Malam Istimewa

Happy reading ....

Sosok berkarisma itu berjalan lurus ke arah seorang gadis yang sedang berdiri mematung. Beberapa saat kemudian, mereka berdua berjalan beriringan lanjut memasuki mobil mewah nan mengkilap.

"Kita akan ke suatu tempat terlebih dahulu," ucap Kenzo sembari memutar setir.

"Ke mana, Pak? Eh, maksudnya Kenzo, iya Kenzo. Maaf," kilah Arabella sepertinya gadis itu salah tingkah berada di dekat Pria setampan romeo itu.

"Percaya sama saya, ikut saja, oke?" balas Kenzo melirik gadis di sebelahnya.

"Baiklah, Kenzo." Akhirnya gadis dengan rambut sebahu itu menyerahkan keputusan pada bosnya.

Tak lama, mobil mewah itu berhenti di depan sebuah salon yang lumayan terkenal di kota besar itu. Bahkan, Kenzo ingin memberikan yang terbaik pada Arabella dengan mengajaknya berias agar ia terlihat cantik.

"Kenzo, saya nggak apa-apa kok, nggak usah pake ke salon segala." Gadis berkaca mata itu menolaknya.

"Tenang, Bella. Kan, ini saya mau dinner sama sama kamu. Jadi, kamu harus ganti baju dan dandan dulu. Masa mau pakai baju kantor, sih?" Kenzo mencoba meyakinkan gadis itu sembari memegang tangannya menuju pintu masuk.

"Silahkan, Mbak," ucap salah satu pegawai salonnya.

Selanjutnya Arabella terpaksa menuruti kemauan Kenzo. Saat wajah gadis itu dipulas make up, sesekali pria yang di sofa itu melirik Arabella dan ikut tersenyum sendiri.

Usai didandani, gadis itu juga berganti pakaian dengan gaun yang sebelumnya telah disediakan Kenzo. Riasan tipis dan warna lipstik natural serta gaun tanpa lengan yang panjang dan sedikit terbelah hingga betis putih Arabella terbuka ketika ia berjalan.

Sebelumnya, kacamata yang ia pakai kini sudah bergantikan softlens warna kecokelatan. Dengan pelan gadis itu berjalan di depan Kenzo.

"Kenzo, aku sudah siap," ucap Arabella menatap pria di sofa.

Benar saja, pria bertubuh tinggi itu terkesima ketika melihat sosok anggun di hadapannya.

"Kenzo? Pak Kenzo?" panggil Arabella hingga dua kali karena pria itu sepertinya melamun tanpa berkedip.

"Oh, i-iya. Maaf tadi saya nggak dengar kamu panggil. Oke, yuk!" Lantas pria yang terlihat gugup itu keluar dan langsung masuk mobil tanpa melihat ke belakang sedikit pun. Arabella cuma bisa berjalan pelan-pelan karena heels yang ia pakai agak tinggi.

Kurang lebih sepuluh menit, mobil Kenzo berhenti tepat di depan sebuah hotel mewah yang sangat terkenal di kota ini. Kemudian Kenzo dengan cepat keluar dan menggandeng tangan gadis bak tuan putri itu.

Hingga saat ini kekaguman pria bermata elang itu belum pudar sama sekali dari Arabella. Sepanjang perjalanan sedari tadi bibirnya tidak berhenti tersenyum. Seperti orang sedang jatuh cinta.

Kenzo dan Arabella bisa merasakan kegugupan yang begitu besar dari mata mereka masing-masing. Begitu juga ada beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka.

"Bella, kamu mau makan tambahan? Tapi, kalo mau yang sudah ada di sini juga boleh." Kenzo menawari lagi pada gadis cantik itu walaupun makanan awalnya sudah tersedia beberapa menit sebelum mereka tiba di hotel.

Kenzo-lah yang mengatur semua termasuk acara dansanya sekaligus.

"Maaf, Kenzo, tapi aku nggak bisa berdansa." Arabella menyampaikan kejujurannya.

"Tidak masalah, biar saya yang menuntun kamu berdansa, Bella," jawab pria berjas hitam itu dengan wajah ceria.

"Oh, gitu, ya. Baiklah kalo begitu," jawab gadis cantik itu sembari berusaha untuk berdiri meski agak susah.

Melihat itu, Kenzo langsung menyambut tangan Arabella dan menuntunnya. Kini jantung gadis rambut sebahu itu berpacu semakin cepat. Ia bisa merasakan kepanikan serta kegugupan di sana.

"Tangan kamu letakkan di bahu kanan saya dan yang satunya lagi di sebelah kiri bahu saya." Kenzo berdiri sangat dekat dengan Arabella.

"Iya," jawab gadis cantik itu lirih dan tak berani menatap mata elang pria di hadapannya kini.

Musik mengalun indah mengikuti setiap gerakan dansa para tamu yang juga dinner malam itu. Sesekali Arabella dan Kenzo saling beradu pandang sembari melempar senyum.

"Nggak susah, 'kan, berdansa?" ucap Kenzo di sela-sela gerakan dansa yang mereka lakukan.

"Iya, nggak terlalu susah seperti yang saya bayangkan," jawab gadis cantik itu seraya mendorong kakinya seiring alunan musik.

"Emangnya kamu belum pernah sama sekali berdansa, Bella?" tanya Kenzo penasaran.

"Belum pernah, sih," balas Arabella sepertinya ia kini malu menjawabnya.

"Oh, iya.  Besok saya mau bertemu mama saya. Katanya, kapan-kapan kamu jenguk ke rumah sakit?" Kenzo berbicara begitu sebenarnya ingin mengingatkan gadis di depannya agar mau ikut menemani dirinya bertemu Mirna.

"Iya, Kenzo. Oke, besok kabari aku, ya?" Kini Arabella melebarkan senyumnya dan memberanikan dirinya menatap sepasang mata elang yang berada begitu dekat dengannya.

Malam itu adalah malam begitu istimewa dalam hidup seorang Arabella. Terlebih saat gadis berkacamata itu membayangkan beberapa menit yang lalu ketika sebuah kecupan melayang di keningnya dari bibir tipis Kenzo yang tidak lain adalah bosnya.

Mendadak pipinya Arabella kembali merona dengan aroma khas parfum pria itu yang masih terasa lengket di dress yang ia pakai sewaktu mereka makan malam.

Saking bahagianya, gadis itu bahkan belum mampu untuk melepaskan dress mewah itu dari tubuhnya. Belum lagi jas warna hitam milik Kenzo yang ia pakaikan padanya. Rasanya semakin indah bunga-bunga bersemi di taman hati seorang Arabella. Si gadis yang rela disebut perawan tua demi menemukan cinta sejatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top