Bab 7
Di ruangan Dosen Eliza
“Padahal sewaktu pertemuan pertama di semester 3, tepatnya pada Senin kemarin saya sempat membaca buku absensi, tapi saya tidak kepikiran bahwa pada absen nomor 11 adalah absen milik seseorang yang nama belakangnya sangatlah familiar bagi saya. Saya tidak menyangka bahwa kamu adalah putri dari teman saya yang bernama Steven Phoenix.”
“Oh! Jadi, Ibu kenal dengan Papa saya?”
“Ya, kenal, dulu kami berdua sangat dekat. Bisa dikatakan saya sempat mau menjalin sebuah hubungan dengan Steven. Tapi karena kami bukan jodoh, dan jodoh sudah ada yang mengatur, jadi, ya saya bisa apa?”
Mendengar hal tersebut Agnes hanya tersenyum kecil dan sesekali berpikir jika Ibu Eliza pernah menjalin hubungan dengan papanya, itu berarti setidaknya beliau tahu ke mana papanya berada.
“Oh, iya, Bu. Ngomong-ngomong karena saya dengar Ibu dulu dekat dengan papa saya, apakah Ibu tahu di mana papa saya berada?”
Sejenak Eliza pun terdiam dan sesekali mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada alas meja yang terbuat dari kaca.
“Apa Ibu tahu di mana papa saya berada?” ulang Agnes.
“Mmm ... mana saya tahu, kan saya sudah lama tidak bertemu dengan Steven,” jawab Eliza yang sedikit terbata-bata.
“Mamaku pernah bilang bahwa papa selalu pulang setiap larut malam.”
“....”
“Aku sering mendengarkan hal tersebut saat masih kecil. Tapi selama hidupku aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan papa. Entah itu hanya akal-akalan mama atau semacamnya, yang jelas hingga sekarang aku masih penasaran dengan keberadaan papaku.”
“....”
“Memang benar wujud papa itu ada, tapi cuma ada di dalam foto saja. Selama ini aku selalu menganggap bahwa papa hanyalah ilusi belaka, atau bisa jadi karangan cerita yang diada-adakan saja. Dan hari ini aku benar-benar sangat terkejut, mendengar pernyataan bahwa Ibu Eliza pernah menjalin hubungan dengan beliau, itu artinya Ibu Eliza mengungkapkan bahwa sosok papa itu ada.”
“....”
“Aku sering sekali melihat wajah papa di foto setiap kali aku masuk ke kamar mama. Papa terlihat sangat pecundang di dalam foto, terlebih lagi dia terlihat malu-malu, entah apa yang dimiliki oleh karakter papa yang seperti kurang percaya diri di depan kamera. Dan dia mengenakan baju yang sering dikenakan oleh penjaga keaman-”
Belum selesai Agnes menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Eliza langsung memotongnya. “Itu tidak benar! Entah di mana pun dia berada, di suatu situasi yang sulit sekalipun Steven itu selalu bersikap layaknya seorang kesatria, dia adalah pria yang pemberani. Dan lagi, dia adalah seorang anggota dari kepolisian!'
“Itulah yang sebenarnya aku maksud dari sebuah foto di dalam kamar mama. Sama seperti yang barusan Ibu Eliza gambarkan mengenai sosok seperti apa papaku itu.”
Ternyata Agnes sengaja menjelek-jelekkan papanya agar Eliza membuka mulut. Eliza yang terlarut dalam perangkap kata yang dimainkan Agnes, seraya 5 detik lebih lambat Eliza baru menyadari, bahwa dirinya telah dipaksa memberitahukan kebenaran tanpa diminta.
“Oh, tidak ...,” celetuk Eliza yang tidak tahu harus menjelaskan apa lagi kepada Agnes.
“Sepertinya Ibu mengetahui lebih luas ketimbang aku yang sebagai putrinya. Ibu tahu bahwa papaku adalah seorang polisi.”
“Sepertinya kita akhiri saja dan cukup sampai di sini mengenai pembicaraan tersebut. Sekarang saya mau dengar alasan apa yang membuat kamu terlambat dalam mata perkuliahan saya?!”
“Jika Ibu mau tahu, aku terlambat karena suatu kendala. Di mana aku hampir nyaris mengalami kecelakaan saat menyeberangi jalan menuju ke kampus. Agnes hampir tertabrak oleh sebuah kendaraan berat beroda enam yang tengah mengangkut kendaraan di belakangnya.”
“Astaga! Bagaimana hal tersebut bisa terjadi!? Memangnya Agnes tidak menengok kanan-kiri sebelum menyeberangi jalan!?” seru Eliza penuh dengan kekhawatiran.
“Di jalan saat mau berangkat, Agnes hampir kecelakaan karena melamun saat menyeberang di jalan karena memikirkan pembicaraannya sewaktu pagi dengan mama terkait papa. Itulah yang memicu Agnes nyaris tertabrak.”
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Eliza tidak bisa mengakhiri ataupun mengalihkan pembicaraan begitu saja, apalagi di dalam penjelasan Agnes terdapat nama mama dan papanya.
“Saya yakin Ibu mengenal mama saya, kan?”
“!!!”
“Rosalina Ollivier.”
Eliza yang mendengarkan nama ibunya Agnes hanya terdiam karena terkejut. Agnes yang melihat Eliza tak dapat berbuat banyak dalam mencari tahu tentang papanya pun memutuskan untuk izin pamit dan keluar.
“Tunggu!” seru Eliza yang berhasil menghentikan langkah Agnes.
“Apa Ibu sudah mulai mengingat? Tentang mama saya?” tanya Agnes dengan wajah yang penuh dengan keoptimisan.
“Tidak. Setelah kamu keluar jangan lupa untuk menutup pintunya lagi.”
Sontak jawaban tersebut membuat raut muka Agnes kembali menjadi murung. “Baik, Bu.”
Saat Agnes keluar dari kantor dosen Eliza dengan perasaan yang lesu, dan sesekali menghela napasnya panjang-panjang, dirinya mulai teringat kejadian sewaktu jam 12.00 lalu, di mana saat menyeberang jalan dirinya hampir terhempas oleh truk yang bermuatan sebuah sedan di belakangnya. Insiden tersebut berhasil menjadi sebuah perhatian massa, di mana Agnes di kerubungi oleh orang-orang, termasuk para pejalan kaki, pengendara, dan para mahasiswa reguler pagi yang baru selesai kuliah.
Walaupun Agnes tidak mengalami luka apa-apa, dirinya tetap di bawa ke dalam sebuah ambulan. Dirinya diminta untuk menjawab ribuan pertanyaan oleh reporter, tapi hal tersebut berhasil dihindari oleh Pak Surya selaku satpam yang menjaga gerbang kampus.
Asclepianford University adalah kampus yang sering diliput oleh sejumlah banyaknya cabang reporter televisi, itu karena kampus tersebut merupakan sarana yang mampu dan sering menghasilkan mahasiswa-mahasiswinya yang sukses dan berbakat. Jadi, sekalinya ada suatu musibah yang menimpa salah satu mahasiswinya maka tidak lama akan menjadi booming dan viral.
Rata-rata mahasiswa-mahasiswi yang diterima di Asclepianford University adalah karena siswa-siswi yang berbakat, kerja keras akan nilai raport yang tinggi dan yang terakhir adalah jalur mandiri. Banyak yang bilang bahwa jalur mandiri adalah jalur belakang, jalur di mana satu-satunya pilihan terakhir bagi siswa-siswi agar dapat diterima. Dan tentunya jalur ketiga tersebut memang sangat instan, hanya saja dana tebusannya yang cenderung sangat mahal. Makanya jalur tersebut hanya dapat digunakan oleh para pejabat-pejabat kaya, yang tidak mau putra-putrinya dikuliahkan di sembarang kampus.
Tapi kembali lagi, setiap orang tua yang selalu berambisi, yang selalu mempedulikan egonya, yang menginginkan putra-putrinya tumbuh kembang dengan cepat serta signifikan, dan tidak sekalipun memerhatikan talenta buah hatinya sendiri. Pada akhirnya, hanyalah sebuah lembah juranglah yang ditemukan oleh putra-putrinya. Otak merekalah yang akan menjadi korbannya. Mereka akan dipaksa melebihi kapasitas otak mereka, dan pada akhirnya mereka hanya akan cepat lelah, stres dan mengalami kerusakan pada sel-sel otak. Dan semua itu dilakukan hanya untuk menutupi kegengsian orang tuanya semata.
Orang tua yang tidak merasakan apa yang dialami oleh segenap buah hatinya, mereka hanya sibuk memikirkan pembayaran persemester yang terhitung ratusan juta tanpa tahu kalau putra-putrinya benar-benar mendapatkan tekanan yang besar, penuh dengan ketidakmampuan, penderitaan yang tak berujung, dan buah hati mereka tidak akan bisa keluar dari zona tersebut atau memutuskan untuk berhenti kuliah. Karena mereka tahu, kedua orang tua mereka telah mengeluarkan ratusan juta rupiah. Mereka tidak akan dapat melakukan perbuatan yang senekat itu. Hanya satu jalan untuk mereka bertahan hidup dalam besarnya tekanan, yaitu mengkonsumsi obat terlarang agar mereka tetap terlihat fresh dan tidak terlihat lesu saat di depan kedua orang tuanya.
Bagi para pejuang yang tidak menggunakan jalur ketiga tersebut, maka mereka akan aman, mereka akan mampu melewati segala apapun bentuk rintangannya. Karena pada dasarnya mereka niat, mereka terjun di dalam jurusan yang mereka pilih, itu karena kehendak hatinya sendiri, bukan dari paksaan orang tua ataupun hanya sekedar ikut-ikutan teman. Mereka yang memiliki niat yang kuat akan menemukan masa depan yang cerah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top