Ancaman
Happy reading
"Kamu nggak ada urusannya untuk ada di sini ngerti? Sekarang mendingan kamu pulang!" seru Sandra menatap tajam ke dalam mata Arabella.
Sejujurnya jika keadaan tidak sedang di rumah sakit, mungkin sudah dijambak rambut wanita tak punya sopan santun itu.
Sebelum Arabella pergi, ia sempat menoleh ke belakang menatap wajah pucat pria yang kini telah singgah di hatinya. Arabella tidak ingin berdebat lebih panjang dengan wanita sombong itu. Gadis pemilik mata cokelat ini ingin menghargai keberadaan Kenzo yang terbaring di ranjang bersebelahan dengannya.
Dengan berat hati ia menutup daun pintu dan membiarkan Sandra menemani Kenzo. Meski kini dalam hati begitu gelisah, tetapi ia mencoba untuk bisa menanggapinya dengan tenang.
Sembari berjalan mencari kursi untuk ia duduki sejenak, gadis itu merogoh isi tasnya dan mengeluarkan benda pipih yang sudah berbunyi sejak beberapa detik lalu.
"Halo, Bapak? Ada apa Bapak telepon Ara?"
"Iya, Nak. Bapak cuma mau tanya keadaan kamu," jawab lelaki paruh baya itu dari seberang sana.
"Ara nggak kenapa-napa, sih, Pak. Cuma sekarang Ara lagi di rumah sakit soalnya Pak Kenzo kecelakaan tadi di jalan, Pak," balas gadis itu dengan nada suara rendah serta raut gelisah.
"Jadi, sekarang keadaan Nak Kenzo bagaimana, Nak?" tanya bapak gadis itu lagi.
"Sekarang lagi tunggu sadar dari koma sementara, Pak. Doain ya, Pak, semoga Pak Kenzo baik-baik aja. Ara tutup dulu, Pak." Akhirnya gadis itu mengakhiri pembicaraannya dengan Arabella.
***
"Sandra? Bagaimana bisa Kenzo kecelakaan! Bukannya tadi dia masih di kantor?" tanya Pak Danu yang baru saja tiba di rumah sakit dan panik melihat keadaan sang putra.
"Sandra juga nggak tahu, Om. Tadi begitu Sandra dengar juga kaget, Om," jawab wanita cantik itu yang masih dudu di dekat Kenzo. Ia sama sekali tak melepaskan tangannya dari Kenzo.
"Ya sudah, kita tunggu saja kabar baik dari dokter," balas Lelaki itu sembari menjatuhkan tubuhnya di atas kursi.
Dalam hening, sesekali lelaki paruh baya itu mendekati Kenzo dan menatapnya lekat-lekat dengan wajah sedih serta gelisah memikirkan keaadaan sang putra.
"Om, Sandra keluar sebentar, ya, karena ada seseorang yang sandra kenal di luar tadi," pamit wanita itu dan berlalu menyusuri koridor rumah sakit.
Wanita yang tinggi semampai itu berjalan cepat. Sorot matanya mengarah pada seorang gadis cantik yang tengah duduk sendiri. Terlihat dua bola matanya melirik sembarang ke sana kemari, seolah-olah ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.
"Belum pulang juga kamu? Seberapa dekat hubungan kalian?" tanya Sandra dengan menatap tajam pada gadis yang bernama Arabella itu.
"Saya mau nunggu Pak Kenzo sampai sadar dari komanya, Mbak. Soal hubungan saya dengannya nanti setelah sadar bisa Mbak tanyakan sendiri," lanjut Gadis penyuka boneka beruang itu mantap.
Karena Arabella tidak mau mengungkapkan perasaannya terlebih orang itu adalah gadis yang akan dijodohkan dengan pria yang ia sukai.
"Kamu ingat baik-baik! Saya lebih tahu semua tentang Kenzo dari pada kamu!" pekik Sandra ingin mengambil alih semua rasa sayang yang dimiliki Arabella untuknya sendiri.
"Maaf, Mbak. Saya mau balik ke ruang rawat Pak Kenzo dulu." Arabella memutar langkah sedetik kemudian sebelum akhirnya Sandra mengganjal langkah gadis tersebut sehingga membuatnya terjatuh.
Beberapa orang seperti menertawakannya. Tidak terkecuali Sandra di hadapannya.
"Orang seperti kamu nggak pantas deketin Kenzo, tahu!" Gadis cantik itu mengucap kata-jata yang menyakiti hati Arabella.
Lantas gadis itu berusaha untuk berdiri lagi, tetapi secepat kilat Sandra mendorongnya lagi dan Arabella pun terjatuh ke belakang untuk kedua kali.
Benar saja, lagi-lagi ia jadi bahan tertawaan orang yang melintas di lorong yang mengarah ke ruang rawat pria yang mereka tunggu kesadarannya kembali.
Sekali lagi, Arabella tidak ingin peduli ke sekeliling karena saat ini fokusnya hanya satu yaitu pada sosok yang berada di dalam sana.
"Saya nggak peduli mau sedekat apa kamu dengan Kenzo. Yang pasti saya adalah orang yang lebih mengenal dia dari kamu. Jadi, segera tinggalkan tempat ini sebelum saya berbuat lebih kejam lagi dari ini, paham kamu?" Sandra menunjuk tepat ke arah dua bola mata gadis di hadapannya. Ia memperingatkan serta mengancam Arabella.
Dengan terpaksa dan berat hati akhirnya gadis itu meninggalkan rumah sakit disertai kesedihan yang belum berakhir. Arabella sempat berdiri dan menoleh jauh ke ruang rawat pria yang sudah menyatakan lamaran padanya. Seandainya saja ia masih bisa berada di sana, tentu kegelisahan jiwanya tidak sedalam ini.
Saat gadis itu duduk dan menunggu, tiba-tiba datang seorang lelaki yang ketampanannya juga nyaris menyamai Kenzo, sang bos di kantornya.
"Kesedihan tidak selalu bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi dalam hidup. Terkadang kita hanya perlu mengikhlaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. Biarkan waktu yang akan memberinya makna," ucap lelaki berjas putih itu yang melintas di hadapan Arabella.
"Maaf, saya tidak mengenal Anda. Jadi tidak perlu mencoba menghibur saya dengan kata-kata Anda tadi. Saya bisa menyelesaikan permasalahan saya sendiri." Gadis pemilik mata cokelat itu beringsut dari bangku dan mencoba untuk tidak ingin peduli dengan siapa pun saat ini.
"Iya, sebelumnya saya juga minta maaf karena telah menngganggu ketenangan kamu. Tapi, sebagai dokter saya merasa perlu memberi harapan baik bagi setiap pasiennya maupun orang yang ditemui."
"Saya juga bukan pasien Anda, 'kan?" tangkas Arabellah dengan nada sedikit memaksa.
Benar saja, sosok tampan itu belum juga berpindah dari sana, meski telah disindir oleh gadis cantik yang tengah dipenuhi renjana itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top