak ubahnya sebuah kode, sebuah simbol, sebuah rangkaian kalimat tertranskripsi dari Rune yang merupakan wujud asli dari setiap rapalan mantra. Ini adalah cara manusia untuk mengontrol alam dengan menggunakan formula sihir. Mantra adalah perintah manusia kepada alam untuk patuh kepadanya!"
Alvia menyeringai, di saat bersamaan muncul lingkaran sihir di ujung tongkat sihirnya yang sama seperti ketika ada di rubanah. Alvia pun mulai merapal mantra sihirnya.
"Renjana mengekang kalbu, jiwa terperdaya oleh dahaga nafsu. Dosa bak tinta di atas kertas, amerta tak terbilas. O Sang Agung lagi maha perkasa, hanya kuasamu yang mampu membasuhnya. Falldom!"
Slime raksasa yang sedang Raven dan Furash lawan tiba-tiba saja jatuh ke tanah hingga menciptakan sebuah kawah besar. Tubuhnya yang kenyal dan bulat berubah gepeng karena tekanan besar di atas tubuhnya.
Raven dan Furash memberi isyarat pada Alvia dari kejauhan bahwa dia telah melakukan kerja bagus.
"Bagaimana kau dapat melakukan itu?" Giovanni kagum.
Alvia tersenyum bangga. "Dengan latihan tentu saja. Mantra ini membutuhkan akurasi yang tinggi, tapi aku mampu mengenai target sebesar slime raksasa atau rammer di rubanah waktu itu dari jarak 100 meter. Apa kau mau mencoba mempelajarinya?"
"Tentu saja! Tapi, aku tidak yakin bisa melakukannya." Giovanni pesimis mengingat dirinya kesulitan dalam menggunakan sihir.
Mendengar perkataan Giovanni membuat Alvia memasang muka sebal.
"Kau ini ....," Alvia berdengus kesal. "Kalau kau masih terus seperti itu, maka kau tidak akan bertahan hidup di luar sana. Seorang pemburu harus dapat belajar sesuatu yang baru meski itu terkesan mustahil baginya. Kau bilang mau menemui ibumu?"
"Ya, kau benar. Tapi—"
"Maka berhentilah beralasan!"
Alvia tak mau menerima alasan apapun darinya, jadi Alvia pun memaksa Giovanni untuk mau diajari. Dia tak peduli seberapa sulit Giovanni untuk mempelajari atau merapalkan sebuah mantra.
Gadis itu lalu menarik lengan baju Giovanni dan menyeretnya ke suatu arah.
"Mau ke mana kau membawaku? Kita masih menjalankan misi," ujar Giovanni.
"Lupakan misinya, Raven dan Tuan Furash bisa mengatasi slime itu. Kita berdua punya urusan yang lebih penting!"
Alvia membawa Giovanni pergi, tanpa peduli kalau dia menariknya dengan terlalu kasar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top