23 Sayang
Ethan mengantarkan Rissa pulang pukul 20.00 WIB, setelah banyak bercerita tentang apa yang dilakukannya di Afrika dan rasanya sudah sangat lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini. Ethan juga menceritakan rencana ke depannya, untuk fokus meneruskan bisnis keluarganya yang kebetulan memiliki pabrik makanan kaleng berbahan dasar ikan laut.
"Makasih banyak, ya, Than," Rissa berujar, begitu mobil Ethan berhenti di lobi apartemen tempatnya tinggal bersama Aksa.
Ethan menganggukkan kepala. "Aku udah gak bisa nahan kamu buat gak bareng cowok itu, tapi kamu tahu jelas, kan? Aku akan selalu ada buat kamu. Apa pun yang terjadi. Jangan sungkan sama aku."
Rissa mengangguk. "Gak akan. Kamu akan tetap jadi sahabat aku." Rissa membuka pintu mobil Ethan, "Aku masuk duluan, ya, Than. Kamu hati-hati di jalan."
"Iya, Rissa. Sampai ketemu secepatnya."
Rissa hanya menyunggingkan senyum sebelum melangkah memasuki area apartemen, meninggalkan Ethan yang masih bertahan di lobi memastikan Rissa benar-benar hilang dari pandangannya, lalu mulai melajukan mobilnya.
Belum seberapa jauh mobil Ethan meninggalkan area apartemen tempat sahabatnya itu tinggal, sebuah panggilan masuk dan dengan gerakan cepat, Ethan mengangkat dengan menyalakan mode loud speaker.
"Kenapa?" Ethan bertanya, tanpa basa-basi.
"Informasi terbaru tentang Aksara Gabriel Deandra, Bos. Ternyata, dia mantan male escort di beberapa kelab malam."
Ethan melotot. "Male escort? What the fuck?"
"Benar, Bos. Informasi cukup valid. Kami mewawancari langsung beberapa karyawan kelab dan mereka bilang, mereka kenal Aksara dengan nama Briel. Dia sering muncul dan kebanyakan pelanggannya adalah VIP. Salah satunya adalah aktris terkenal yang baru meninggal beberapa saat lalu. Natalia Hardianto."
Ethan mengerjap. "Tunggu. Natalia Hardianto? Yang main film Harapan? Meninggal?"
"Benar, Bos. Natalia meninggal dalam kecelakaan mobil yang sengaja dibuat oleh pacarnya, Adam. Adam sudah ditetapkan sebagai tersangka dan kabarnya, amarah Adam itu dipicu oleh rasa cemburu karena Natalia sering mendatangi Briel diam-diam. Adam masih berstatus buronan polisi karena belum melapor sejak status tersangkanya sampai saat ini."
Ethan menggigit bibir bawahnya. "Gue kenal Adam. Gue kenal Natalia juga, meski gak dekat dan yang gue tahu, Adam emang punya obsesi sama Natalia. Tapi sampai ngebunuh cewek itu, benar-benar di luar kendali dan yang terpenting," Ethan memejamkan mata, menghela napas, wajahnya mulai gusar, "Please, gue tambah bayaran kalian buat bantu awasi Rissa. Bukan ide baik dia ada di dekat Aksa yang gue yakin masih menjadi inceran utama Adam."
"Siap, Bos. Kemarin, saat kami ngikutin Aksa, kami kehilangan jejak dan sepertinya, ada mobil lain juga yang mengikuti Aksa. Kami akan selidiki pemilik mobil itu."
Ethan mengangguk kecil. "Apa pun yang akan terjadi, please, pastikan Rissa gak dilibatkan, sedikit pun."
Sesayang itu, Ethan pada Rissa.
🌹🌹🌹
Aksara Gabriel Deandra memejamkan mata sebelum menyeringai kecil. Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepala menatap foto dua mobil yang ada di layar ponselnya, foto yang di ambil dari kamera belakang mobil sebelum dia non aktifkan. Benar dugaan Aksa, bukan hanya satu, tapi dia diikuti dua mobil beberapa hari belakangan dan Aksa sudah dapat menebak siapa yang mengirimkan dua mobil pengintai itu.
Yang pertama, sudah pasti Ethan yang ingin mencari tahu mengenai Aksa yang merebut Rissa-nya.
Yang kedua adalah yang paling harus Aksa waspadai. Dugaan Aksa adalah mobil suruhan Adam, yang masih dalam status buronan karena dendam pada Aksa.
Sungguh, Aksa baru ingin hidup tenang, tapi masalah selalu muncul dalam hidupnya dan membuatnya harus waspada. Terlebih lagi tentang Adam. Informasi tentang Adam yang Aksa dapatkan, pemuda itu tidak akan melepaskan Aksa sampai dendamnya terpenuhi.
"Aksara,"
Lamunan Aksa buyar mendengar panggilan tersebut, pria paruh baya yang mengundangnya makan malam bersama malam ini, menatapnya lekat nan tajam. "Kamu ada masalah?" tanyanya, melanjutkan.
Aksa tersenyum tipis. "Kapan hidupku bebas dari masalah?"
Pria paruh baya itu tersenyum miring. "Itu hobi kamu, kan? Mencari masalah, bahkan yang gak akan pernah kamu selesaikan sekali pun." Pria itu lanjut memakan menu makan malamnya, soto Betawi yang Aksa beli dari tempat makan langganan mereka dulu. "Lalu, apa kabar terbaru Alamsyah? Masih baik, kah, dia di penjara?"
Senyuman Aksa tipis mendengar hal tersebut. "Kemarin dia keracunan, tapi sudah membaik dan kembali menjalani hari sebagai narapidana."
Pria itu mengangguk-anggukkan kepala. "Dia akan dapat pelajaran berharga setelah ke luar. Jadi, apa hakim sudah memutuskan hukumannya?"
Aksa menggeleng. "Belum ada sidang lanjutan."
"Dia pria baik-baik, hanya sedikit bodoh." Pria itu tersenyum tipis menatap Aksa, "Bisa-bisanya dia terjebak oleh bocah belum lulus kuliah seperti kamu."
Aksa tersenyum tipis. "Aku gak jebak dia, aku menjalankan tugas."
Pria paruh baya itu kembali menggeleng-gelengkan kepala. "Anak gadisnya masih tinggal bersama kamu?"
Aksa mengangguk.
"Dia akan benci kamu saat dia tahu kamu yang menjebloskan ayahnya ke penjara."
Aksa tahu akan hal itu.
🌹🌹🌹
Baru saja membuka pintu apartemen, Rissa disambut oleh dekapan hangat seseorang, sangat erat. Rissa terkekeh dibuatnya, Aksa sangat harum. Terlihat baru selesai mandi, aroma sabun dan sampo yang biasa dia gunakan sangat menguar dari tubuhnya yang sedikit dingin.
"Lama banget kamu sama Ethan. Ngapain aja?" Aksa bertanya, tanpa melepas pelukannya.
Rissa menghela napas, bertahan di posisi berdiri tegaknya yang tidak membalas pelukan Aksa. "Kamu gak ke luar? Di apartemen aja nunggu aku balik?"
Aksa mengangguk. "Iya. Lama banget."
Rissa terkekeh sebelum balas memeluk Aksa, menyapu punggung pemuda yang mengenakan kaus oblong putih itu dengan lembut. "Maaf, ya. Udah lama banget aku gak ngobrol berdua sama Ethan. Jadi lupa waktu. Aku kira kamu juga bakal ke luar rumah dan main sama temen kamu."
Pemuda jangkung itu menggeleng. "Enggak mau main sama yang lain, maunya ditemani kamu."
Tangan Rissa sedikit mendorong dada bidang Aksa untuk melepas pelukan, namun Aksa tidak bergerak. "Aku dari luar, Sa. Aku mandi dulu."
Lagi, Aksa menggeleng. "Sebentar dulu. Aku pengin peluk kamu begini."
Mata Rissa memicing. "Kenapa, sih, Sa? Tumben banget kamu manja gini."
"Karena kamu kelamaan ke luar sama Setannya."
Rissa memukul lengan Aksa. "Ethan, ya. Bukan Setan."
"Gak peduli."
Rissa menghela napas dan pasrah, membiarkan Aksa yang masih mendekapnya erat, tak ingin melepaskan. Rissa tahu, pasti ada sesuatu yang tak beres pada pemuda ini.
"Kamu seriusan gak apa-apa?" Rissa kembali bertanya, memastikan.
Kali ini, Aksa melepaskan pelukannya, merengkuh pundak Rissa, mata mereka menatap satu sama lain, Aksa tersenyum. "Sa, kamu tahu kan, aku sayang banget sama kamu? Benar-benar sayang sama kamu?"
Satu tangan Aksa naik, menyentuh sudut wajah Rissa yang masih menatapnya bingung. "Ya, kamu udah sering bilang. Kenapa, sih, kamu?"
"Jangan tinggalin aku. Apa pun yang terjadi."
Rissa mengernyit, Aksa mengelus pipinya lembut. "Kamu kenapa, sih, Sa? Jangan tinggalin kamu apa maksudnya? Aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Kamu yang seharusnya janji buat gak ninggalin aku."
Aksa terkekeh. "Mana mungkin aku ninggalin kamu, Sa."
"Ya, enggak tahu."
"Enggak akan, Sa."
Rissa menahan napas saat Aksa memajukan wajahnya, hidung mereka bersentuhan. Rissa sontak memejamkan mata dan Aksa tersenyum gemas saat jarak mereka semakin menipis, "Aku sayang banget sama kamu, Sa. Serius."
Perlahan, Rissa membuka mata dan jarak mereka benar-benar dekat. Tangan Aksa masih bertahan di sudut wajah Rissa. Mata mereka bertemu, terkunci satu sama lain.
"Kamu sayang sama aku, kan?" Aksa bertanya, pelan.
Rissa mengangguk dan jawaban itu sukses membuat Aksa tersenyum senang sebelum menautkan bibirnya di atas bibir Rissa, melumatnya lembut dan penuh kasih sayang.
🌹
Long time no post!
Semoga ini gak ngebosenin, Aamiin.
Thank you yang masih berkenan membaca yaa
13 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top