Kesepakatan Bisnis

Happy reading ...

Arabella dapat merasakan kehangatan dari genggaman tangan Kenzo saat ini. Dapat ia lihat pria itu mempertaruhkan egonya untuk membela dirinya. Bahkan, ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman se-geng para pemain basket di sekolah dulu.

Gadis berambut sebahu itu masih terbayang-bayang akan sikap manis dari seorang Kenzo. Baru pertama kali ia melihat Kenzo bersikap peduli terhadap seorang gadis biasa seperti dirinya.

Yang lebih mengejutkan lagi, Arabella sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menaruh rasa yang sudah sangat lama untuknya. Pria tersebut adalah Kenzo sendiri yang tidak lain pria yang sudah melamar di hadapan kedua orang tuanya.

"Kamu tidak apa-apa, Bella? Saya sebelumnya minta maaf sama kamu karena sudah menyembunyikan perasaan sejak di sekolah sama kamu. Waktu itu saya tidak punya cukup nyali untuk menyatakan rasa suka saya sama kamu. Saya tahu dulu saya itu pemalu dan selalu bersahabat dengan buku di perpustakaan. Mungkin kamu juga tahu itu, Bell," terang pria bertubuh tinggi itu sembari menatap dua bola mata gadis cantik di depannya.

"Iya, saya tahu, kok, Kenzo. Lagian saya dulu juga belum mikirin untuk suka-sukaan gitu," jawab Arabella menampilkan sederet gigi putihnya itu.

"Artinya sekarang kamu, mau nerima lamaran saya?" tanya Kenzo mendadak girang.

"I-iya, Kenzo. Saya terima jika kamu memang beneran serius sama aku," balas Arabella, walaupun awalnya tergagap saking gugupnya gadis itu.

"Oke, saya akan mempersiapkan semuanya, termasuk memberi orang tua saya kabar baik ini. Oh, iya, besok saya mau melihat keadaan mama. Kamu mau ikut sekalian?" Kenzo menjawab sembari mengusap pipinya gadis berambut sebahu itu dengan lembut.

"Oke, boleh. Saya senang bisa ketemu dan berkenalan dengan mama kamu." Arabella ikut menyentuh punggung tangan Kenzo sembari menatapnya dengan tatapan sedikit menggoda.

Selesai menenangkan Arabella, lantas sang pangeran menjalankan mobilnya seperti biasa. Sesekali bibir tipis pria itu ikut tersenyum karena mendengar nada suara sosok cantik di sebelahnya.

"Bella, makan dulu, yuk, kamu pasti belum makan, 'kan?" tawar Kenzo menatap ke arah Arabella yang tengah sibuk dengan gawainya.

"Iya, sih. Habisnya mereka itu nggak mikirin gimana perasaan orang yang disakiti," jawab Arabella dengan nada sedikit kesal karena perbuatan beberapa temannya waktu reuni tadi.

Tak berapa lama, Kenzo dan Arabella singgah di sebuah restoran yang terkenal dengan menu-menu khasnya. Benar saja, gadis cantik itu dengan lahapnya menghabiskan makanan dan membuat mata Kenzo heran dengan kerakusannya.

"Makannya pelan-pelan, dong, Bella. Nanti kamu bisa keselek, lho. Nih, minumnya!" Kenzo mengingatkan Arabella dengan penuh perhatian.

"Baik, Pak Kenzo Sayang." Jawaban yang keluar dari mulut sang gadis sukses membuat seorang Kenzo salah tingkah di depannya.

"Apa? Coba bilang sekali lagi?"

"Baik, Pak Kenzo Sayaaang!" Akhirnya Arabella meneriakkan suaranya hingga membuat beberapa orang di restoran menolah pada mereka.

"Stt ... jangan keras-keras, malu tuh dilihat banyak orang," larang Kenzo yang tampak menahan rasa malu di depan orang banyak di dekat tempat duduk mereka.

Usai makan, Kenzo mengantarkan Arabella pulang ke rumah. Pria bertubuh tinggi itu langsung memutarbalikkan kendaraan kesayangannya menuju suatu tempat.

Sebelumnya, seorang wanita telah mengirimkan pesan melalui aplikasi hijau pada Kenzo. Ini menyangkut dengan proyek yang ditangani orang tuanya beberapa waktu lalu, sebelum sang putra menggantikan posisinya sebagai direktur utama perusahaan.

Tiba-tiba dalam perjalanan, ponsel Kenzo berdering dan tertera papanya sedang memanggilnya.

"Iya, Papa, ada apa menelepon Kenzo? Ini Kenzo lagi di jalan, Pa," tanya pria yang mengenakan kemeja cokelat muda itu penasaran.

"Kenzo, papa mau kamu ketemu dengan Sandra membicarakan tentang proyek perusahaan. Ini penting sekali demi kemajuan perusahaan keluarga kita, Kenzo," jelas sang papa serius dengan penuturannya.

"Maksud Papa apa, Pa? Coba Papa jelasin sama Kenzo. Kenapa ini sepertinya ada hal yang Papa sembunyikan dari Kenzo?" tanya pria itu dengan wajah bingung ketika menanggapi pembicaraan Danu.

"Pokoknya tadi papa sudah bilang sama Sandra untuk bertemu dengan kamu, oke. Jadi segera kamu temui dia hari ini juga," timpal lelaki paruh baya itu sembari beranjak dari kamarnya.

"Oke, Pa. Ini sebentar lagi juga mau menemui Sandra, Pa." Akhirnya Kenzo mengakhiri pembicaraan dengan sang papa.

Beberapa menit kemudian, Kenzo menghentikan mobilnya di sebuah hotel bintang lima karena mereka berjanji ketemu di sana tepatnya di kafenya.

Dengan gagah Kenzo berjalan menaiki lift hingga lantai ke tujuh. Terlihat raut gelisah terpancar dari mata elang Kenzo. Entah apa yang akan terjadi dengan perusahaan papanya jika keinginan papanya tidak ia turuti.

Saat Kenzo hampir sampai, ia bisa melihat sosok perempuan cantik dengan penampilan modis sedang duduk di salah satu kursi dengan seulas senyuman yang terukir dari wajah ovalnya itu.

Kenzo dan Sandra sudah sangat lama saling kenal. Orang tua Sandra sahabatnya papa Kenzo. Karena itu Sandra sangat dekat dengan dirinya dan menyukainya. Iya, Sandra pernah mengisi hati pria bertubuh tinggi itu, tetapi berakhir dengan cara ia mengkhianati. Lantas karena merasa dipermainkan, Kenzo memutuskan hubungannya.

"Kenzo? Akhirnya kamu datang juga, ya. Wow, tambah ganteng aja kamu, Ken!" seru perempuan yang mengenakan blazer berwarna merah muda itu.

"Langsung saja, sebenarnya ada rahasia apa, sih, kamu dengan papaku?" tanya Kenzo pada perempuan angkuh itu tanpa basa-basi lagi.

"Oke, jika itu yang kamu mau. Aku akan mempersingkat aja pertemuan kita. Yah, walaupun aku sebenarnya masih ingin berada di dekat kamu sekarang, Ken." Sandra menyilangkan sebelah kaki jenjangnya sembari menatap serius ke arah Kenzo.

"Iya, silahkan. Aku tunggu!" jawab pria tampan itu tegas dan pasti.

"Kamu tahu, sekarang ini perusahaan yang kamu pimpin sekarang hampir bangkrut karena kerugian besar-besaran. Mungkin papaku akan membantu dalam hal ini, tapi ada syarat yang harus dipenuhi oleh kamu, Kenzo," jelas Sandra yang sesekali mengarahkan pandangannya ke luar gedung melalui kaca dinding bening itu.

"Apa syaratnya?" tanya Kenzo tak sabar ingin segera mengakhiri pembicaraan dengan perempuan itu.

"Kamu harus menikahi aku." Sandra dengan cepat beranjak dari duduknya dan berjalan ke belakang Kenzo dan mengalungkan leher pria itu dengan lengannya.

"Apa? Aku yakin bukan ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan perusahaan papa. Dan satu lagi, aku bukan mainan kamu!" pekik Kenzo yang sontak membuat Sandra seketika melepaskan pelukannya dari Kenzo.

Kini ada dua sisi yang harus ia pertaruhkan demi kebahagiaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top