Kecelakaan
Happy reading ...
Kenzo masih terpaku di depan layar dengan pandangan kosong. Lamunan pria itu buyar ketika mendengar suara pintu terbuka dan tampak sosok wanita yang saat ini menjadikan dirinya kesal sedang mematung di ruang kerjanya.
"Sandra? Ada apa ke sini? Maaf saya lagi sibuk!" ucap Kenzo ketus menatap tajam pada wanita yang tersenyum padanya.
"Ayolah, Ken! Santai aja ... aku ke sini cuma mau lihat kamu kerja aja, kok. Emang ada larangan, ya, calon tunangannya datang ke kantor untuk melihat calon suaminya?" tanya Sandera sempat menatap Kenzo dengan menggoda.
Kali ini wanita itu kembali melingkari leher pria tampan itu dan mendekatkan wajah padanya. "Tapi, kalo kamu mau aku jujur tujuan ke sini ngapain. Boleh banget, Sayang," lanjut Sandra yang tiba-tiba menempelkan pipinya pada wajah Kenzo.
Karena tidak nyaman, seketika pria itu bangun dari tempat duduknya dan secara otomatis kuncian lehernya lepas begitu saja.
"Kamu itu belum jadi apa-apa bagi saya, tahu? Pasang baik-baik telinga! Jangan pekak jadi perempuan!" tegas Kenzo dengan tatapan tajam bak belati siap menikam.
Sandra menggigit bibirnya. Jelas raut kekesalan terpancar dari mata indahnya.
"Aku ke sini karena disuruh papamu. Nanti malam kita diperintahkan oleh orang tua kita makan malam untuk membahas persiapan pernikahan." Wanita itu sempat mengentakkan kakinya sebelum pergi membanting daun pintu dengan cukup keras.
Sementara pria bertubuh tinggi di dalam ruangan menghela napas kasar serta mengacak rambutnya kesal.
Usai berputar mengitari seluruh ruangan, akhirnya Kenzo keluar untuk mencari udara segar sejenak. Kini pria itu benar-benar pecah fokus dalam bekerja.
Kenzo berusaha mencari seseorang untuk diajak bicara. Pria itu saat ini begitu frustrasi dan tidak bisa berpikir jernih. Seluruh sarafnya berisi amarah yang memuncak. Belum lagi ketika ingatannya tertuju pada Arabella, gadis yang ia dambakan kehadirannya saat ini.
Tak puas hanya menatap lalu lalang kendaraan lewat dari balkon, akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan kantor dan melajukan mobilnya membelah jalan.
Hiruk pikuk kota besar disertai kebisingan yang tiada berkesudahan membuat pria itu semakin gila menekan pedal gas. Hingga tiba-tiba di tengah jalan melintas sebuah truk besar dan panjang menabrak mobil Kenzo. Mobil mewah itu pun terseret jauh terpentok tiang besar di pinggir jalan.
Sesaat, Kenzo berlumuran darah dan seketika beberapa kendaraan berhenti mencari bantuan medis dan pria itu akhirnya dilarikan ke rumah sakit terdekat di tengah kota.
Darah segar mengalir dari pelipis dan beberapa bagian tubuh lainnya. Sementara seseorang berusaha mencari tahu identitas pasien. Lantas ia merogoh saku celananya dan menemukan ponsel dengan layar retak hampir di seluruhnya.
Petugas medis itu memencet tombol panggilan darurat dan di sana tertera nama Arabella. Iya, Kenzo mengutamakan nama gadis itu yang artinya ia akan jadi orang pertama dihubungi ketika terjadi sesuatu.
"Halo, Mbak Arabella?"
"Iya, saya sendiri." Arabella terlihat bingung kenapa bukan suara Kenzo yang bicara.
"Maaf, Mbak. Ini saya bicara dari Rumah Sakit Abdi Medica. Sekarang lelaki pemilik ponsel ini sedang berada di instalasi gawat darurat karena baru kecelakaan, Mbak. Itu saja yang ingin saya beritahu. Mohon kehadirannya, Mbak."
"Apa? Kenzo kecelakaan? I-iya, Pak. Saya akan segera ke sana. Terima kasih, Pak." Gadis cantik itu mendadak terduduk lemas. Ia sama sekali tidak menyangka akan seperti ini.
Arabella mengira itu terjadi karena sikap dirinya pada Kenzo. Rasanya gadis itu sungguh menyesal karena sudah menuduhnya begitu kejam. Kini, Arabella malu terhadap dirinya.
"Apa, Ra? Pak Kenzo baru kecelakaan?" tanya Mega kaget ketika tiba-tiba datang dan mendengar pembicaraan di telepon tadi.
"Iya, Mega! Kenzo baru aja kecelakaan. Tadi petugas medis bilang harus diberitahukan pada keluarganya."
"Iya. Lo harus segera menghubungi Pak Danu mengenai ini. Astaga! Kenapa tiba-tiba si bos keluar kantor, sih? Sumpah gue nggak paham sama itu orang satu." Mega mengomel menatap tajam ke arah Arabella.
"Ya, udah. Sebelum kita ke sana, aku coba telepon papanya dulu," ucap gadis itu terlihat begitu paniknya.
Beberapa menit kemudian, usai memberi kabar ke papanya Kenzo, Arabella dan Mega bergegas meluncur ke rumah sakit.
"Ara, lo tenang, ya, kita doain semoga Pak Kenzo nggak terlalu parah." Mega mengusap bahu gadis di sebelahnya sembari sebelah tangan satunya memegang setir.
"Makasih, Meg. Kamu selalu ada di saat aku butuh," jawab Arabella pelan dan sedikit tersenyum.
Sesampainya di rumah sakit, dua gadis dengan pakaian kantor itu bergegas menuju ruang instalasi gawat darurat. Dari jauh, Arabella bisa merasakan rasa sakit yang tengah menimpa bosnya. Benar saja, sosok tampan itu kini tengah terbaring tak berdaya di ranjang sana.
Gadis itu berdiri mematung menatap sepasang mata elang yang kini masih terpejam. Keadaan Kenzo begitu mengkhawatirkan. Kata dokter, ia mengalami koma sementara.
Untuk beberapa saat, Arabella perlahan mendekati sosok tampan itu dengan duduk di sampingnya. Spontan gadis itu meraih tangan Kenzo dan mengusapnya lembut.
"Kenzo, maafin aku. Gara-gara aku kamu harus mengalami kejadian buruk seperti ini. Kamu cepat sadar, yah? Aku akan setia nunggu kamu di sini."
"Mega, kalo kamu nggak sanggup nungguin aku, kamu boleh balik ke kantor kok," ucap Arabella menoleh ke arah Mega yang masih berdiri di belakangnya.
"Lo nggak apa-apa gue tinggal di sini, Ra?" tanya gadis itu dengan wajah cemas.
"Iya, gak papa, Meg. Lagian sebentar lagi papanya Kenzo juga datang kemari. Beneran aku nggak apa-apa. Balik, gih!" titah Arabella sembari menatap Mega seolah meyakinkan gadis itu bahwa dirinya akan baik-baik saja menemani pria yang terkulai lemah di sana.
Sesaat kepergian Mega, tiba-tiba Arabella dikejutkan oleh kehadiran seseorang dari arah pintu masuk.
"Kamu? Kenapa ada di sini?" tanya wanita itu dengan tatapan tajam ke Arabella yang seketika menimbulkan pertanyaan dalam benak gadis dalam kecemasan itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top