💙 Arabella : The Story of Finding Pumpkin Seeds

Di dalam sebuah kamar, seorang gadis bersurai ungu, mengenakan piyama tidurnya terlihat tengah memikirkan sesuatu.

"Uhh, dimana aku bisa menemukan benih labu?" keluh seorang gadis bersurai ungu sambil duduk dipinggiran tempat tidur.

Sang ibu yang mendengar keluhan anaknya tersebut, segera mendekati lalu bertanya, "Ada apa, Ara? Kenapa wajahmu kusut begitu?"

Gadis bernama Arabella Aqueline, yang akrab disapa Ara itu, langsung menceritakan apa yang sedang mengganggu pikirannya. 

"Bu, aku punya tugas disuruh mencari benih labu tapi aku tak tahu dimana harus mencarinya," kata Ara sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kamu sudah cari di berbagai tempat?" tanya sang Ibu sambil mengelus rambut Ara.

"Sudah banyak tempat yang aku kunjungi tapi benihnya belum juga ketemu," jawab Ara sambil memegangi kepala, mendadak pusing dengan tugas tersebut.

"Emang kamu sudah mencarinya kemana saja?" tanya sang Ibu sambil mengacak rambut berwarna ungu milik Ara.

"Ara, sudah cari ke hutan!" jawab Ara sambil bergidik ngeri, teringat hal-hal menakutkan yang ia temukan di hutan.

"Lah, kenapa reaksimu begitu?" tanya sang Ibu heran.

"Itu yang Ara temukan hanya rumput liar, serangga dan hewan lainnya!" jawab Ara sambil menghela nafas, pasrah.

Padahal, ia dengan tekat sekuat baja dan nyali yang sebesar biji bayam, memberanikan diri untuk pergi ke hutan mencari benih labu tersebut, tapi yang Ara temukan bukanlah benih labu melainkan rumput liar, semak belukar, serangga dan hewan lainnya.

"Setelah itu, kemana lagi kamu mencarinya?" tanya sang Ibu semakin penasaran dengan kisah petualangan sang Anak.

"Hehehe, ke ladang milik tetangga kita," jawab Ara sambil nyengir kuda minta ditampol pake sandal jepit merek swallow.

Ibunya Ara menepuk jidat, heran dengan kelakuan anak semata wayangnya ini, mencari benih labu kok ke ladang milik tetangga.

"Kenapa ke ladang milik tetangga? Mereka itu menanam buah pepaya bukan labu!" ucap sang Ibu sambil menggelengkan kepalanya, heran. Tetangga mereka semuanya menanam buah pepaya tak satu pun yang menanam labu.

"Oh, pantes! Pak Mamat marah banget waktu aku masuk ke ladang beliau. Aku dikejar-kejar pake pentungan andalan plus plototan tajamnya dan tak lupa semburan air ludahnya beliau, yang warbiazaahh baunya itu," kata Ara manggut-manggut sambil terkikik geli karena merasa berhasil membuat pak Mamat kewalahan dengan tingkahnya.

"Hadeuh, kamu ini ada-ada aja masak cari labu ke ladang pak Mamat! Pastinya ya bakalan begitu, kamu dikira mau maling buah pepaya, makanya beliau kejar pake pentungan," kata ibunya Ara sambil memegangi kepalanya, yang mendadak sakit.

Setelah mencari di hutan tapi tak kunjung Ara temukan, ia teruskan mencari benih labu ke ladang milik tetangga, bukannya benih labu yang ditemukan, malah dapat pentungan dan lirikan tajam dari pemilik ladang yaitu ladang pak Mamat tadi.

"Setelah ke hutan sama ladang milik tetangga tadi, kemana kamu mencari benih labu lagi?"

"Hehehe! Aku mencari ke kandang sapi milik Pak Sosro!"

Ara masih ingat ketika sehabis dikejar dengan pentungan pak Mamat, ia langsung melanjutkan misi mencari benih labu ke tujuan selanjutnya yaitu kandang sapinya pak Sosro, ia manusia bukan sejenis minuman kemasan teh botol, yang dijual di pasaran.

"Gimana ada gak benih labunya di sana?"

"Enggak ada, Bu! Adanya cuma rumput sama kotoran sapi, yang wanginya cetar membahana dan aku juga nyaris ditendang sama si Sapinya."

Mendengar hal itu, ibunya Ara tidak dapat lagi menahan tawa karena anaknya terlalu absur.  Ara yang melihat ibunya tertawa mengerucutkan bibir, terlihat cemberut sehingga membuat ibunya tidak berhenti untuk tertawa.

"Terus! Terus kemana lagi kamu mencarinya?" Ibu Ara bertanya setelah lelah untuk terus tertawa. Ara yang masih cemberut karena di tertawakan hanya diam mendengar pertanyaan sang Ibu.

"Huft, ibu janji gak akan ketawa lagi deh! Coba cerita kemana lagi kamu mencarinya benih labunya!" kata sang Ibu sambil menoel-noel pipinya Ara.

"Itu aku mencarinya ke taman hiburan!" jawab Ara sambil garuk-garuk kepala, yang tidak gatal.

"Taman hiburan?" tanya ibunya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengaran.

"Iyah, aku pergi mencarinya ke taman hiburan," jawab Ara membenarkan.

"Terus gimana? Ada benih labunya di sana?"

Ara menggelengkan kepalanya sebagai jawab bahwa yang ia cari tidak ada di sana.

"Yang ada di sana hanya wahana uji nyali dan permainan untuk anak-anak," ucap Ara lesu. 

"Gak papa, sekarang gak ketemu, besok pasti ketemu! Asalkan, Ara jangan menyerah dalam mencarinya," kata sang Ibu menepuk pundak Ara.

Keesokan harinya, Ara bersiap untuk pergi mencari benih labu dengan penuh semangat.

"Baju, oke!" kata Ara sambil memperhatikan pakaiannya di depan cermin.

Ia memakai gaun berwarna biru selutut dengan campuran renda berwarna putih, rambut ungunya digerai supaya menambah kesan anggun yang ada pada dirinya dan tak lupa memasang tompelan berbentuk love di bawah mata kiri.

"Bedak dan lipstik juga, oke! Muaach!" katanya lagi sambil berpose alay.

Setelah semuanya selesai, Ara berpamitan ke pada ibunya untuk melanjutkan misi mencari benih labu.

"Yang semangat mencarinya!!" teriak sang Ibu ketika Ara sudah sampai di halaman.

"Siap, komandan!" balas Ara sambil memberi hormat ala pasukan tentara.

Kemarin, Ara sudah mencari benih labu ke hutan, ke ladang Pak Mamat, ke kandang sapi Pak Sosro dan ke taman hiburan. Sekarang, Ara memutuskan untuk mencari benih labu ke counter telepon seluler.

"Okeh, counter telepon seluler aku datang!" ujar Ara sambil mengayuh sepeda kesayangannya.

Sesampainya di counter telepon seluler, Ara langsung masuk dan seketika pemandangan yang ia lihat adalah berbagai jenis merek telepon dari yang terkenal sampe yang jadul semuanya ada di sana, bahkan yang kuno pun juga ada.

"Woah, keren juga nih counter!" ucap Ara kagum melihat pemandangan yang ada di depannya.

"Mau cari telepon merek apa, Dek?" tanya pegawai counter, saat melihat Ara masuk. 

"Aku gak mau beli telepon, Kak!" jawab Ara jujur.

"Lah, terus kamu ngapain ke sini kalau gak beli telepon?" tanya pegawai counter tersebut.

"Aku lagi cari benih labu, Kak!" jawab Ara dengan senyum ala pepsodent-nya, cling
Pegawai counter yang mendengar hal itu, langsung mengelus dadanya, sabar. Heran dengan kelakuan anak zaman sekarang, mencari benih labu kenapa perginya ke counter telepon.

Saat Ara tengah berbincang dengan pegawai counter, tiba-tiba ada seseorang memukul kepala Ara dari arah belakang, sehingga yang punya kepala mengaduh kesakitan.

"Adoww, sakit! Woy, siapa sih yang iseng mukulin orang! Ini kelapa bukan kepala!" ucap Ara jengkel setengah mati, sampai tidak sadar kata yang ia ucapkan terbalik.

"Gak kebalik tuh kata-katanya!" ucap cowok bersurai kuning, yang tak lain adalah pelakunya.

Saat Ara menoleh ke arah belakang, ia terpaku melihat kegantengan yang tepat berada di depan matanya, bagaikan malaikat yang turun dari surga.

"Oii, Ra! Jangan ngeliat aku sampe segitunya! Aku tahu! Aku ini ganteng kece maksimal pake banget pula," ucap cowok bersurai kuning tersebut narsis dengan gaya alay-nya.

Melihat kenarsisan cowok tersebut mendadak Ara ingin muntah di tempat tapi tunggu sebentar cowok tersebut memanggil namanya.

"Kamu kenal aku?" tanya Ara dengan wajah datarnya, melirik cowok tersebut raut wajah cowok tersebut rada-rada tidak asing di matanya.

"Ahhh! Ara, sudah melupakan diriku yang gantengnya kece maksimal ini," kata cowok tersebut dengan mata berkaca-kaca, sambil memegangi kepalanya berpose alay.

"Maaf, aku gak kenal kamu," kata Ara dengan wajah datar kemudian pergi dari counter.

"Tunggu! Ara, ini aku Kira! Kamu masih ingat gak cowok yang kamu tolong waktu nyungsep ke comberan!" kata cowok yang bernama Kira itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengingat kenangan yang memalukan itu.

"Jadi, itu kamu?" tanya Ara reflek memegang tangannya Kira.

"Iyah," jawab Kira disertai anggukan kepalanya.

Dengan senyum terkembang Ara, memeluk Kira sambil mengelus surai kuningnya, seperti majikan mengelus hewan peliharaannya.

"Kamu selama ini kemana aja? Aku cariin kemana-mana," kata Ara cemberut sambil melepas pelukannya.

Aku mendengar kamu lagi mencari benih labu, jadi aku keliling dunia mencari benih labu tersebut hanya untuk dirimu.

"Apa kamu menemukan benihnya di luar sana?" tanya Ara penuh harap.

"Sayangnya, aku tidak menemukan benihnya tapi aku tau suatu tempat dimana kita bisa menemukan benih labu," ucap Kira sambil mengacak rambutnya Ara.

"Dimana?" tanya Ara penasaran.

"Di pasar! Di sana kita bisa menemukan berbagai macam benih labu," ucap Kira dengan penuh percaya diri.

Akhirnya, Ara memutuskan untuk mencari benih labu di pasar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kira.

Ternyata, benar apa yang dikatakan oleh Kira, bahwa ia bisa menemukan berbagai macam jenis  benih labu di pasar.

Alhasil, Ara berhasil menyelesaikan tugas mencari benih labu, semuanya berkat Kira, yang memberi tahukan tempatnya. Kalau tidak ada Kira mungkin Ara tidak akan kepikiran untuk mencari benih labu di pasar dikarenakan lupa, alasan yang sepele bukan.

"Yah, untungnya ada kamu kalau enggak mungkin aku udah capek duluan baru kepikiran ke pasar," ucap  Ara sambil menepuk bahunya, Kira.

"Aku gitu loh!" kata Kira menepuk dadanya bangga.

Ara yang melihat itu pun menepuk jidatnya sambil berkata, "Ampun dah! Kumat lagi narsisnya!"

Kemudian mereka berdua tergelak bersama. 

 

"Jika kita semua bersama, maka apapun kesulitan yang dihadapi semua pasti ada jalan keluarnya."

~The End~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top