Reuni





Happy reading ...

Pagi ini mentari terlihat begitu cerahnya dan Arabella menyempatkan diri untuk menghirup udara segar di depan lorong rumahnya. Sebab hari Minggu merupakan hari ia berolahraga ringan agar tubuh tetap bugar dan juga sehat.

Saat tengah asyik jogging, terdengar suara dari arah belakang sepertinya ingin menghampiri gadis yang menguncir rambutnya tinggi itu.

"Ehm ... hai, Ra! Tumben kamu nggak ke rumah lagi? Apa lagi sibuk sama laki-laki ganteng itu, ya?" tegur Desy, putri bibi Yanti yang tiba-tiba muncul di belakang Arabella.

"Apa? Tahu dari mana kamu, Des?" Arabella penasaran kenapa Desy bisa tahu kalau Kenzo datang ke rumah.

"Yah, masa, sih kamu nggak tahu kalau kompleks kita nggak bisa ketinggalan yang namanya kepoin orang, haha. Jawab aja deh, nggak usah dirahasiain segala," tantang  gadis yang usianya tidak terlalu jauh dengan Arabella.

"Kenapa emangnya? Dia itu datang ke rumah mau ngelamar aku di depan ibu sama bapakku." Akhirnya terpaksa Arabella jujur pada Desy. Ia tahu gadis itu tidak akan berhenti mencari tahu sampai dapat apa yang ia inginkan.

"Ah, palingan laki-laki itu cuma mau main-main doang sama kamu, Ra. Kan, kamu tahu sendiri apa kata orang-orang sama kamu, termasuk keluarga besar ibu kamu sendiri," tukas Desy seperti bukan kerabatnya, saking ia tidak menyukai gadis di sebelahnya itu.

"Iya, termasuk kamu juga! Udah, ah. Aku mau pulang dulu lagian udah bukan kebiasaan aku buat dengerin omongan kalian yang selalu bisanya hina orang aja," balas Arabella memekik ke sepasang mata gadis di dekatnya sembari berlari memunggunginya.

Seperti biasa, saat mendapati perlakuan yang sangat membuat hati gadis dengan rambut sebahu itu kecewa. Kemudian ia meraih handuk kecil yang di sematkan di lehernya untuk mengusap tetesan keringat akibat menggerakkan badannya.

Begitu gadis itu beberapa langkah lagi mencapai pintu pagar, tampak sebuah mobil terbaru tiba-tiba berhenti di sana. Mata Arabella lantas memicing berusaha menembus ke dalam kaca mobil.

Tak berapa lama yang punya mobil mewah itu keluar nyaris mengenai Arabella yang mencoba mendekati pintu mobil.

"Pak Kenzo? Kok, ke sini nggak bilang dulu, sih, Pak?" Gadis cantik itu dikejutkan oleh sosok pria tampan dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya.

"Kan, saya sudah bilang panggil saya nggak pake bapak, Bella. Sudah cukup! Kalau di luar panggil Kenzo, ya, Sayang?" lanjut pria bertubuh tinggi itu melirik ke arah Arabella dengan sedikit menggoda.

"Tuh, kan, aku diledekin lagi." Arabella mulai menampakkan wajah tak sedap dipandang dan itu sukses membuat bibir tipis Kenzo mengukir senyum.

"Saya bukan tipe orang seperti itu, Bella. Emang ada salahnya, ya, kalau saya panggil kamu dengan sebutan itu?" timpal Kenzo mencoba membela diri.

"Oh, iya, tujuan kamu ke sini apaan, coba?" tanya Arabella yang sebenarnya melupakan sesuatu yang ia sepakati dengan pria di hadapannya itu.

"Saya mau jemput kamu ke sini untuk pergi ke acara reuni. Lho, jangan-jangan kamu sudah lupa, Bella?" jelas Kenzo mencoba mengingatkan gadis yang tampak menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Astaga! Hampir aja saya lupa, Kenzo. Makasih banget karena udah diingatkan. Kalo begitu aku siap-siap dulu bentar baru berangkat, oke?" jawab Arabella lega karena sebenarnya ia hampir melupakan acara yang ia tunggu-tunggu itu.

Beberapa menit kemudian, usai mengobrol dengan bapaknya, Arabella lantas keluar dengan penampilan berbeda dari biasanya. Gadis itu mencoba berdandan dan juga mengenakan baju bergaya feminin. Entah karena gara-gara Kenzo membawanya ke salon malam itu atau memang ia ingin kelihatan lebih menarik di depan pria yang baru beberapa hari mencuri hatinya itu.

"Bella, kamu cantik hari ini." Saat berjalan keluar pintu pagar tiba-tiba Kenzo menarik tangan Arabella dan spontan kaki gadis itu berhenti.

"Emang kemarin-kemarin nggak cantik, ya?" tanya gadis itu heran dengan apa yang ia dengar baru saja. Namun, dalam hati begitu bahagia terasa.

Usai menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba di sebuah restoran yang lumayan terkenal di kota. Terlihat beberapa orang tengah berkumpul sembari riuh dengan berbagai macam obrolan semasa sekolah.

"Arabella!" seru Titi yang duduk di antara orang-orang di meja yang melihat ke arah gadis yang sedang berjalan dengan seseorang.

"Halo, Ti!" Jawab Arabella  bersuara agak keras agar sang teman mendengar.

Langkah mereka akhirnya sampai ke deretan kursi kosong yang masih tersedia. Terlihat Arabella dan Kenzo saling melempar senyum pada pasangan dan teman-teman sekolah yang berdatangan sendiri-sendiri.

"Apa kabar, lo, Ra?" tanya Titi yang sesekali menoleh pada Kenzo di samping Arabella.

"Aku baik, Ti. Lama juga ya kita nggak pernah ketemu lagi," lanjut gadis berambut sebahu itu dengan seulas senyuman pada sahabatnya.

"Sebentar-sebentar, lo Kenzo si anak yang jago main basket di sekolah dulu, 'kan? Kok, sekarang berubah banget udah?" tanya Titi dengan tiba-tiba melihat lebih dekat ke arah Kenzo. Sepertinya ia sekarang mengingat bahwa Kenzo juga bersekolah di tempat yang sama dengan mereka dan juga Arabella.

"Apa? Yang bener kamu, Ti?" Arabella kemudian menyela saking penasarannya.

"Ngapain juga aku bohong, Ra. Nggak ada untungnya juga buat gue, 'kan? Tapi, kok, elo barengan sama dia, sih? Bukannya dulu lo paling anti sama anak basket sekolah kita, Ra?" heran Siti dengan segala pendapat dan fakta yang ia lontarkan pada Arabella.

"Jadi, selama ini ... kamu beneran udah lama mengenal aku, Kenzo? Pantas aja kamu bersikap gitu sama aku. Iya, 'kan?" Gadis dengan gaya feminin itu menatap bola mata Kenzo, seolah-olah tak percaya dengan yang ia dengar.

"Reuni kamu itu bagian dari reuni saya juga, tahu." Kenzo terus saja membuat Arabella merasa terkejut dengan semua cerita yang mereka ukir saat ini.

"Heh, Perawan Tua!" seru seseorang di belakang Arabella dan membuat ia tak kuasa menyembunyikan rasa malu di hadapan teman-temannya yang lain.

"Makin tua makin pelak aja, tuh. Pantesan sampe sekarang masih jomlo alias nggak laku-laku!" timpal seorang gadis lain yang membuat kuping Arabella terasa begitu panas.

Mita dan Jenny kerap kali mengejek dan menyindir Arabella. Mereka kadang sampai menyakiti gadis itu waktu dulu di sekolah. Namun, Arabella tetap diam dan hanya bisa membiarkan rasa sakit yang terus menusuk karena perkataan pedas dari mulut mereka.

Mendengar hinaan dan ejekan yang ditujukan pada Arabella membuat darah Kenzo terasa naik dan rasanya ingin sekali memberi mereka pelajaran. Benar saja, suatu tindakan dari pria yang tengah dikuasai amarah itu membuat semua mata terpana.

"Kalian tahu siapa yang kalian ejek? Iya, perempuan ini adalah calon istri saya." Kenzo beranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Arabella dengan mengecupnya di hadapan teman-teman reuninya itu.

Saat itu jantung seorang Arabella seperti berhenti berdetak. Darahnya berdesir dan matanya terbelalak karena tak pernah menyangka bahwa Kenzo akan membela dirinya hingga sejauh itu.

Tanpa sempat berpamitan, pada akhirnya Kenzo mengajaknya untuk segera meninggalkan tempat itu karena tak sanggup melihat ada orang yang terus saja menyakiti hati Arabella, gadis yang semenjak di bangku sekolah ia kagumi diam-diam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top