Dilema
Happy reading...
Baru beberapa langkah meninggalkan wanita cantik di sana, kini rona merah padam terlihat pada wajah pria pemilik mata elang itu. Bahkan, tak habis pikir mengapa papanya membuat keputusan mendadak tanpa persetujuan dari Kenzo terlebih dahulu.
"Halo, Pa!" seru Kenzo yang tidak sabar ingin papanya segera menanggapi masalah yang sedang ia alami.
"Iya, Nak. Bagaimana tadi pertemuannya dengan Sandra? Apa semua berjalan lancar?" Danu menjawab seolah tak terjadi apa-apa dengan keputusannya.
"Lancar gimana, sih, Pa? Kenapa Papa mengambil keputusan besar seperti ini tanpa kompromi dulu dengan Kenzo, Pa?" jawab pria bertubuh tinggi itu yang sedang dikuasai amarah.
"Kenzo, dengerin papa dulu, dong! Maksud papa itu baik, Nak. Papa ingin perusahaan kita bisa tetap jadi milik kita, Nak. Jadi, papa pikir kamu juga akan setuju dengan keputusan papa ini. Kan, kamu sama Sandra sudah saling kenal, toh. Yo, weslah, tidak perlu lagi beritahu kamu," terang Danu mencoba membuat putranya memahami kondisi keluarga.
"Ya, Pa. Sudah dulu nanti kita bicarakan lagi lebih jelas di rumah. Sekarang Kenzo lagi jalan pulang," balas Kenzo menutup teleponnya.
Benar saja, Pria tampan itu tampak gusar karena keputusan orang tuanya. Entah apa yang akan terjadi jika kebenaran tersebut diketahui oleh Arabella, yang jelas-jelas wanita itu sudah ia lamar sebelumnya.
***
"Heh, Ara!" pekik Sumartini pada putrinya di balik pintu kamar.
"Iya, Bu?" jawab gadis itu dengan lembut.
"Ada yang mau ketemu dengan kau di ruang tamu, cepat kau keluar, Ra!" tukas ibunya sembari mengetuk daun pintu itu cukup keras.
Lantas Arabella segera membuka pintu kamarnya dan mengekor sang ibu menemui seorang tamu.
"Eh, Dek Ara? Lama ya, kita tak jumpa," ucap lelaki yang biasa dipanggil Joko itu begitu melihat sosok gadis manis berjalan menghampirinya.
"Mau ngapain kamu ke sini, Mas Joko? Bukannya saya sudah bilang sama Mas kalau saya tidak ingin menikah dulu," terang Arabella yang heran melihat lelaki itu tiba-tiba datang menemuinya.
"Aku dengar dua hari yang lalu, Dek Ara dilamar, tho? Bukannya itu artinya Dek Ara mau dinikahi. Kenapa bukan sama Mas Joko, sih, Dek Ara mau menikah?" tanya lelaki itu terlihat begitu kesalnya.
"Oke, sekarang saya akan jawab jujur pertanyaan Mas Joko itu. Saya itu nggak cinta sama Mas Joko." Arabella awalnya santai menghadapi lelaki kampung itu, tetapi akhirnya kesabarannya juga hilang melihat sosok di depannya itu.
"Jadi, Dek Ara benar-benar tidak mau nikah dengan Mas Joko ini?" Lagi-lagi Lelaki berambut klimis itu kekeh ingin tahu jawaban Arabella.
"Mendingan sekarang juga Mas Joko pergi dari rumah saya, paham?" lanjut gadis berambut sebahu itu dengan tatapan tajam pada Joko.
"Okelah, kalau Dek Ara tidak mau nikah dengan mas, daripada sakit hati lebih baik Mas Joko pulang saja. Semoga Dek Ara bahagia, ya, walaupun bukan dengan Mas Joko." Pada akhirnya lelaki sekampung dengan Arabella itu meninggalkan rumah gadis itu dengan membawa serta rasa kecewanya.
Saat Arabella melangkah menutup pintu, tiba-tiba bapaknya mengajak ia bicara.
"Ara, bapak belum tahu apa jawaban kamu soal lamaran Nak Kenzo kemarin. Apa dirimu suka dengan anak itu, Ara?" tanya lelaki setengah baya itu menatap wajah putrinya serius.
"Iya, Pak. Jujur, Ara suka sama Kenzo karena sebenarnya dia adalah pria yang baik. Dan sekarang Ara kaget ketika Kenzo habis-habisan membela Ara waktu dihina dan diledekin sama teman-teman sekolah dulu. Dan Bapak tahu, kalau Kenzo juga pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan Ara?" jelas gadis itu dengan matanya yang berbinar-binar.
"Mungkin kalian memang jodoh, Nak." Lelaki berambut setengah uban itu mengucapkan sebuah kalimat yang seketika membuat Arabella membelalakkan matanya dan menoleh ke hadapan orang tuanya.
"Apa, Pak? Joko?" Gadis itu sangat terkejut dengan apa yang baru ia dengar.
"Besok lusa, kamu suruh datang lagi Nak Kenzo ke rumah, ya, karena bapak ingin mengenalnya lebih dekat. Toh, sebentar lagi ia akan jadi mantu di keluarga kita," ucap lelaki yang tersenyum bahagia melihat sang putri kesayangan juga bahagia.
"Iya, Bapak. Nanti waktu di kantor Ara sampaikan pesan Bapak," balas Arabella sembari melempar senyum sekali lagi sebelum gadis itu balik memasuki kamarnya.
Rasanya tak sabar menunggu hari esok untuk kembali bertemu pria dengan segala karismanya. Arabella menghamburkan tubuhnya ke kasur empuk sembari menatap langit-langit kamar. Cahaya temaram seakan mewakili perasaan dalam hati. Senyum sempat berkali-kali hadir dari bibir tipis gadis itu.
Perlahan gadis cantik itu memejamkan matanya menikmati udara malam ditemani eloknya sinar rembulan yang dapat terlihat dari celah sisi jendela. Dua bola mata itu kini mengantarkan tidurnya.
Esoknya, gadis itu terbangun seperti biasanya. Selesai mandi lantas sarapan hingga berakhir dengan ucapan salam pada kedua orang tuanya. Pagi ini, motor matik gadis itu melaju kencang tanpa hambatan sedikit pun di jalan. Sesampainya di kantor, Arabella tampak sedang ditunggu oleh seseorang. Gadis cantik itu mencoba memicingkan matanya ingin memastikan siapa gerangan yang melambaikan tangannya itu.
"Kok, baru datang, Bella? Kamu tahu, saya hampir setengah jam berdiri di area parkir begini hanya untuk menunggu kamu," ucap pria pemilik mata elang itu sembari berjalan menyamakan langkah dengan Arabella.
"Bukan salah saya Pak Bos-ku, hehe. Lagian siapa juga yang suruh tunggu segala? Bukannya nggak perlu pake tunggu, saya juga akan datang sendiri, Pak Bos-ku?" balas Arabella bersikap santai tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang yang sedari tadi menunggunya.
Bukan tanpa alasan Kenzo datang lebih awal dan menunggui gadis berkacamata itu, tetapi ia harus menyampaikan sebuah fakta pada Arabella. Meski sebenarnya ia tahu itu akan sangat amat menyakiti hati orang yang ia sayang hingga detik ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top