Pelukan Hangat

Happy reading ...

Keramaian di jalan tak dihiraukan lagi oleh gadis pemilik mata cokelat itu, ia mengendarai motor matiknya secepat kilat. Sesampai di rumah sakit, Arabella melihat sosok wanita bergaya modis menatapnya dari jauh. Pun gadis cantik itu mengayun langkah lurus menuju ruang rawat.

"Tunggu!" Sandra menahan gadis itu ketika hendak masuk.

"Iya, Mbak. Tapi saya mau melihat keadaan Pak Kenzo sekarang," protes Arabella menatap heran wanita yang mengenakan dress warna merah bata itu.

"Apa coba yang Kenzo lihat dari perempuan terlalu biasa seperti kamu. Heran, masa sih, begitu sadar dari koma nama yang keluar dari mulutnya itu nama kamu, Arabella? Jangan kamu pikir aku mau mengabari kamu, ya, kalau bukan Kenzo yang memintanya. Oke, kali ini kamu boleh bertemu sama calon tunangan saya. Tapi, awas kalau kamu macam-macam! Kamu tahu sendiri akibatnya!" Ancaman yang Sandra layangkan membuat gadis cantik itu terdiam tanpa kata.

"Baik, Mbak Sandra. Saya pemisi dulu," jawab Arabella mencoba terlihat santai walau sebenarnya ada kecemasan di dalam pikirannya saat ini.

Saat ini Arabella sedang berdiri dan sebuah suara yang terasa bergetar memanggilnya. "A-Arabella, terima kasih karena sudah datang melihat keadaan saya sekarang ini."

"Iya, Pak. Syukurlah akhirnya Bapak sadar juga. Jujur, saya kuatir banget sama Bapak. Lagian Bapak gak perlu sampai stres mikirin saya. Harusnya saya yang minta maaf sama Bapak karena udah bersikap buruk juga ninggalin Bapak gitu aja. Dan akhirnya malah Bapak mengalami kejadian buruk begini," jawab Arabella menatap sosok di depannya dengan senyum bahagia.

Usai saling menyapa, dua anak manusia itu seperti biasa mengobrol sebatas situasi kantor dan sesekali di antaranya saling mengembangkan senyuman.

Kenzo dengan raut pucatnya berusaha terus tersenyum pada gadis di sampingnya, sedang gadis itu merasa kurang sempurna di mata pria berkelas seperti Kenzo. Sebagai lulusan kampus luar negeri, ia selalu memperlihatkan pesonanya pada Arabella. Benar saja, gadis itu merasa bahwa dirinya tidak akan sebanding dengannya.

"Bella, saya senang bisa berduaan di sini sama kamu. Biarkan saya menganggap koma yang saya alami sebagai jalan untuk bisa berdekatan dengan kamu, ya? Itu satu hal yang membuat saya bahagia." Dua bola mata pria itu menyorot pada sosok cantik di hadapannya.

"Sama. Saya juga senang bisa melihat Bapak sehat lagi," balas Arabella sembari memperlihatkan sederetan giginya.

Suasana kembali hening kala Kenzo mengangkat sebelah tangannya dan mengusap lembut tulang yang berbalut kulit gadis itu. Sepasang mata cokelat itu membalas tatapan penuh arti pada pria yang masih terbaring. Lantas tubuh tegap Kenzo sedikit ia geser dan menyisakan sedikit ruang di sana.

"Sini, berbaring sama saya!" pinta Kenzo dengan senyum sedikit menggoda pada Arabella.

Tanpa menjawab gadis itu pun mengangkat bokongnya dan mendekatkan tubuhnya dengan pria tampan itu. Arabella sama sekali tidak menyangka ternyata punggung yang ia peluk itu lebih hangat dari selimut di kamarnya.

Sejenak hening menyapa kembali kala embusan napas dua insan seolah-olah menyatu. Hanya terdengan suara bising dari luar sana yang bersahut-sahutan.

"Bella," ucap Kenzo yang akhirnya membuka suara.

"Hmm?" jawab Arabella singkat.

"Saya cinta sama kamu," lanjut Kenzo dengan mantap sembari mengeratkan pelukannya pada gadis cantik di belakangnya saat ini.

"Maaf, Pak, tapi saya nggak bisa menolaknya, hehe." Gadis itu menjawabnya dengan sedikit berseloroh karena ia berusaha menyembunyikan kebahagiaan yang teramat sangat membuat dirinya terbang tinggi menggapai langit.

Beberapa detik berikutnya, mereka saling menikmati kehangatan dalam pelukan dua hati yang kini menyatu. Saking senangnya hingga tak memerhatikan bahwa ada seseorang yang tidak menyukainya. Bahkan, begitu membencinya sampai amarah menguasai dirinya.

Sandra membuka pintu dan melihat kemesraan antara Kenzo dan Arabella dengan kemurkaan. Bukan kejadian itu yang ia inginkan, seandainya saja ia tahu bahwa akan seperti ini mungkin Sandra tidak mengambil keputusan untuk menyuruh Arabella menemui Kenzo, meski ia memintanya.

Hal yang pasti, wanita itu akan melakukan sesuatu dan membuktikan ancaman yang ia layangkan pada gadis itu. Kali ini Sandra tidak akan melepaskan begitu saja karena kalau bukan dirinya yang bisa memiliki Kenzo, maka ia pun tidak boleh.

Saat ini Sandra tidak ingin terlalu lama melihat pemandangan indah itu karena hatinya teriris.

"Kenzo!" Begitu terdengar suara orang memanggil, secepatnya mereka bergerak dan melepaskan pelukannya yang berlangsung beberapa detik lalu.

"Kan, saya sudah menyuruh kamu pulang, kenapa masih ada di sini?" ucap Kenzo menatap tajam ke arah wanita berlipstik mencolok itu.

"Aku mau ngerawat kamu, Kenzo. Masa pulang, sih? Oh, aku tahu, supaya kamu bisa berduaan sama dia, iya?" jawab Sandra dengan suara ketusnya dan sukses membuat Kenzo bertambah benci padanya.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Toh, kita nggak ada hubungan apa-apa jadi terserah saya dong, mau dekat sama siapa saja," balas Kenzo yang tiba-tiba tersulut emosinya.

Beberapa detik kemudian Sandra memajukan langkahnya dan menarik tangan Arabella dengan kasar serta menyeretnya keluar, sedang Kenzo hanya bisa berteriak-teriak tanpa bisa menolong karena kondisinya yang tak memungkinkan ia berjalan.

"Lepaskan saya, Mbak Sandra! Apa salah saya?" Arabella berusaha melepaskan tangannya wanita itu, tetapi usahanya sia-sia. Sandra begitu kuat mencengkeramnya.

"Apa? Kamu nggak tahu salah kamu apa, hah? Dasar perempuan nggak tahu diri. Sadar dong kamu, Kenzo nggak sebanding dengan kamu!" pekik wanita itu menggila. Ia tetap terus menyeret gadis itu.

Saat Sandra mendorong tubuh Arabella dengan sangat kuat hingga ia nyaris terhuyung, tiba-tiba sebuah tangan kokoh menahannya dan itu membuat Arabella membelalakkan matanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top