[☃️] O1. Rumah untuk Tempat Berpulang
APRICITY
(n) the warmth of the sun in winter.
[Mitsuki x Kakei Sumire]
𝑾𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓 𝒊𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒐𝒉𝒂 (canonverse).
𝐌 𝐈 𝐓 𝐒 𝐔 𝐊 𝐈 𝐈 𝐅 𝐈 𝐂 𝐓 𝐈 𝐎 𝐍
|||
Hiruk pikuk terdengar membisingkan telinga yang sudah lama hanya mendengar keheningan dunia luar, keramaian tak mengalahkan dinginnya suhu yang bisa saja membekukkan banyak hal. Desanya saat ini sudah memasuki musim di mana salju turun untuk mewarnai segala hal menjadi warna putih, juga menebarkan hawa dingin untuk saling membagi kehangatan.
Sebentar lagi mereka akan menyambut tahun yang baru, tak heran Konohagakure terasa sangat ramai dengan orang-orang yang mengulak peralatan kebersihan, apalagi wanita-wanita paruh baya yang sibuk berbelanja untuk soba toshikosi di malam pergantian tahun nanti atau pun acara makan-makan osechi ryori pada hari pertama tahun baru. Menyadari hal itu, seketika dia dibuat rindu oleh pekatnya rasa kuah soba buatan sang ibu, juga kegiatan bersih-bersih rumah yang rutin dia ikuti dahulu.
Sudah lama Boruto tak pulang dari perjalanan berkelananya ke desa tercintanya ini---rumahnya. Setelah mereka berdamai dengan Code dan Eida juga umur yang cukup, putra Uzumaki itu memutuskan untuk meneruskan tugas Sasuke yang sempat terhenti lama karena kekuatan matanya yang tumbang, untuk melindungi desa ini dari luar sekaligus belajar mengendalikan kekuatan karma Momoshiki yang masih bersemayam di tubuh eloknya.
"Uzumaki-san, selamat datang kembali!"
"Boruto-senpai sudah pulang!"
Boruto hanya melambaikan tangannya dengan bibir yang melengkung manis, dia tidak menyangka akan dikenal dengan beberapa orang di sini, apalagi disapa. Bahkan Boruto tidak mengenali mereka.
Kawaki, Sarada, Mitsuki ... bagaimana kabar mereka?
Lelaki itu tetap melangkah lurus menuju gedung hokage, siapa pun yang sedang menjabat sekarang dia tidak peduli, bukan untuk menemui sang ayah atau pun mengabari bahwa dia sudah pulang, tujuan Boruto sebenarnya adalah memberikan informasi mencekam yang terbaru.
"Boruto!" Sebuah pelukan menerjangnya tiba-tiba, memberi dekapan dengan kehangatan sekilas pada tubuhnya yang dirasuki angin musim dingin.
"Sarada, kau berlebihan." Pemuda berbadan gagah menyusul dari belakang gadis itu, disusul tuan pucat di sampingnya yang tengah terkekeh pelan.
"Minna!" Boruto memasang senyum lebar walau dengan wajah yang lelah, tangan kanannya mendekap Sarada balik, sedangkan tangan kirinya membuka; mengajak Kawaki dan Mitsuki yang ada di hadapannya.
Kawaki membuang muka. "Cih, kekanak-kanakkan." Kemudian bergabung dengan wajah dingin tidak mau yang sebenarnya dia menginginkannya.
Sedangkan Mitsuki tak banyak berpikir dan langsung bergabung, sudah lama tim tujuh tidak berkumpul. Apalagi mataharinya, sudah lama Mitsuki tidak bertemu dengannya.
"Kekanak-kanakkan pun kaumau, Kawaki," ucap Mitsuki tersenyum polos.
"Urusai!"
Sarada melepas pelukan mereka untuk mengakhiri dekapan ini, tangannya berkacak pinggang di hadapan Boruto. "Baka Boruto! Kenapa kau tidak memberi kabar kalau kau akan pulang?"
Boruto mengalihkan pandangannya. "Aku sibuk, 'ttebasa."
Mitsuki mulai bertanya, "Apa yang membuatmu pulang, Boruto?"
Air mukanya kembali serius menatap teman-temannya, kemudian membuang napas sejenak. "Aku harus bertemu hokage, aku akan menyampaikan kabar."
"Hokage ada di hadapanmu sekarang, lho," celetuk Sarada yang membuat Boruto tak percaya.
Kawaki melipat kedua tangannya di depan dada, apa yang sedang gadis ini bicarakan. "Sarada berbohong, dia hanya mengikuti pelatihan kandidat baru yang ditawarkan Hokage Ketujuh."
"Kawaki!" seru sang gadis Uchiha.
"Eh, benarkah?" Boruto terkesima, Mitsuki hanya bantu mengangguk untuk membenarkan.
"Sasuga!"
Sarada merona tipis, sudah lama dia ingin membanggakan ini di hadapan Boruto yang lebih dulu mewujudkan mimpinya. Gadis itu pasti akan menyusulnya, itu sebuah janji. "Sudahlah, ayo kita bersama ke kantor hokage."
"Tidak bisa, aku diminta untuk mengajar di akademi hari ini," tolak Mitsuki tiba-tiba.
"Eh, hontou?"
"Mitsuki memang penyayang anak-anak, dia juga sangat sabar menghadapi para anak nakal calon ninja di akademi, jadi Iruka-sensei sering memintanya untuk mengajar di sana. Yah, walaupun bukan guru menetap juga," terang Sarada menjawab ketidakpercayaan Boruto.
Tuan bulan yang dibicarakan hanya memasang cengiran kaku, Boruto tertawa mendengarnya. Memasang senyum jahil, dia kembali bercakap, "Sangat berbeda seperti orang yang ada di sebelahku ini."
Emosi Kawaki memanas ketika menyadari Boruto sedang membicarakannya, mengepalkan satu tangannya kuat-kuat lantas memamerkannya di hadapan pemuda kuning itu. "Boruto! Akan kujadikan kau papan sasaran untuk jutsu yang baru kupelajari!"
Putra kandung Uzumaki itu terkikik geli, cepat-cepat kabur dari jangkauan Kawaki demi melindungi dirinya. "Aku hanya bercanda, dattebasa!"
Kawaki mengejar lelaki penuh semangat itu, mereka bagai dua anak akademi yang sedang bermain, apalagi ketika Sarada menyusul mereka berdua di belakangnya dengan muka masam. Ya, mereka tidak akan pernah berubah, dan Mitsuki bersyukur atas itu.
"Jaa ne, Mitsuki. Ganbare!"
Mitsuki melambaikan tangannya tinggi dengan senyum cerah hingga matanya menutup. Sama seperti senyumnya, tidak akan berubah.
|||
Mitsuki sudah menciptakan banyak tapak di atas salju jalanan, beberapa langkah lagi dia akan sampai di Akademi Ninja Konoha. Sejujurnya dia sedikit heran mengapa murid akademi belum diliburkan, padahal hari pergantian tahun sudah semakin dekat.
Atau mungkin ini adalah hari terakhir sebelum libur panjang? Ah, Mitsuki tidak begitu memusingkannya. Lagi pula sebagai shinobi dia tidak boleh bermalas-malasan melaksanakan permintaan seperti ini.
Mitsuki mengeratkan syal biru tua yang menyelimuti leher pucatnya, hari ini tidak terlalu dingin untuk tubuhnya. Masih sibuk sendiri dengan pemikirannya, kini lelaki itu sedikit menerka-nerka materi apa yang nantinya akan dia ajari. Apakah tentang bertarung seperti biasanya, kuchiyose no jutsu, atau mungkin kemampuan menyembuhkan diri sendiri ketika bertarung?
Akademi sudah terlihat dalam pandangan matanya, langkahnya semakin dekat untuk memasuki gedung yang kini semakin berkembang dan bertambah besar pastinya. Piringan kuning mengkilap itu tiba-tiba saja menangkap gadis muda di hadapan pintu masuk, memakai jas putih yang sangat berciri khas. Terlihat tidak asing untuk Mitsuki.
"Inchou?" panggilnya.
Punggung kecil itu berbalik diikuti dengan rambut menjulainya yang melayang, benar, itu Sumire, mantan ketua kelasnya. "Eh, Mitsuki-kun? Sedang apa di sini?"
"Aku akan mengajar hari ini, Iruka-sensei yang memintaku."
"Kau tidak masuk ke dalam?" sambung lelaki itu lagi, seraya berjalan pelan masuk ke gedung akademi.
"Masuk!" Gadis Kakei itu berlarian kecil menghampiri Mitsuki, menyamakan langkahnya agar mereka berdampingan. Belum terlalu lama Sumire tidak bertemu lelaki ini, tetapi bukan juga waktu yang sebentar. Setelah gadis itu dipromosikan untuk naik jabatan, Sumire menjadi sedikit lebih sibuk. Mungkin itu alasannya.
"Bagaimana dengan urusanmu di sini?"
"Aku pun diminta mengajar hari ini."
"Maji ka? Sangat kebetulan sekali." Mitsuki lagi-lagi membentuk lengkungan manis dengan bibirnya, dia tidak pernah bosan untuk tersenyum.
"Pelajaran apa yang kauajar?"
Kaki mereka masih berjalan beriringan, akademi serasa masih sangat sepi. Apakah ini terlalu pagi? Di mana anak-anak? Terlebih, di mana para guru ninja?
"Tentang kagaku ningu, apa lagi selain senjata sains ninja?"
"Benar juga." Bibir membiru itu terkekeh pelan.
"Dunia shinobi cepat sekali berkembang. Aku baru tahu kalau kagaku ningu sudah dimasukkan ke dalam kurikulum akademi."
Matanya diam-diam melirik dan mendapati logo daun Konoha yang diukir huruf S dengan warna kuning pada permukaannnya yang ungu, terjahit jelas di jas putih Sumire. "Kagaku ningu sangat melekat padamu, ya."
Tawaan ringan keluar dari mulut manis sang nona, dia sedikit tersipu dipuji seperti itu. Apakah dirinya sudah cocok menjadi penerus Katasuke yang memiliki kecintaan dalam pada peralatan sains ini?
Mitsuki melirik sepenuhnya pada Sumire, gadis ini sudah banyak berubah dari kejadian kelam yang dahulu mereka pernah terlibat bersama. Semenjak mengunjunginya pertama kali di laboratorium Katasuke, Mitsuki sudah mengetahui sisi asli sang gadis yang selama ini dipendam, dan semakin ke sini, Sumire semakin membaik dengan masa lalunya itu.
Walaupun gaya rambut dan kepribadian yang masih sama, perubahan dalam peningkatan gadis itu kadang membuat Mitsuki terkesiap sendiri. Sebenarnya pun Sumire tidak pernah berubah, dia hanya terus berkembang dengan apa yang dia jalani.
Sumire masih menjadi gadis violet yang lembut, tetapi seorang kunoichi yang kuat dan seorang calon ilmuwan yang pintar. Sumire tidak pernah berubah, dan Mitsuki selalu bangga dengan itu, Mitsuki selalu begitu dengan teman-temannya.
"Bagaimana dengan Mitsuki-kun? Apa kesibukanmu akhir-akhir ini?"
"Akhir-akhir ini ... aku konsisten melakukan pelatihan dengan Kabuto-san. Kau mengenalnya, 'kan?"
"Dengan Kabuto-san? Berlatih apa?"
Mitsuki terdiam sejenak, hingga suara langkah sendal shinobi mereka saja yang terdengar. Dia sedikit memanjangkan lengannya, kemudian membuka telapak tangannya untuk menatapnya dalam.
"Melatih sage mode ularku, aku harus menguasai kekuatan itu dengan penuh," tukas Mitsuki penuh keseriusan.
Kelopak mata sewarna porselen itu melebar, menunjukan bulatan indigo kelamnya yang terkesiap dan sedikit tidak menyangka. Wajahnya menoleh pada Mitsuki yang menatap lurus jalanan. "Sugoi!"
"Aku mengira kekuatan itu bisa kaukuasai penuh dengan alamiah tanpa melakukan latihan lagi, hanya butuh beberapa waktu."
Mitsuki mengangkat kepalanya, memasang cengiran canggung pada bibirnya. "Aku bukan seorang manusia spesial, Sumire."
"Aku hanya manusia buatan, walaupun kekuatan ini adalah pemberian orangtuaku, aku juga butuh latihan dan perjuangan keras untuk menguasai kekuatan yang satu ini. Agar sage mode juga senninka modo bisa kugunakan setiap saat aku membutuhkannya, bukan dalam waktu yang terbatas seperti saat ini, dan aku juga tidak ingin merasakan sakit lagi di tubuhku ketika aku menggunakan kekuatan itu."
"Namun, apakah tubuhku akan kuat?" bisiknya sangat kecil.
Wajah menawan Sumire lagi-lagi menaruh seluruh perhatiannya pada Mitsuki, entah kenapa lelaki itu menunduk dengan rambut yang dibiarkan menutupinya.
"Kenapa kau mau melakukan ini?" Alis kecil kebiruan Mitsuki terangkat mendengar pertanyaan Sumire, kepalanya pun sedikit terbangun dari pijakan awalnya.
"Bukankah menggunakan sage mode dalam waktu yang terbatas itu sudah cukup kuat? Ditambah kekuatan dan kepintaran bawaanmu yang sudah lebih dari cukup. Apalagi dunia yang semakin aman ketika kita sudah berdamai dengan Code-san."
"Bagaimana denganmu, Sumire? Kenapa kau masih saja membuat senjata-senjata sains itu, padahal keadaan dunia ini semakin damai saja?"
Gadis itu tersentak, Mitsuki yang menyadarinya pun mengeluarkan tawa lagi. Tangan putih pucat yang mengenakan sarung tangan hitam itu menggenggam salah satu bahu teman segenerasinya ini. "Semua yang kulakukan, hanya untuk melindungi Konoha. Itu sebuah impian dan janji yang harus ditepati."
Mitsuki membalas sorot mata penuh heran milik Sumire dengan mesam-mesem khasnya yang sangat tampan, dan juga lucu di saat yang bersamaan. Mitsuki selalu seperti itu, selalu memasang senyum---murah senyum, karena terkadang dia tidak memiliki bentuk ekspresi dari perasaan lainnya.
"Konoha memang bukan tempat asalku, bukan tempat di mana aku diciptakan ... tetapi Konoha adalah rumah di mana tempatku berpulang, tempat di mana jiwaku bersemayam dengan tenang. Kadangkali terasa lebih dari rumah orangtuaku di sana."
"Eh?"
Mitsuki sudah menduga kalau dia tidak akan percaya pada kalimat terakhirnya. "Awalnya aku hanya ingin melindungi Boruto, kemudian Boruto dan Sarada, lalu seluruh teman-teman ...." Mitsuki menjeda.
"Serta kini, aku pikir aku harus melindungi desa ini, karena Konoha adalah rumah mereka, dan Konoha adalah tempat di mana aku merasakan nyaman seperti pada umumnya sebuah rumah. Ancaman bisa datang kapan saja, dan aku juga ingin melindungi semuanya, sama seperti kalian. Karena di tempat inilah kalian ada, aku tidak ingin kehilangan itu."
Sumire tertegun, gadis itu tidak menyangka Mitsuki memiliki pemikiran seperti ini. Yang dia tahu, Mitsuki hanya ingin melindungi Boruto, Sarada, mungkin Kawaki termasuk, juga tidak akan menggunakan kekuatan penuhnya untuk hal-hal di luar urusan yang melibatkan mereka bertiga. Pada titik ini nona itu menyadari bahwa lelaki bulan ini telah tumbuh dengan perubahan yang mendewasakan. Sumire terpukau dengan ini.
Lama berdiam, gadis itu baru saja menyadari bahwa wajah pucat tampan itu berada di dekatnya, sangat dekat, hingga kepulan putih napasnya sangat terasa menyentuhnya. "M-Mitsuki-kun?"
Jemari panjang miliknya mendekat ke arah poni yang menutup dahi Sumire, mengusapnya pelan hingga beberapa kepingan putih jatuh bebarengan dari sana. "Salju."
Sumire menahan napas, menutup matanya erat sampai Mitsuki selesai membersihkannya, badannya bergetar canggung ketika lelaki itu menjauh dari area paling dekatnya. "Arigatou."
"Ung, jaa mata ne." Badan tegap itu bergerak menjauh dari sang gadis, memasuki ruang kepala akademi di sebelah kiri mereka.
Sumire tetap setia memperhatikan tubuh bagian belakang lelaki itu yang berjalan pelan, hingga Mitsuki hilang ditelan pintu ruangan Iruka-sensei. Sedari dulu jika mereka berbicara hanya berdua, Mitsuki tidak akan pernah membahas suatu yang ringan, minimal ada satu hal serius yang dibicarakan mereka. Dan Sumire tidak pernah untuk tidak terkesima dengan jawaban Mitsuki dari waktu ke waktu.
Sumire mengeratkan buku-buku yang dia bawa dalam pelukannya, masih banyak yang belum gadis itu ketahui tentang Mitsuki, bahkan secuil dari lelaki itu pun sepertinya Sumire belum mengetahui jelas.
"Banyak sekali tentangnya yang belum kutahu ... aku ingin bisa berbicara lebih banyak lagi dengannya."
To be continued ....
|||
Baru orientasi dan tidak langsung masuk ke konflik seperti cerita-cerita yang pernah saya tulis sebelumnya, haha. Hampir dua ribu kata, pas dua ribu kata lebih karena author's note ini.
Cerita ini terinspirasi dari Boruto: Naruto Next Generation anime episode 53, 202, dan 205; manga chapter 63 dan sedikit 65.
I'm sorry for the typo(s) if theres any, karena aku baru saja pakai keypad yang baru dan autocorrect-nya masih kenalan. 😽
Plagiarism is strictly prohibited.
Jangan lupa tinggalkan jejak, beri vote dan comment sebagai apresiasi untuk saya. Terima kasih, sampai jumpa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top