Bab 6

“Agnes,” panggil Rosalina sembari menyapu lantai sekitar meja makan.

“Iya, Ma?”

“Seperti biasa bila kamu membutuhkan uang untuk menyicil pembayaran persemester, kamu tinggal ambil saja uangnya di saku jaket Papa, ya.”

“Baik, Ma.”

Sejenak Agnes berhenti mengunyah sarapan dan secara tidak sengaja menjatuhkan garpunya.

Ting!

“Kenapa Agnes?”

“....”

“Kenapa makannya berhenti? Apakah sarapannya tidak enak? Mama pinta kamu paksa, ya, Nak, ya. Mama tahu kamu tidak terbiasa sarapan pagi, tapi jika Agnes membiasakannya pasti ke depannya akan terbiasa.”

“Bukan, Ma. Bukan itu, sungguh makanan yang dibuat Mama itu rasanya enak banget.”

“Ah? Benarkah? Kalau begitu bisa kamu jelaskan kenapa barusan tiba-tiba berhenti? Harusnya kalau iya emang enak, makannya lanjut dong”.

“Ma ....”

“Ya?”

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”

“Tentang apa? Tumben sekali kamu mau bicara sama Mama, biasanya sibuk HP terus.”

“Hehehe, mmm ... ya, nggak gitu juga kali, Ma.”

“Iya-iya, sibuknya Anak Mama juga bukan untuk hal yang lain, melainkan sibuk tugas kuliah dan update status barang-barang onlineshhop, kan?”

“Ah! Mama tahu aja, wkwkwk.”

“Lanjut, tadi kamu mau membicarakan apa?”

“Tiap semester Mama sering bilang bahwa kalau aku sedang membutuhkan uang, atau keperluan lainnya yang sekiranya tidak dapat aku handle, Mama selalu menyarankan Agnes untuk mengambil uang pada saku Papa. Dan sampai sekarang, aku masih penasaran, sebenarnya aku punya Papa atau tidak, sih, Ma? Atau selama ini Mama hanya bersandiwara seakan-akan Papa itu ada? Dan semua itu, Mama lakukan hanya untuk membuatku senang dan bahagia?”

“Apa yang sedang kamu bicarakan? Dan apa yang sedang Agnes pikirkan? Papa itu benar-benar ada, Nak. Kamu bisa sekolah dari SD, SMP, SMA sampai kuliah sekarang, itu semua karena jasa Papa.”

“Apakah aku harus mempercayai kebohongan itu lagi?”

“Agnes, Mama tidak bohong. Kalau tidak percaya, Agnes bisa lihat sendiri foto Papa di kamar Mama.”

“Iya, aku pernah lihat foto Papa, tapi aku tidak pernah melihat foto Papa menggendongku sewaktu bayi sekalipun, ataupun sewaktu aku masih berumur 3 tahun! Siapa sebenarnya pria pada foto itu?! Apakah itu semua hanya akal-akalan Mama saja?”

“Agnes, tidak ada yang namanya rahasia-rahasiaan di rumah ini. Papa itu nyata, Papa selalu pulang setiap tengah malam.”

“Apakah dia selalu mengecup kening sewaktu aku tidur? Apakah Papa selalu datang ke kamarku setelah pulang bekerja? Dan apakah Papa benar-benar pernah pulang?”

“....” Seketika Rosalina hanya terdiam, tidak ada suara.

“Sekarang Agnes sudah beranjak dewasa, Ma. Apakah Mama masih berniat untuk menyembunyikan kebenaran itu? dan selalu memberitahukanku tentang kebohongan? Aku dulu pernah bertanya, kapan Papa pulang? Dan Mama selalu menjawabnya, yaitu setiap malam saat aku tidur, seperti yang barusan Mama katakan. Dan kini aku sudah masuk kuliah, di mana yang namanya tugas selalu datang dan berlimpah ruah, yang memungkinkan aku jarang tidur semalaman, atau paling tidak tidur jam 1-an, tapi anehnya aku tidak pernah dengar suara Papa pulang, tuh.”

Sejenak Rosalina pun berhenti menyapu. “Cepat habiskan sarapannya setelah itu kamu bisa ambil sepatunya di atas meja setrika.”

Setelah itu Rosalina langsung pergi meninggalkan ruang makan.

Agnes hanya terdiam, masih banyak sesuatu yang belum terungkap, di pikirannya hanya penuh dengan bayang-bayang foto Papanya. Sejenak Agnes pun mengerlingkan wajahnya dan memandang jas papanya yang digantung di kapstok pintu.

___________________________

Saat Agnes mau ambil sepatu, Agnes melihat beberapa seragamnya telah disetrika.

“Hari ini kamu pakai seragam, ya. Tidak boleh memakai pakaian yang tidak disediakan atau tidak berkaitan dengan kampus seperti kemarin-kemarin. Selalu taati tata tertib yang ada, Agnes.”

“Setelah ngeprint makalah, Agnes langsung berangkat, ke kampus, Ma,” ujar Agnes langsung selonong pergi.

“Selalu cium tangan Mama dulu sebelum berangkat, Agnes,” ucap Rosalina sembari menarik pundaknya dari belakang.

Agnes pun mencium tangan Rosalina dengan raut wajah yang masam.

“Hati-hati di jalan.”

“Iya, Ma.”

“Maafkan Mama, Agnes. Mama melakukan ini semata-mata agar kamu selalu mengingat jasa papa bersama dengan tumbuh kembang dan dewasanya dirimu,” batin Rosalina.

Di toko print dan foto copy

“Semua totalnya jadi 12 ribu, Mba.”

“Oh, oke. Terima kasih, Mas. Ini uangnya.”

Agnes pun memasukan makalahnya yang sudah dijilid tersebut ke dalam tas gendongnya.

PowerPoint materi sudah, jilid makalah materi sudah, tinggal dipahami saja materinya. Baiklah dengan begini aku siap presentasi jam 1 siang!” sergah Agnes.

Agnes pun mulai berjalan dan meninggalkan toko tersebut. Sembari berjalan, Agnes membuka smatrphone untuk mencari ojek online.

Setelah menunggu sekitar 6 menit, akhirnya mas-mas ojol tersebut pun tiba dengan motor maticnya. “Maaf, apa benar ini dengan pengguna Agnes Phoenix?”

“Iya, Mas, benar, ini dengan Agnes Phoenix.”

“Oke, Mba. Silahkan pakai helm-nya, Mba,” ucap Mas ojol sembari memberikan helmnya kepada Agnes.

“Baik, terima kasih, Mas.”

“Ini tujuannya ke Asclepianford University, ya, Mba.”

“Iya, Mas, betul.”

Kini Agnes pun segera naik dan perjalanan untuk pergi ke Asclepianford University pun dimulai. Seperti biasa saat di perjalanan mas-mas ojol selalu membuka pembicaraan, apalagi penumpangnya adalah seorang wanita yang sangat cantik dan imut seperti Agnes.

“Oh, iya, Mba, ngomong-ngomong Mba ini seorang mahasiswi di Asclepianford University?”

“Iya, Mas, benar. Aku kuliah di universitas tersebut.”

“Ouh, iya, pantas saja sebelum saya memastikan Mba adalah penumpang saya, saya sudah menebaknya terlebih dahulu bahwa Mba ini adalah mahasiswi di kampus tersebut.”

“Kok, Masnya bisa tahu, ya? Hehehe.”

“Iyalah Mba, habis saya sering melihat mahasiswa-mahasiswi yang memakai seragam yang sama seperti yang Mba kenakan. Bagi saya yang cuma bekerja sebagai ojek online merasa terkejut dan baru pertama kali saya mendapatkan penumpang yang tujuan lokasinya pergi ke arah kampus tersebut.”

“Eh? Baru pertama kali?”

“Iya, Mba, baru seumur-umur mendapatkan pelanggan yang statusnya adalah mahasiswi yang kuliah di Asclepianford University.”

“Memangnya kenapa, Mas? Bukankah universitas tersebut memiliki mahasiswa dan mahasiswi yang jumlahnya bisa mencapai ribuan, harusnya banyak dong 80% dari mereka yang menggunakan dan berlangganan dengan jasa ojek online.”

“Ya, saya tahu, Asclepianford University adalah kampus yang sangat besar, hampir dibilang adalah kampus idaman seluruh para pejuang UN di SMA, penuh dengan calon-calon pendaftar yang memiliki IQ dan nilai raport yang tinggi-tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian besar mahasiswanya adalah putra-putri dari orang-orang yang sangat kaya raya. Banyak pejabat dan dewan-dewan yang sangat berpengaruh di seluruh wilayah provinsi ini yang mendaftarkan putra-putri mereka ke Asclepianford University.”

“Ah, ya, itu benar, Mas. Hampir di setiap prodi banyak sekali putra-putri dari seorang artis atau musisi yang namanya tercantum dan tertera pada data mahasiswa.”

“Maka dari itu, Mba. Saya jadi merasa tidak biasa mendapatkan penumpang yang sangat spesial seperti, Mba, wkwkwk.”

“Waduh, Masnya bisa aja, emangnya aku ini martabak sampai dibilang spesial, hihihi.”

“Aduh! Mbanya juga bisa ngelawak juga rupanya.”

“Hihihi!”

“Jadi, ngomong-ngomong setelah mendengar hal tersebut, kira-kira kalau saya boleh tahu statusnya Mba, apa?”

“Eh? Statusnya? Lajang, Mas, hihihi.”

“Wkwkwk, lah yang saya maksud bukan itu, Mba.”

“Iya-iya Mas, saya paham. Yaaa status saya adalah seorang anak yang terlahir dari rahim seorang ibu dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta, yang notabenenya jauh dari kehidupan yang mewah dan kekayaan harta.”

“Oh, jadi Mba termasuk dalam 10% dari angka mahasiswa-mahasiswi yang bisa berhasil serta lolos dalam tes Asclepianford University?”

“I-iya, Mas, saya sangat bersyukur.”

“Dalam jalur prestasi atau jalur tes, Mba?”

“Saya dapat diterima di Asclepianford University melalui lewat jalur tes, Mas.”

“Wah pastinya soal dan ujiannya itu ketat banget, ya, Mba?”

“Ah, ya kurang lebih seperti itu, Mas. Tingkat ketat dan keamanannya juga wajar ditingkatkan, namanya juga seleksi mahasiswa dari kampus yang sangat bergengsi. Lebih sedikit yang diterima ketimbang banyak yang tidak diterimanya.”

“Itu pastinya, Mba adalah orang yang paling jenius. Mba bisa bersaing dengan para pejuang lain yang rata-rata adalah orang-orang yang pintar.”

“Mmm, tidak juga, sih, Mas. Saya cuman orang yang beruntung saja bisa diterima oleh pihak Asclepianford University saja. Dan saya patut mensyukurinya saja.”

“Waduh, sepertinya Mba ini sangat rendah hati dan tidak sombong.”

“Lah kok bisa?”

“Hampir orang-orang yang jenius itu tidak pernah mengakui bahwa dirinya adalah jenius. Ya, seperti Mba ini, wkwkwk.”

Agnes yang merasa bahwa lolosnya dirinya ke Asclepianford University semata-mata hanya karena bantuan dari ketiga temannya, dirinya sontak hanya dapat tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar pernyataan dari mas-mas ojek online tersebut.

“Jadi, gini Mba, ini saya punten aja, dan sebelumnya minta maaf, Mba. Sebenarnya yaaa saya mau minta bayaran yang lebih melihat status Mba adalah mahasiswi dari kampus sultan tersebut. Tapi setelah mendengar bahwa Mba berasal dari keluarga yang pas-pasan atau kurang mampu seperti yang saya alami sekarang, jadi mana mungkin saya punya niatan untuk melakukan hal tersebut. Hehehe.”

“Waduh, jadi judulnya Masnya mau mengurungkan niat, nih? Hihihi!”

“Wkwkwk. Benar Mba, saya tidak berani melakukan hal tersebut pada seorang yang selingkaran dan serasa. Menanggung kehidupan yang teramat sulit, dan merasakan pahitnya kehidupan itu sungguh sangat pedih.”

“Hmmm, saya baru dengar kalau sebagian besar mahasiswa-mahasiswi di Asclepianford University hampir tidak ada yang menggunakan jasa ojek online.”

“Ya, soalnya rata-rata mereka menggunakan supir mobil pribadi, Mba. Atau sebagian yang lainnya menggunakan kendaraan sendiri, entah itu kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua.”

Sejenak Agnes pun merenung di sela-sela perjalanan. Padahal Agnes adalah seorang pengguna yang sering berlangganan ojol. Ini baru pertama kalinya dirinya dianggap spesial oleh mas-mas ojol karena melihat dari seragam yang ia pakai. Itulah alasan yang membuat dirinya malas memakai seragam dan lebih suka mengenakan kemeja atau baju berkerah lainnya. Karena setiap dirinya mengenakan seragam tersebut, maka dia akan dianggap sebagai seorang anak yang terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya, dan lagi pelaku tindak kejahatan akan lebih condong tingkat kepersenannya untuk menarik dirinya layaknya magnet.

“Oh, iya, Mba. Sekedar informasi nih, karena kita lahir dari keluarga dan lingkungan yang sama-sama susah.”

“Informasi terkait apa, Mas?”

“Saya hanya mengingatkan bahwa sudah banyak beredarnya kasus penculikan. Di setiap provinsi, dan rata-rata yang menjadi hilangnya korban adalah para mahasiswi yang usianya kurang lebih seperti Mba sekarang.”

“Penculikan? Yang targetnya adalah seorang wanita yang berstatus kuliah?”

“Yaaa menurut kabar sih begitu, Mba. Saya mendapatkan informasi ini dari teman sesama ojek online di pangkalan.”

“Oh, oke. Terima kasih atas informasinya.”

“Iya, Mba, sama-sama. Semoga informasi tersebut bermanfaat mengingat Mba adalah seorang mahasiswi, jadi ke depannya bisa jauh lebih berhati-hati dan waspasa.”

“Iya, Mas. Oh, iya, ngomong-ngomong aksi penculikannya itu dilakukan seperti apa? Apakah saat berada di luar lingkungan kampus?”

“Mmm, untuk itu, saya kurang tahu juga sih. Tapi dengar-dengar mereka suka melakukan aksinya melalui via medsos.”

“Via medsos?”

“Yaaa, bisa berupa Ige, pesbuk, atau sejenis aplikasi semacamnya seperti kencan online mungkin.”

“Oh, iya-iya, Mas.”

“Oke, Mba. Tujuan kita sudah sampai di Asclepianford University.”

“Ah, iya. Mas, terima kasih.”

“Jangan lupa untuk memberikan bintangnya, ya, Mba. Syukur-syukur diberi 5 bintang, wkwkwk.”

“Hihihi, kalem, Mas, kalau saja ratingnya bisa lebih dari 5 saya pasti akan memberikan 10 bintang sekaligus, Mas.”

“Waduh, Mbanya bisa aja, pinter ngelawak.”

“Hihihi.”

“Ini Mba, kartu nama saya, di dalamnya terdapat nomor telepon juga, Mba bisa gunakan itu kalau suatu saat Mba butuh jasa ojek online, hehehe. Jarang-jarang nemu penumpang yang bisa diajak ngobrol sampai tujuan, wkwkwk.”

Akhirnya kini Agnes telah sampai di depan persimpangan jalan kampus. Di mana banyak sekali mahasiswa-mahasiswi dari kelas reguler pagi yang pada menyeberangi jalan di sepanjang zebra cross, dan sesekali ada yang mencibirnya karena menggunakan jasa ojek online, yang mereka pikir hal tersebut adalah rendahan banget.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top