[☃️] O2. Chakra yang Akrab dengan Bulan
APRICITY
(n) the warmth of the sun in winter.
[Mitsuki x Kakei Sumire]
𝑾𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓 𝒊𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒐𝒉𝒂 (canonverse).
𝐌 𝐈 𝐓 𝐒 𝐔 𝐊 𝐈 𝐈 𝐅 𝐈 𝐂 𝐓 𝐈 𝐎 𝐍
|||
Dua lelaki yang memiliki ciri fisik hampir mirip itu berhadapan, salah satunya masih berumur pemuda sedangkan yang satu lagi telah berkepala lima. Manik sebiru langit mereka saling melempar tatapan, dengan tubuh sang ayah yang tegang tak menyangka.
"Boruto?"
"Hehe." Boruto memasang cengiran konyol, melambaikan tangan pada Naruto yang tahun ini ternyata masih setia menjabat pangkat hokage.
Dengan muka dramatis, Naruto bangkit dari singgasana yang hobi membuat bokongnya kebas, berlarian kecil menuju sang putra dengan lengan yang membentuk ruang peluk. "Boruto, okaeri!"
"Yamero, Tou-chan!" Kedua tangannya yang menolak dekapan tersebut tak cukup kuat untuk bersanding dengan kekuatan Hokage Ketujuh ini. Naruto memeluknya sangat erat hingga Boruto merasa sesak, tetapi juga hangat pada waktu yang bersamaan.
"Tadaima." Pelukan ayahnya tak pernah berubah, masih nyaman dan sangat menenangkan seperti dulu. Boruto serasa ingin beranjak tidur saat ini juga.
Kawaki, Sarada, dan Shikamaru yang juga masih menemani Naruto sebagai asistennya hanya diam menikmati peristiwa anak dan ayah itu. Diam-diam tanpa izin memiringkan bibir dan mengeluarkan tawa kecil. Berbeda dengan si pria Nara yang tersenyum sedikit haru, masih tetap mempertahankan wajah normalnya walau sedikit goyah.
Tangan buatan sel Hashirama itu menepuk beberapa kali rambut pisang Boruto, mengelusnya kemudian. "Kau bertambah tinggi saja."
Pria paruh baya itu tertawa pelan. "Kau benar-benar terlihat seperti Sasuke, tetapi dalam fisikku." Matanya tidak berhenti menatap kagum jubah hitam Boruto yang biasa dikenakan sahabat Uchihanya itu.
Boruto sedikit tersipu mendengarnya, cepat-cepat tangannya mendorong tubuh tegap sang ayah dari jarak dekatnya. "Ekhem, ada informasi yang harus kusampaikan, inilah tujuan sebenarnya aku pulang."
Naruto menyengir hingga deretan giginya terlihat, lalu kembali lagi duduk di kursi kebanggaannya. Shikamaru mendekat, berdiri di sebelah mana Naruto duduk demi mendengar penuturan Boruto lebih seksama.
Putra Uzumaki itu menarik napas dalam, mengembuskannya kemudian. Siap atau tidak, kabar buruk tetap harus disampaikan. "Otsutsuki ... kembali."
Gebrakan meja terdengar dari meja kayu eksotis hokage yang terpenuhi tumpukan kertas garap, seluruh pasang mata di tempat memelotot sempurna dengan perasaan campur aduk tak percaya.
Boruto sudah siap atas rasa keterkejutan mereka, lagi pula siapa yang akan menyangka ras alien menyebalkan seperti mereka kembali lagi untuk mengobrak-abrik kehidupan damai ini?
"Maji ka?" Mata sebiru laut Naruto menatap dalam Boruto, menuntut putra kandung sulungnya untuk mengakhiri candaan menegangkan ini, kendati sebenarnya pemuda itu tak bergurau.
Lelaki muda itu menutup matanya sejenak, meraih sebuah gulungan di kantong belakang miliknya, membentangkan kemudian menidurkan lembaran tersebut pada meja ayahanda.
Telunjuknya mendarat di salah satu gambaran daerah di peta. "Di sini, daerah yang cukup jauh dari Konoha, jauh dari lima negara besar. Ada aura yang sangat dingin dan gelap ... mirip seperti bulan yang dingin."
"Kau melihatnya, Boruto?" Shikamaru membuka suara.
Pemuda pisang itu menggeleng. "Tidak, aku hanya merasakan keberadaannya. Sangat jelas mereka adalah Otsutsuki. Namun, percuma mencari, aku tidak akan menemukan mereka."
Sarada mengepalkan tangan, walau mereka tidak tahu Otsutsuki yang ini akan mengikuti pendahulunya atau malah bersikap baik layaknya kawan---walau mustahil---mereka tetap perlu waspada, dunia shinobi bisa saja terancam kembali karena eksistensi mereka. Walaupun mereka belum tahu siapa Otsutsuki ini.
Putri Uchiha itu memukulkan kepalannya pada dinding di belakang punggungnya, mengernyitkan dahinya. "Bukankah desa tersembunyi selalu mempunyai patroli untuk menjaga negaranya dari bahayanya ancaman? Terlebih ini Otsutsuki! Apa tidak ada dari mereka yang menyadarinya, lebih awal?"
"Justru karena itu Otsutsuki, mereka tidak menyadari ini," ujar Kawaki tanpa emosi yang berlebih, meski kepalanya penuh dengan bisingan yang membuatnya pusing.
Boruto mengangguk membenarkan, sedangkan Sarada makin dibuat bingung karena rasa sabarnya yang tidak ada lagi.
Tuan Hokage Ketujuh menimpali, "Apa maksudnya ini, Boruto? Kawaki?"
Kawaki bungkam, membiarkan Boruto berbicara menjelaskan. Tangan lelaki mantan wadah Otsutsuki Momoshiki itu terangkat, memperhatikan lekat telapak tangan yang dulunya tergambar simbol karma. Boruto mendekap dadanya dengan tangan itu, dia jelas sadar bahwa dirinya sekarang adalah seratus persen Otsutsuki sempurna, bukan lagi sebuah wadah.
"Tou-san, apa kau ingat bahwa putramu adalah seorang Otsutsuki? Bahkan telah murni seratus persen Otsutsuki?"
Naruto menggertak gigi rapihnya, tangan buatan sel Hashirama itu ikut mengepal seperti Sarada hingga perban putihnya mengkerut, rasa campur aduk masih ada ketika menyinggung Boruto yang kini seorang Otsutsuki. "Ya ... jelas aku ingat sekali."
"Apa kau masih ingat ketika Kawaki menghapus chakranya dan kabur dari rumah? Dan hanya aku yang bisa merasakan keberadaannya?"
Kedua manik Naruto melebar, ya, kejadian itu. Malam di mana banyak sekali hal terjadi tiba-tiba, malam di mana status wadah Otsutsuki itu tercabut dari putra kesayangannya. "Ya, Boruto. Aku ingat."
Boruto menghela napas dan melepasnya. "Kejadian Otsutsuki ini, tak jauh berbeda dari kejadian itu."
"Mereka menghapus chakra mereka agar keberadaannya di bumi tidak diketahui dan terancam. Akan tetapi, sesama Otsutsuki tetap bisa merasakan keberadaan satu sama lain, dan tentu aku bisa merasakan keberadaan mereka. Persis seperti saat merasakan keberadaan Kawaki yang kabur dari rumah."
Shikamaru mulai berkeringat berpikir keras. "Jadi ... ini akurat, mereka adalah Otsutsuki?"
"Bisa dibilang seperti itu."
"Gawat, ini benar-benar ancaman baru untuk kita," tukas Sarada.
Naruto mencoba untuk tidak panik nan tenang, seperti biasanya. Shikamaru pun mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan terburuk apa yang mungkin bisa menimpa mereka.
"Apa kau mengenal mereka, Boruto?"
"Tidak, Tou-san. Tapi mereka adalah sepasang, yang artinya dua orang. Mungkin bisa saja sama seperti Momoshiki dan Kinshiki, atau pun Isshiki dan Kaguya."
Kawaki mengkerutkan keningnya. "Sepasang?"
"D-dua Otsutsuki?"
Anggukan Boruto semakin mantap untuk mengiyakan. "Aku curiga mereka adalah pasangan Otsutsuki ketiga setelah dua pasangan sebelumnya."
"Apa kalian masih ingat hologram pasangan Otsutsuki yang saat ditemukan Sasuke-san sudah rusak? Aku tidak yakin, tapi ... bisa saja bagian yang rusak adalah hologram mereka, Otsutsuki yang diperintahkan untuk turun ke bumi."
Air muka mereka tak ada yang menunjukan sisi positif, semuanya menekuk dengan pikiran tak enak masing-masing. Ancaman tiba-tiba datang di depan mata, cepat atau lambat akan membahayakan, dan secepatnya harus ditemukan sebuah solusi.
"Apa yang kaupikirkan, Naruto?" tanya Shikamaru.
"Mau atau tidak mau, kita harus menghubungi Eida dan Code untuk meminta masukan bantuan mereka, pertahanan juga harus diketatkan."
"Nanadaime-sama, tetapi--"
"Kekuatan Boruto dan Kawaki mungkin bisa menyaingi mereka, tetapi kita tidak bisa menjamin itu. Lagi pula kita juga sudah berdamai dengan mereka, bukan? Ini waktu yang tepat untuk menjalin kerjasama."
Sarada mengalah, Shikamaru pun diam menyetujui. Boruto dan Kawaki mengiyakan keputusan terbaik Naruto.
"Boruto, hubungi Eida dan undang dia kemari untuk membicarakan ini. Shikamaru, kau hubungi kelima negara besar untuk mengadakan rapat tentang ini besok. Kalian berdua, tolong bantu bicarakan hal ini dengan Eida dan Code, terutama kau, Kawaki."
Semuanya mengangguk mematuhi perintah, tak terkecuali Kawaki yang memutar bola matanya. Dia paling tidak suka bertemu apalagi berbincang dengan Eida itu, tetapi demi Hokage Ketujuh, dia tak bisa menolaknya.
"Eida, aku tahu kau mengetahui hal ini dan telah mendengar percakapan kami. Kemarilah cepat, bawa Code bersamamu. Aku membutuhkan kalian."
|||
Perempuan nakal itu menyilangkan kakinya pada posisi duduk, kedua jarinya menggenggam segelas minuman alkohol dengan petakan es batu di dalamnya. Eida tak mengenal musim dan cuaca, dia akan selalu meminum itu.
Bibir tebal terpoles bincu itu mulai menyesap manja minuman dalam gelas kecil itu, rambut biru bergelombangnya tidak absen selalu menari-nari karena angin, dia tak menghiraukan tatapan mata lainnya yang menatap dirinya.
"Yahh, sebenarnya aku baru tersadar tentang informasi ini saat kau menghubungiku, Boruto-kun. Aku sangat senang karena kalian mengundangku ke sini, terlebih saat melihat pangeran kudaku bersedia duduk di hadapanku." Mata genitnya mengedipkan kelopak kirinya untuk Kawaki, disusul mulut wanita centil itu terkikik geli.
Kawaki sudah terlihat malas, pesona Eida tentu tidak bekerja padanya karena dia adalah seorang Otsutsuki juga, sama seperti Boruto.
Putra Uzumaki itu menyengir paksa karena Eida sudah mulai menggodanya dan Kawaki, bisa-bisa yang lain akan iri dan mulai membuat suasana panas. Kekuatan pesona Eida benar-benar di luar nalar Boruto, tidak memandang gadis maupun lelaki---bahkan Sarada sekali pun---mereka akan terbawa dan tunduk pada gadis itu. Namun, Eida hanya akan tertarik pada Kawaki, juga Boruto walau sedikit.
"Sudahi tebar pesonamu itu, kita harus membahas lebih lanjut tentang Otsutsuki itu, Eida. Siapa mereka? Apa urusan mereka turun ke bumi?"
"Tunggu, Otsutsuki?" potong Code yang sedari awal duduk di samping Eida.
Boruto menaikkan sebelah alisnya, bingung. "Apa Eida tidak memberi tahumu?"
"Memberi tahu apa?"
"Eida! Apa kau bercanda?" gertak Kawaki.
"Kawaki, jangan bentak dia," sergah Sarada.
"Dasar termakan pesona, cih."
"Maaf, aku akan memberi tahunya sekarang." Ada gambaran keraguan yang tercetak pada kedua bola mata Eida ketika gadis itu hendak berbicara pada Code, memberi tahu berita penting ini.
Boruto yang menyadarinya sedikit bingung, menerka-nerka apa yang cyborg itu ragukan lagi.
"Boruto menemukan keberadaan Otsutsuki? Otsutsuki kembali!" seru Code.
Mereka yang mendengar seruan Code yang terdengarnya bak bersemangat sedikit waswas, siapa yang bisa melupakan kecintaan atau mungkin obsesinya pemuda ini pada Otsutsuki dahulu. Entah sekarang telah tobat atau belum, Code sangat membingungkan.
"Apa urusan mereka turun ke bumi, Eida?" lanjut Boruto yang sempat terhenti tadi.
Senrigan milik Eida aktif, matanya menunjukan bentuk bulan sabit indah di sana, butuh waktu sebentar untuk gadis centil itu menguak kebenaran. Mahkota bersurai biru itu menggeleng pelan ketika dojutsu-nya perlahan mulai padam.
"Mereka mengincar kalian."
"Apa? Seperti biasanya?"
Eida mengangguk. "Lagi-lagi tentang buah chakra, mereka ingin mengorbankan kalian sebagai tumbal makanan pohon shinju. Sama seperti keinginan Isshiki."
Tumbal makanan pohon buah chakra itu sudah biasa didengar oleh Boruto dan Kawaki, mereka adalah Otsutsuki baru dan paling cocok dikorbankan. Tak lagi terkejut dan panik, alasan Otsutsuki selalu saja sama. Buah chakra dan buah chakra.
Code diam-diam mengangkat sudut bibirnya aneh, lelaki berambut oranye itu memiliki dunia sendiri dalam otaknya.
"Siapa mereka, Eida? Ada di mana mereka sekarang?"
"Mereka benar pasangan ketiga Otsutsuki yang diperintahkan untuk turun ke bumi," tukasnya.
Mata Boruto melebar, begitu juga dengan Kawaki dan Sarada. Bagaimana bisa mereka masih hidup? Bahkan hologram mereka sudah hancur, mengapa keberadaannya masih saja ada?
"Bagaimana bisa mereka masih hidup? Dan siapa nama mereka? Ada di mana sekarang mereka ini?"
Eida menggeleng, menggigit bibirnya sensual. "Aku ... tidak bisa mencapai informasi itu, aku mengetahui segalanya, tapi entah kenapa Otsutsuki selalu saja bisa membatasi kekuatanku ini."
"Jadi kau tidak tahu?" tanya Kawaki.
"Tidak, Kawaki-kun. Namun, ini sungguh menakutkan, ancaman ini benar-benar di depan mata."
Mereka semua menjadi semakin resah, kecuali pemuda di sebelah Eida yang memang tidak begitu dipercayai oleh sang gadis itu. Code memasang senyum miring, tangannya menangkup sebagian wajahnya menatap Boruto dan Kawaki bergantian.
Lengkingan tertawa keluar dari bibir kering Code, tawaan yang keras dan mengerikan. Lelaki itu mengeluarkan cakarnya, mulai memberi tanda pada lantai di mana mereka pijak.
"Code! Apa yang kaulakukan?"
Tawaan itu semakin keras, kini terdengar sebagai tawa ejekan untuk mereka. "Otsutsuki adalah yang terkuat! Otsutsuki asli seperti mereka adalah yang patut kita bantu, Eida! Bukan Otsutsuki jadi-jadian seperti mereka."
Cakaran sabuk untuk teleportasi milik Code sudah siap, mereka semua masih mencerna lelaki pemuja Otsutsuki fanatik ini yang begitu cepat berkhianat.
"Untuk kali ini aku tidak akan mengikutimu, Code. Dasar gila, keparat! Pemuja Otsutsuki gila!"
"Aku akan bergabung bersama Otsutsuki itu, sampai jumpa di kekalahan, Eida." Code segera masuk untuk berteleportasi dengan sabuknya, kabur dari kungkungan mereka, Konoha.
"Orang gila!" Kawaki mengaktifkan dojutsu-nya, berniat mengecilkan cakaran sabuk itu dengan sukunahikona, tetapi terlambat.
Code berkhianat, berhasil kabur untuk menemui Otsutsuki yang dia puja-puja itu. Masih teringat pesan Isshiki padanya dulu, yang membuat hatinya bergetar mengikuti pasangan ketiga itu. Code melupakan perjanjian perdamaian mereka.
Masalah semakin besar saja.
To be continued ...
|||
Plagiarism is strictly prohibited
Halo, di sini aku ambil sedikit dari manga chapter 64/65, 66, sama 67 kemarin hihi. Jangan lupa ikutin manga Boruto biar ngerti sama latar canon ini, yaa!
💙💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top