Mendadak Pingsan


Usai mengejar waktu, akhirnya Kenzo sampai di depan gerbang salah satu rumah sakit terdekat di tengah kota. Segera ia gendong Arabella yang terkulai lemah dengan matanya yang masih terpejam.

Beberapa langkah terlewati oleh pria itu dan di sana terlihat petugas medis langsung menyambut pasien ke tempat tidur beroda yang sedia didorong secepatnya ke bagian instalasi gawat darurat.


“Dok, tolong selamatkan calon istri saya.” Terlihat Kenzo memohon pada seorang dokter di ruang tersebut.


“Iya, baik, Pak.  Kami akan segera memeriksakan keadaannya terlebih dahulu,” jawab lelaki berjas putih itu dengan jelas.


“Tolong Bapak menunggu di luar, mohon bersabar, ya, Pak.” Dokter itu meminta Kenzo menunggu di luar sembari berjalan memasuki ruang pasien.


Di sana, beberapa kali Kenzo menarik napas panjang dan bola matanya terlihat melirik ke sembarang arah saking cemasnya. Kenzo juga tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba terlalu memedulikan gadis itu. Semua terjadi tanpa ia memintanya.


Dalam kegelisahan, Kenzo berpikir mungkin ia harus memberi tahu orang tua Arabella tentang keadaannya saat ini. Namun, setelah beberapa saat menunggu ia mengurungkan niatnya karena tidak ingin membuat calon mertuanya menjadi cemas karena putrinya.


“Maaf, Pak, pasien sudah sadar.” Suara dari arah pintu gawat darurat mengejutkan Kenzo dan sekaligus mimik wajah pria bertubuh tinggi itu cerah seketika.


“Syukurlah, dok, tapi saya bisa melihatnya sekarang, ‘kan, dok?” tanya Kenzo pada lelaki paruh baya di hadapannya.
“Tentu saja boleh sekali, Pak. Silakan,” jawab dokter lagi.


Lantas Kenzo bergegas ke ruangan dan berlari menghampiri Arabella. Sesampainya di dekat gadis itu, kedua bola matanya sudah menatapnya dari arah depan ruangan.

Terlihat senyum hangat dari wajah Kenzo dan itu membuat Arabella ikut membalasnya.


“Kamu nggak apa-apa, ‘kan, Bella? Di mana sakitnya, sih, atau kamu sebenarnya sakit apa kok bisa pingsan mendadak begitu?” tanya Kenzo seperti orang salah tingkah di hadapan gadis yang terbaring itu.


“Beneran Bapak mencemaskan saya? Tapi, saya mau bilang makasih banyak karena Bapak sudah membawa saya ke rumah sakit,” tanya Arabella seolah-olah tidak percaya kalau Kenzo mau menolong dirinya.


“Saya nggak apa-apa, kok, Pak. Mungkin karena terlalu capek aja makanya pingsan tadi,” jelas gadis itu menatap wajah pria di hadapannya. “Saya mohon Bapak jangan kasih tahu orang tua saya, ya, Pak. Saya nggak mau buat mereka sedih,” pinta Arabella dengan serius.


“Iya, tadinya memang saya mau ngasih tahu orang tua kamu, tapi saya berubah pikiran karena saya pikir mereka akan mencemaskan kamu,” balas pria itu sembari menggeser sebuah kursi ke dekat Arabella.


Beberapa menit kemudian, Kenzo dan Arabella  mengobrol sejenak. Tentunya seputar masalah keadaan gadis itu saja. Lantas Kenzo tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari sosok di sampingnya itu.


“Kamu sebaiknya istirahat dulu di sini, saya keluar sebentar beli minuman,” ucap Kenzo sedikit tersenyum pada gadis berkacamata itu.


“Baik, Pak. Tapi saya nggak harus menginap di rumah sakit ini, ‘kan, Pak?” tanya Arabella agak takut jika ia harus ditinggal di sana sendiri.


“Oh, tidak. Paling beberapa jam lagi sudah boleh pulang. Oh, iya, nanti saya sekalian ke ruang dokter menanyakan soal ini,” imbuh Kenzo seraya beranjak keluar dari pintu.


Sekarang Arabella sendiri di dalam ruangan. Sementara dirinya belum melupakan pernyataan bosnya beberapa saat lalu waktu di rumah bersama keluarganya. Ia sempat berpikir, apa karena rasa tidak percaya ini ia mengalami pingsan?


Perlahan gadis itu mencoba untuk memberikan kesempatan kepada Kenzo untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Karena kalau hanya mereka memiliki rasa sesaat, Arabella takut suatu saat hubungan mereka mengalami keretakan.


Kali ini, gadis itu tidak ingin lagi membohongi perasaannya bahwa ia merasa ketertarikan lebih pada sang bos meski dari luar tampak mengesalkan melihat sosok pria penuh ambisi dalam hal apa pun.


Tiba-tiba, terdengar suara getaran dari tas gadis itu dan langsung ia meraih tasnya dan mengusap layar lima inci itu. Mega memanggil ternyata, mungkin ia khawatir mengapa Arabella belum juga sampai di kantor sudah terlambat bahkan pada waktu ini.


“Ra! Elo di mana, sih, kok belum datang? Apa jangan-jangan lo sakit?” tanya Mega dari seberang sana.


“Iya, Meg. Tadi aku pingsan di mobil Pak Kenzo dan sekarang di rumah sakit,” jawab Arabella jujur.


“Hah? Kok, bisa lo pingsan di mobil Kenzo? Apa kalian janjian barengan ke kantor? Pantas aja, ya, motor lo masih di parkiran,” tebak Mega sekaligus terheran-heran mendengar jawaban dari Arabella.


“Tahu nggak, Meg? Pak Kenzo baru aja ngelamar aku! Gila, ‘kan?” balas Arabella dengan nada merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kenzo padanya.


“Apa? Elo nggak bohong, kan, Ra? Gue ingetin, ya, jangan langsung percaya sama pria yang baru lo kenal. Apa lagi dia itu bos kita di kantor lho, Ra!” Mega mencoba mengingatkan dengan sedikit ditekan dari nada suaranya.


“Aku paham, kok, maksud kamu, Meg. Iya, aku kan hati-hati sama Pak Kenzo. Mungkin aja dia hanya iseng ngomong gitu, ya, ‘kan?” jawab Arabella mencoba memberi pemahaman pada temannya itu.


“Ya, udah, cepat sembuh, Ra dan cepat balik ke kantor,” balas Mega sebelum mengakhiri pembicaraan.


Usai meletakkan ponsel, Arabella merasa mengantuk dan akhirnya ia pun terlelap dalam tidurnya.


Sementara dari sana seulas senyum terukir dan cukup hangat bila dipadu mata. Perlahan ia mendekati gadis yang masih tertidur pulas. Saat ini seorang Kenzo berkesempatan melihat jelas sosok gadis manis di hadapannya.

Benar saja, pria itu memanfaatkan penglihatan, memperhatikan setiap lekuk wajah sang gadis hingga membuat dirinya terpana dengan kecantikan paras seorang Arabella.

Bersambung....

Siap baca, jangan lupa vote dan komen ya gaes, makasih😊😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top