⊹ GADIS KECIL HUI SHAN.⭒

Gadis Kecil Hui Shan

Dragon Warrior 2 belong to Guangzhou City Bai Yi Animation Production Limited

Story belong to tulisanrei

-

Hui Shan akan selalu berhati-hati setiap hari pertama di bulan April datang. Tentu, segala mata dan telinga ia gunakan sebaik-baiknya, mencegah segala prank yang akan murid semata wayangnya lakukan dari pagi hingga tengah malam menjelang.

Ya, Hui Shan yang pediam dan sering terkesan jutek karena wajahnya (padahal sebenarnya Hui Shan itu sangat pengertian) punya murid se-hiperaktif Tian Hua. Gadis itu entah mendapat sifat hiperaktif dari mana. Rasa-rasanya, ketika orangtua Tian Hua memberikan gadis yang masih berusia 5 tahun kepadanya itu sifat keduanya kalem.

Anaknya besar jadi reog begini, Hui Shan jadi heran. Apa dia salah didik?

Beberapa (baca: sering) kali Hui Shan menjadi korban prank Tian Hua. Tapi, selama tiga tahun ia mengamati seluruh prank yang Tian Hua lakukan, ada satu hari di mana gadis kecilnya (Ya, diam-diam Hui Shan selalu memanggil Tian Hua "Gadis Kecilnya" jika ia sedang bermonolog) akan melakukan prank secara intensif dari waktu ke waktu.

Dan, hari itu adalah hari pertama bulan April datang.

Tapi, ada yang berbeda dengan hari ini. Biasanya, Hui Shan akan bangun dengan wajah penuh coretan cat hitam di wajahnya (tenang, catnya bisa dihapus dengan air) kemudian seember air yang diletakkan diatas pintu kamar. Pagi ini, Tian Hua bahkan tidak menyiapkan jebakan apapun.

Hui Shan mulai curiga. Biasanya, pagi begini, Tian Hua sudah muncul dengan segala ide prank miliknya. Sekarang, rumah tempat ia dan Tian Hua tinggal kosong melompong. Tian Hua belum bangun, dan itu termasuk 1001 keanehan Tian Hua yang Hui Shan ingat.

Tian Hua selalu bangun pagi.

TOK TOK TOK!

"Tian Hua? Kau sudah bangun?"

"Ketua?"

Terdengar suara batuk dari balik pintu. "Boleh aku masuk?" Terdengar lenguhan sebentar, disusul oleh langkah kaki. Pintu kayu itu terbuka setengah, menampakkan Tian Hua dengan wajah merah, mata sayu, bibir kering, dan rambut berantakan.

"Ya, Ketua?"

Spontan, Hui Shan meletakkan telapak tangannya di atas dahi Tian Hua. "Badanmu panas. Aku yakin kau juga pusing sekarang. Kembalilah ke tempat tidur, aku akan mengizinkan jadwal latihanmu sekalian mengambilkan sarapan." Tian Hua menggeleng. "Aku tidak mau makan." Ia berucap dengan suara serak.

"Tian Hua, coba dulu sedikit, ya? Hanya dua-tiga sendok juga tidak apa-apa." Hui Shan meletakkan kedua telapak tangannya di bahu Tian Hua. Gadis itu mendengus sebelum mengangguk. Dengan sedikit sempoyongan, ia kembali masuk kedalam selimut.

'Kukira aku harus memaksanya dulu agar dia menurut.' Hui Shan berjalan menuju dapur dan mengambil satu porsi nasi serta lauk pauk. "Obatnya masih ada tidak ya?" Hui Shan mengacak-acak kotak obat. Bernapas lega, Hui Shan menemukan obat yang ia cari.

"Tian Hua, kau bisa duduk? Aku membawakanmu sarapan." Tian Hua membuka matanya perlahan. "Ketua? Kepalaku terasa sangat pusing." Mata Tian Hua mengarah kearah nampan berisi sarapan, air putih, dan juga obat. "Tapi aku mau makan. Perutku lapar." Hui Shan tersenyum tipis.

Tian Hua tetap Tian Hua.

Hui Shan membantu Tian Hua untuk duduk dan meletakkan bantal di belakangnya. "Kau bisa makan sendiri?" Tian Hua mengangguk pelan sebelum menyuap sarapannya ke dalam mulut dengan khitmat. Hui Shan memperhatikan dari pinggir kasur.

"Ketua sudah sarapan?"

"Jangan pikirkan aku. Setelah kau minum obat dan istirahat, aku baru akan sarapan." Hui Shan menyingkirkan beberapa rambut dari wajah Tian Hua. "Kau makan saja yang lahap. Aku tidak akan kemana-mana hari ini. Aku akan titipkan tugasku kepada Ketua Kong Sha." Hui Shan kembali berucap.

"Tapi Ketua tidak perlu melakukan itu. Aku hanya perlu meminta Bai Nuo atau Doo Fang Mo untuk menemaniku."

"Tidak, Tian Hua. Semenjak kau menginjakkan kaki di tempat ini, kau sepenuhnya tanggung jawabku. Bagaimana aku bisa bekerja dengan tenang, duduk mendengar para rakyat atau bekerja dengan berbagai macam material sihir sementara kau- murid semata wayangku berdiam diri di atas kasur dalam keadaan sakit?"

Tian Hua baru saja ingin membuka mulut untuk memprotes gurunya dan mengingatkan pria berusia 68 tahun itu bahwa ia bukan lagi gadis kecil seperti Zhi Yau. Tian Hua berhasil selamat dari misi panjang mengalahkan Luo Za An Wu, dia tidak akan mati hanya karena demam seperti ini.

"Aku tidak akan mendengar protes apapun kali ini. Jadi diam dan dengarkan semua kalimat yang aku katakan karena aku tidak akan mengulanginya."

Tian Hua mendengus kesal, tapi tetap menurut. Ia duduk tenang, mendengarkan sembari menyuap makanannya perlahan. Masih pagi, Tian Hua tahu ia tidak bisa menang dari ketua sukunya. Karena mau bagaimana pun, Hui Shan sudah hapal seluk beluk sifat Tian Hua.

"Kau bukan hanya tanggung jawabku, Tian Hua. Tapi kau adalah satu-satunya alasan aku masih bisa bertahan di sini. Kau satu-satunya alasan mengapa hidupku jauh berubah dibandingkan sebelum kau datang."

Untuk pertama kalinya, Tian Hua melihat Hui Shan tersenyum selembut itu. Hui Shan mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Selembar kertas kecil kusam yang sudah penuh lipatan. "Apa itu?" tanya Tian Hua penasaran. Ia meletakkan mangkuk yang sudah kosong di atas meja nakas di sebelah kasurnya.

"Kau ingin tahu?" Hui Shan memberikan kertas itu pada Tian Hua. "Ini aku?" Tian Hua termenung sembari memegang kertas tersebut. "Benar. Itu kau, saat berumur 7 tahun. Kau pasti tidak ingat- atau tidak tahu karena aku meminta pelukis itu untuk melukismu yang sedang bermain secara diam-diam." Hui Shan tidak melunturkan senyumannya.

"Saat kau pergi untuk menjalankan misi sebagai prajurit naga tempur, setiap kali aku melihat lukisan ini, aku selalu khawatir. Khawatir jika murid semata wayangku tidak bisa pulang dengan selamat. Tak hanya itu, saat Lou Za An Wu mengambil alih tubuh para ketua- termasuk diriku, jauh di bawah alam sadarku, aku takut."

"Takut? Ketua pernah takut?" Tian Hua bertanya polos, ia melupakan rasa pusingnya sejenak, tertarik mendengar cerita dari gurunya. Senyum Hui Shan semakin merekah melihat keantusiasan Tian Hua. Dan Hui Shan, sekali lagi lupa, jika Tian Hua yang polos dan juga jenaka akan dewasa dalam beberapa tahun kedepan.

"Tentu, tentu aku pernah takut, Tian Hua. Semua orang pernah takut. Hal yang aku takutkan, adalah ketika aku tahu bahwa aku pernah menyerangmu. Ketika aku tahu, dan sadar, bahwa aku telah mencoba untuk mencabut nyawa gadis kecilku."

"Gadis kecilku."

"Ketua? Kau takut kehilanganku?"

"Tidak ada orang yang tidak takut jika keluarganya diambil secara paksa, Tian Hua." Hui Shan menatap Tian Hua tepat di mata sang gadis. "Kau mungkin usil, dan kadang sangat menyebalkan. Tapi hal itu tidak akan mengubah fakta bahwa kau adalah murid- bukan, tapi cucu semata wayangku. Satu-satunya gadis kecil yang aku miliki."

Tian Hua ingin menangis, Hui Shan tahu itu. Pria itu membuka kedua tangannya, menyambut pelukan gadis kecil berambut cokelat di hadapannya. "Aku sayang Ketua." Hui Shan menepuk punggung sang gadis, tertawa lembut. Jarang mendengarnya tertawa seperti itu.

"Aku juga menyayangimu."

Hui Shan mungkin orang yang keras, tapi di hadapan murid- cucunya sendiri, Hui Shan adalah orang paling lembut yang pernah ia temui.

"Sudah, sekarang kau harus beristirahat. Tidurlah, aku akan sarapan dan mengabari Ketua Kong Sha. Nanti, ketika kau bangun, aku akan ada di sini."

Tian Hua mengangguk sebelum merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tak lama, ia terlelap, dengkuran kecil terdengar dari mulutnya. Hui Shan belum beranjak, masih menikmati acara menonton wajah terlelap Tian Hua.

"Tidurlah, cepat sembuh. Aku merindukan kejahilanmu."

Hui Shan membelai kepala Tian Hua lembut sebelum berjalan keluar dari kamar. Tapi tepat saat ia membuka lemari untuk meraih botol cabai bubuk, seember air jatuh menimpa kepalanya.

"LA TIAN HUA!!"

Dari dalam kamar, Tian Hua terkekeh dalam tidurnya. Meski dalam keadaan sakit sekalipun, Tian Hua tidak akan melewatkan April Mop yang hanya datang sekali dalam setahun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top