Sadar Dari Koma
Happy Reading ...
Karena merasa tidak nyaman duduk lebih lama, lalu gadis dengan rambut sebahu itu beranjak hendak meninggalkan sosok berjas putih di sebelahnya.
"Kamu mau ke mana? Biarkan saya menjelaskan sesuatu sama kamu dulu setelah itu kamu baru boleh pergi," tahan pria itu yang membuat langkah Arabella terhenti di sana.
"Maksud dokter apa? Tolong ke intinya saja nggak usah membuat bingung begini," balas gadis itu seperti menyelidik serius dengan dua bola mata yang menatap tajam.
"Saya Dokter Randu Brawijawa, ahli bedah saraf yang menangani pasien yang bernama Kenzo. Sepertinya laki-laki itu bos kamu karena saya sempat mendengar dari petugas bagian administrasi. Kamu tidak perlu cemas, mungkin beberapa jam lagi dari sekarang ia akan sadar dari komanya."
"Situasi itu biasa terjadi pada pasien yang mengalami kecelakaan dikarenakan ada bagian dari saraf-saraf yang mengalami penyumbatan sehingga bisa menyebabkan hilang kesadaran sementara," terang Randu pada gadis yang memutuskan untuk duduk kembali dan mendengarkan penuturan dokter muda dengan kecerdasan otak tinggi itu.
"Maaf, Dok, saya jadi salah sangka sama dokter. Saya pikir dokter iseng mau ganggu saya. Sekali lagi, saya mohon maaf, Pak Dokter." Arabella menoleh dan tersenyum lega pada pria berjas putih di dekatnya.
"Panggil Randu saja karena sepertinya usia kita tidak jauh berbeda," lanjut Randu lagi membalas senyum pada gadis itu.
"Saya Arabella, biasanya teman-teman memanggil saya Ara." Gadis itu akhirnya memperkenalkan dirinya pada sosok tampan itu.
"Senang bisa kenal sama kamu, Ara. Baiklah, lain kali kita lanjut lagi karena sekarang saya harus menangani pasien lain." Randu lantas beranjak dari sana dan meninggalkan gadis cantik dengan tersenyum lega.
***
Tak berapa lama, taksi online yang Arabella pesan datang. Segera ia menaiki kendaraan roda empat itu sampai ke tempat tujuan. Gadis itu tampak seperti buru memasuki lift kantor dan beberapa detik langkahnya kini berada di depan pintu ruang kerja.
"Ara? Harusnya lo nggak usah balik lagi ke kantor karena tadi gue udah minta izin lo le rumah sakit jenguk keadaan si bos." Mega kaget tiba-tiba melihat kedatangan teman sekantornya.
"Tapi, kamu tadi nggak bilang lagi sama aku, kok, Meg? Kan, kalo gitu aku bisa lebih lama temanin Pake Kenzo melewati masa sakitnya."
"Ciee ... bilang aja lo nggak mau jauh-jauh sama Babang Kenzo, haha, bener, 'kan? Ayo, ngaku!" ledek gadis bawel itu yang membuat pipi Arabella mendadak memerah dan benar saja, gadis itu tak mampu menyembunyikan rasa malu pada temannya itu.
Sementara Mega tak peduli asalkan sudah puas hatinya mengejek Arabella. Iya, dengan gadis seperti Mega itu Arabella merasa memiliki seorang kakak, meskipun bukan kandung atau sedarah.
"Siapa juga yang mau lama-lama di sana apalagi ada nenek sihir yang bernama Sandra itu. Heuh! Bisa sial seumur hidup dibuat oleh wanita songong itu."
"Heh, gue denger-denger nih ya, orang tua Mbak Sandra itu sahabat banget sama Pak Danu. Pantesan aja datang kayak jailangkung aja, pulangnya gak pake antar. Haha, lucu banget, 'kan, Ra?" balas Mega dengan bibir yang sengaja ia monyong-monyongkan. Bagian mengejek cukup gadis itu saja tidak perlu yang lain menurut Arabella begitu.
Menjelang jam pulang kantor, Arabella tak lupa untuk mengecek gawainya karena gadis itu sangat mengharapkan seseorang mengabarinya akan perkembangan keadaan Kenzo yang tengah mengalami koma sementara.
Gadis dengan rambut yang terurai itu bergegas ke area parkir dan menyalakan motor kesayangannya menuju ke rumah. Benar saja saat dalam perjalanan, kecemasan sang gadis belum juga reda sampai saat ini.
Arabella sangat tahu bahwa tidak mungkin baginya untuk kembali ke rumah sakit. Daripada ia mendapat perlakuan buruk dari wanita yang tak berperasaan itu padanya untuk kesekian kalinya.
Pikiran gadis cantik itu mulai membayangkan semua hal buruk dengan sendirinya tanpa ia memintanya. Biarpun begitu yang ia rasakan, tetapi ia berusaha keras menepiskan bayangan buruk dalam pikirannya itu.
Arabella tidak ingin membiarkan sekecil apa pun hal buruk yang akan menimpa orang yang ia sayang. Terlebih ketika hatinya telah jatuh pada sosok pria seperti Kenzo. Baginya menemukan dirinya dalam diri seorang Kenzo adalah hal terindah yang pernah ia alami.
Impian memiliki cinta sejati itu sepertinya tinggal selangkah lagi. Mungkin kesabaran yang ia pertaruhkan dengan ejekan, hinaan, dan perlakuan buruk teman-temannya di sekolah akan berbuah manis pada akhirnya. Jawaban yang selama ini ia cari adalah sangat dekat dengan dirinya.
Satu hal yang hingga saat ini tidak bisa ia percaya bahkan dalam mimpinya sekalipun adalah kenyataan bahwa seorang Kenzo yang mempunyai sejuta pesona diam-diam mengagumi dirinya. Tak bisa dipercaya bahwa pria itu sosok yang begitu digilai banyak cewek-cewek di sekolahnya dulu.
Lamunan itu sesekali bisa membuat Arabella tersenyum dengan manisnya kala ia mengingat saat Kenzo menyatakan dengan gamblang dengan berani melamarnya. Hal itu ia lakukan tepat di hadapan orang tuanya.
Begitu sampai di rumah, Arabella menuju ke kamar mandi dan membersihkan badannya. Gadis itu merasakan kecemasan mendalam sekaligus kegerahan saking cuacanya tak bisa diajak kompromi.
Selesai berganti pakaian, ia merebahkan tubuhnya ke kasur empuk kesayangannya. Tanpa ia sadari, untuk tiga puluh menit berlalu karena tertidur sendiri. Tiba-tiba ia terbangun karena indra pendengarnya dipenuhi dengan dering ponsel dari tadi.
Sontak dua bola mata gadis cantik itu dikejutkan oleh sebuah pesan yang menyatakan seseorang yang beberapa waktu lalu koma kini telah sadar dan membuka kedua matanya lagi.
Tak sabar rasanya Ara ingin berlari melihat sang pujaan hati yang sempat membuat separuh hatinya seolah hilang tanpa jejak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top