Kegelisahan Kenzo

Halo pembaca semua yang masih menunggu kisah Arabella, baru upload lagi nih bab lanjutan. Semoga bisa aku up sampai tamat nih.

Mohon doa nya 😊😊

Part 8 : Kegelisahan Kenzo


Arabella mulai merasakan embusan napas seseorang di saat netranya mulai membuka. Perlahan sepasang alis itu terangkat saking terkejutnya. Benar saja Kenzo nyaris tak berjarak di depan wajah gadis itu.


“Maaf, saya tadi nggak bermaksud ngapa-ngapain kamu, tadinya cuma mau bangunin kamu buat makan soalnya tadi aku beli makanan juga,” ucap Kenzo terlihat sekali rasa gugup dari mimik wajahnya.


“Iya, Pak. Makasih karena sudah perhatian seperti ini pada saya,” balas Arabella sembari sedikit tersenyum.


“Oh, iya, tadi saya sempat ke ruangan dokter katanya nanti sore kamu sudah bisa pulang.” Kenzo tampak lega ketika menyampaikan kabar baik dari dokter untuk gadis di sampingnya.


“Ini buat kamu,” ucap Kenzo menyodorkan bungkusan makanan untuk dimakan Arabella.


“Iya, Pak. Tapi saya nggak lapar, Pak,” lanjut Arabella menampakkan dirinya tidak nafsu makan.


“Kamu harus makan, Bella. Sedikit juga tidak apa-apa yang penting ada makanan yang masuk dalam perut, daripada nanti masuk angin, lho,” balas Kenzo seketika meraih sendok dan langsung menyuapi gadis itu.


“Nggak, Pak. Bapak nggak perlu ngelakuin hal sejauh ini,” ucap Arabella mendadak ketakutan pada sang bos.


“Saya nggak mau calon istri saya masuk angin karena kelaparan nggak makan.” Kenzo menegaskan pernyataan yang nyaris buat mulut Arabella terbungkam tanpa sepatah kata pun.


Beberapa detik kemudian Arabella terpaksa membuka mulut dan makan dari suapan Kenzo. Kali ini gadis itu bak tuan putri diperlakukan oleh sang pangeran yang tidak lain adalah seorang Kenzo, pria yang baru saja melamarnya.


“Saya boleh tanya sesuatu nggak sama Bapak?” tanya Arabella kelihatan lebih serius dari biasanya.


“Iya, boleh saja asal jangan minta saya membatalkan lamaran tadi,” jawab Kenzo mencoba menggoda gadis itu sejujurnya.


“Bukan, bukan itu kok, Pak. Apa Bapak sebelumnya sudah punya pacar? Terus kenapa nggak menikah aja dengan pacarnya?” ucap Arabella menatap ke arah mata elang Kenzo.


Sebelum menjawab, pria itu lantas beranjak dari kursi dan berjalan ke arah jendela membelakangi Arabella di sana. “Jujur, sebelumnya saya memang punya kekasih dan ia selingkuh di belakang saya. Begitu ketahuan, langsung saya tinggalkan.” Kenzo berbicara sembari menatap jauh ke luar jendela.


“Oh, maaf, Pak. Saya nggak tahu kalau orang tampan kayak Bapak juga diselingkuhin. Padahal apa coba yang kurang dari Bapak, udah keren seorang bos lagi,” ujar Arabella.


“Mungkin gadis seperti kamu tidak akan mengkhianati saya. Makanya saya memilih kamu untuk mendampingi saya semasa hidup saya.” Kenzo perlahan membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah Arabella.


Kini kedua tatapan mereka bersisian. Kenzo meraih jemari Arabella dan mengusapnya dengan lembut.


“Kamu mau, kan, menemani saya dan menjadi istri yang setia?” Lagi-lagi tatapan Kenzo begitu menggoda dan gadis itu tak kuasa jika harus menolaknya.


Jujur, ada yang berdebar di dalam sana. Arabella merasakan dadanya mulai berdebar-debar seolah-olah mewakili perasaan dirinya saat ini.


“Mulai sekarang panggil saya Kenzo kalo sedang berada di luar dan itu saat kita dalam keadaan hanya berdua, oke?” jelas Kenzo mengulas sebuah senyuman yang siap menggoda sudut hati seorang Arabella.


Mati aku! Please, Kenzo, jangan terlalu nempel gini, dong, aku gemetaran asli ini. Sumpah! Jangan sampai ia memelukku lebih lama lagi, batin gadis itu saking gugupnya.


“Ma-maaf, Pak, eh, Kenzo. Saya nggak bisa napas karena dipeluk begini,” ucap Arabella takut-takut.


“Oh, iya, maaf, saya nggak ada maksud begitu, kok,” balas Kenzo merasa sedikit salah tingkah di hadapan Arabella.


Beberapa menit kemudian, mereka saling membuang pandang. Arabella yang gugup karena malu dan Kenzo yang mendadak salah tingkah di hadapannya. Akhirnya, Kenzo pura-pura merogoh ponselnya agar perhatian Arabella bisa teralihkan. Jemari pria itu begitu lancar memainkan permainan yang biasa selalu menemani kesepiannya. Itu adalah salah satu hobi Kenzo bergulat dengan permainan di ponselnya.


Sementara Arabella berbaring dan mencoba untuk memunggungi calon suaminya itu. Perlahan gadis berkacamata tersebut meraba pipinya yang mulai memerah karena pesona seorang Kenzo. Lama bagi gadis itu membuka hati untuk yang namanya cinta. Bahkan ia tak peduli sama orang-orang yang memberi cap dirinya sebagai perawan tua.


Arabella percaya suatu saat akan ada seseorang yang melamarnya. Ia berharap dialah cinta yang selama ini ia cari. Karena bagi dirinya mencintai dan dicintai itu saling melengkapi kehidupan pasangan.


Begitu juga Kenzo di sela-sela permainannya, pria itu diam-diam menoleh ke arah Arabella dan memindai sosok di hadapannya sedikitnya sampai gadis itu menyadari bahwa ia sedang diperhatikan.


Lagi-lagi Kenzo tak bisa menahan bibir itu untuk membingkai sebuah senyuman indah yang tertuju pada gadis sederhana seperti Arabella. Jujur, kali ini Kenzo tak mampu berpaling darinya.


Tiba-tiba tertera nama ‘papa’ di layar gawai Kenzo. Tumben jam itu orang tuanya menghubungi. Lantas Kenzo mengangkat panggilan dari papanya. “Halo! Kenapa, Pa?” tanya Kenzo dari balik ponsel.


“Kamu bisa pulang sekarang, Kenzo? Mamamu ngamuk lagi,” jawab sang papa dari seberang sana.


“Apa? Terus mama sekarang di mana, Pa?” tanya Kenzo lagi. Terlihat raut wajah yang berseri semula kini berubah menjadi muram.


“Oke, Pak. Kenzo akan segera ke sana. Tunggu, ya, Pa?” balas Kenzo sebelum mengakhiri pembicaraan.


Arabella ikut mencemaskan keadaan mamanya Kenzo. Benar saja saat ini tampak kegelisahan di matanya itu. “Hati-hati, ya, Pak. Jangan ngebut-ngebut. Nggak usah pikirin saya, nanti Mega yang akan jemput ke sini.”
“Iya, kamu, hati-hati. Saya akan kabari secepatnya.”


Arabella menatap punggung Kenzo hingga jauh dari pandangannya, berharap mamanya Kenzo tidak sedang dalam bahaya.


Bersambung,

Yang suka tinggalin jejak ya, makasih 😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top