Gadis Urakan
Happy Reading 😘😘
Part 3: Gadis Urakan
Beberapa detik kemudian, Arabella merasakan aura panas di belakangnya mesku begitu ia terpaksa harus berbalik arah ke hadapan Kenzo.
"Maaf, Pak. Saya nggak berani sama bapak," ucap gadis itu menunduk.
"Kamu ikut saya!" Kenzo lansung berbalik memunggungi Arabella.
"Baik, Pak." Lantas gadis manis itu pun mengekori sang bos.
Sementara Mega sudak tidak berada lagi di taman karena sudah diperintahkan Kenzo untuk kembali kerja.
Kali ini gadis berkaca mata itu benar-benar harus mebahan egonya. Menuruti perintah pria bertubuh tinggi yang tengah berjalan di depannya adalah paling penting.
'Coba aja masih ada pak Danu pasti nasin aku nggak akan seapes ini, huuft! Sabar ... sabar, Ara. Kamu harus bersikap dewasa dan profesional dong. Kesampingkan dulu emosi tuh emosi ...." Arabella menceramahi dirinya sendiri, gadus itu membatin.
Saat Kenzo sampai di depan ruangannya, ia seketik mundur kembali dan berkata, "Bukakan pintu, saya mau masuk."
'Astaga! Ini orang beneran songong binggo. Ampun, Tuhan." Lagi-lagi gadis harus menahan emosinya menghadapi Kenzo.
"Baik, Pak." Gadis itu berjalan dan membiarkan Kenzo masuk.
Arabella diam-diam menatap tubuh tegap Kenzo dan bergumam, 'Ganteng dan keren, sih, tapi percuma orangnya songong'.
"Kenapa masih bengong di situ? Mendekat kemari!" Kenzo lantas menatap wajah Arabella yang sedikit cemberut.
"Lain kali kamu harus tersenyum kalau masuk ruangan saya, ngerti kamu!"
"I- iya, pak, saya mengerti," jawab Arabella dengan suara terdengar sedikit gagap.
Kemudian Kenzo membiarkan Arabella berdiri cukup lama di sana tanpa menyuruhnya untuk duduk ataupun memberinya perintah.
Di sela-sela Kenzo memainkan ponselnya, ia sempat juga memerhatikan Arabella yang masih berdiri dengan sedikit menggerakkan kakinya. Pria itu tahu sebenarnya Arabella mengalami kesemutan karena berdiri terlalu lama. Meski begitu tak membuat hatinya melunak sedikit saja.
"Hari ini hukuman kamu cukup berdiri selama satu jam di ruangan saya." Kenzo melanjutkan bicara sembari beranjak dari kursi dan menuju tempat Arabella berdiri.
"Kamu tahu, selama saya di newyork, saya sama sekali tidak tahu dan belum sempat mempelajari tentang perusahaan papa saya. Mungkin dengan adanya kamu di sini, bisa lebih sedikit membantu saya. Bukan begitu gadis urakan?"
'Apa? Dia manggil aku gadis urakan? Dasar bos songong.'
Arabella merasa tidak rela Kenzo memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Namun, pria itu tetap dengan prinsipnya jika itu kemauannya maka itu tetap tidak boleh berubah.
Kenzo akhirnya memberi perintah pada Arabella di mulai dari menyusun file dengan cara ia harus mengeluarkan seluruh isi dari lemari arsip.
"Tugas kamu harus menyelesaikan semua file itu dari urutan pertama sampai terakhir karena saya tidak suka bercampur aduk begitu. Paham kamu, gadis urakan?" Kenzo berbicara dengan lantang dan tegas.
"Baik, Pak." Arabella menjawab seperti biasa hanya menurut saja.
Saat Arabella tengah menyusun arsip-arsip itu, sosok di belakangnya memindai Arabella dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu sekilas senyum kecil tertarik dari kedua sudut bibirnya. Kenzo sebenarnya tidak ingin memperlakukan gadis itu dengan menyuruhnya mengerjakan hal yang memang tidak perlu.
Tanpa menoleh gadis itu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh sang bos. Arabella perlahan menarik napas dalam lalu mencoba untuk mempercepat kerjanya. Terlihat dari tata cara ia merapikan kertas-kertas yang bertumpuk itu, Arabella seperti tidak ikhlas mengerjakannya.
Sedang Kenzo masih memerhatikan gadis itu dan memasang wajah ceria ketika Arabella membelakanginya.
"Kamu pikir saya menyuruh kamu untuk kerja di ruangan saya? Tidak sama sekali. Cepat bereskan dan bawa semua tumpukan arsip itu kuar dari ruangan saya!" titah Kenzo sembari menopang kedua tangan kokohnya itu ke atas meja.
Dengan persaan merengut gadis berkaca mata itu keluar dan mbawa serta pekerjaannya. Dengan tertatih Arabella keluar berjalan menuju ruangan kerjanya.
Dari jauh Mega melihat rekannya tengan bersusah payah membawa susunan arsip yang nyari menutupi wajah Arabella.
"Astaga, Ra. Kok, elo bawa arsip seabrek ini? Emangnya Pak Kenzo nyuruh apaan sama, lo? Heran gue ganteng-ganteng galaknya kelewatan!" cerocos gadis yang selalu setia dengan rambut kuncirannya itu.
"Bukannya dibantui malah ngomel kamu, Meg. Tangan dan kakiku kesemutan ini, tahu. Gegara bos songong noh!" Arabella membalas omongan Mega dengan menunjukkan arah ruangan Kenzo sembari menoleh.
"Oke, Nyonya. Sini gue bantuin!" seru Mega ikut menguragi beban bawaan gadis itu dan membawanya ke meja kerja.
Sesampai di meja, Arabella menopang kepalanya dengan kedua tangannya saking kesal dan seperti memendam perasaan benci pada bosnya sendiri.
"Udah, lo tarik napas dulu dan istirahat bentar biar kepala dan hati ikut diem nggak ngomel terus. Haha, emang enak dihukum bos baru." Lagi Mega meledek Arabella, iya tujuannya agar gadis itu menghilangkan raut cemberut dari wajahnya.
"Ra, gue mau lanjut ngerjain laporan keuangan kemarin yang masih belum selesai, ya, tenang aja ntar kalo udah kelar gue bantuin lo sekalian," ucap Mega sembari berjalan tiga langkah menuju meja kerjanya.
"Iya, ya, ngomong-ngomong kenapa ya kita malah punya bos yang galak dan songong gitu?" Arabella bertanya heran seraya mengerutkan keningnya.
"Hanya Tuhan dan si bos lah yang tahu, Ra. Udah, ah! Cepetan kerjain tu tugas lo jangan ganggu gue dulu atau lo mau kita berdua gak pulang-pulang sampe malem?"
Beberapa menit kemudian dua orang rekan kantor sibuk degan pekejaannya masing-masing begitu pula karyawan lainnya.
Pagi ini suasana kantor berbeda dari biasanya, terlihat segala sudut tertata rapi dan tentunya harum ruangan menguar ke segala arah membuat nyaman bekerja.
Saat Arabella sibuk tengah melihat-lihat susuana file, tiba-tiba indera penciaumannya menangkap sesuatu dari dekatnya.
Lagi, Arabella merasakan bulu di kuduknya merinding karena sosok tegap itu berdiri nyaris menyentuh kulit punggung tangannya.
Bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top